Mohon tunggu...
Ve Rhayesha
Ve Rhayesha Mohon Tunggu... -

................ NGARANG!!!\r\nI Love Vienna.........kecanduan sotobeli....sotobeli ituuuu......mmmh nyummi.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(ECR) Misteri Bunga Anggrek...Pulang

7 Desember 2013   15:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulang ke desa selalu membawa keceriaan. Pondok yang riuh oleh celotehan si kembar putri Bang Abi dan seruan Bunda yang mengingatkan cucu - cucunya untuk lebih berhati-hati bermain di rumah. Namun tidak untuk kali ini. Pondok begitu lengang. Tak ada sosok yang amat aku rindukan terlihat. Bahkan bayangannya sekalipun. Mungkin beliau sedang siaran seperti biasa atau bercengkrama dengan Bunda -bunda yang lain di pos ronda. Ku arahkan pandangan ke sekeliling, banyak yang berubah. Benar! Halaman kini penuh dengan bunga anggrek. Bunda dan Mbak Asih pasti kerepotan mengurusinya. Sampai kapan si pengirim akan terus melakukan ini? Mendadak suasana hatiku sedikit rusak. Indahnya anggrek - anggrek ungu dan putih ini tak membantu ku merasa baik. Tak lain si pengirimnya lah yang selalu mengusik perasaanku.

" Teh Ve yakin, gak kenal sama si borokok eta? "

" Sebenernya mah enggak, Kang. Kalo pernah lihat mah mungkin aja."

" Tah! Berarti kan ci Teteh tahu! "

" Pernah lihat, Kang Inin...Bukan tahu apalagi kenal! "

" Yaaa....sama aja atuh, Teh "

" Ya beda atuh, Kang! Kalo tahu mah, ya sekedar tahu, pernah lihat. Kalo kenal mah lebih dari itu. Sering ngobrol, tahu di mana rumahnya, pekerjaannya apa, dan sebagainya!"

" Jadi sekarang kita mau ngurusin bedanya tahu sama kenal, gitu? "

" Kang Inin yang duluan! Jadi kangen mendoan bikinan Bunda gara - gara ngomongin Tahu wae! "

" Taaaah....ngaco lagi! "

Obrolan lewat chating di social media dengan Kang Kribo beberapa waktu ketika aku masih berada jauh dari desa kembali teringat. Aku tahu. Ya, aku memang tahu siapa pengirim gelap itu. Tapi sungguh aku tak lebih dari sekedar pernah melihatnya saat perjalanan berangkat mengajar di SLB Rangkat. Begitupun saat perjalanan pulang. Dia selalu duduk di bawah pohon yang sama dengan entah botol apa yang digenggamnya. Tatapannya selalu beradu pandang denganku. Aku tak pernah mengerti artinya. Yang ku lihat hanya sepi. Dan sesuatu yang dalam yang tak ingin dia tunjukan dengan jelas. Sesuatu yang menyakitkan. Mungkin. Entahlah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun