Mohon tunggu...
Fitri Tasfiah
Fitri Tasfiah Mohon Tunggu... -

Inconsistent Demeanor. Grad of Fikom Unpad, Public Relation. Account Manager (IT Solution). Singing, Writing, and Praying.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gedung Baru DPR: Ini semua hanya Lucu-lucuan ko!

13 April 2011   05:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:51 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap hari kita diberi hiburan yang menggelikan oleh berbagai pemberitaan media. Sekarang ini kita sedang diberi 'guyonan' perencanaan gedung baru DPR yang rupanya masih berlanjut. Rakyat merupakan penonton yang sedang diberikan hiburan komedi oleh para anggota DPR sebagai pemain.

Mungkin perencanaan ini hanya sebagai bahan candaan anggota dewan untuk memberi refleksi pada kita semua ditengah permasalahan negara yang kian kompleks. DPR setiap hari dituntut untuk memberi kinerja yang baik. Terlalu sering  memberi performa yang terbaik untuk rakyat lama-lama akan menimulkan kelelahan dan kejenuhan. DPR juga manusia. Kinerja anggota DPR yang sedang mengemban tugas negara bisa terlihat dengan sikap salah satu anggota DPR (yang ketahuan) dari partai yang selama ini berkoar-koar mengenai moralitas tetapi kenyataannya terbukti menikmati pornografi saat sidang. Mungkin memang benar bahwa kalian benar-benar 'sibuk' yah?

Rencana pembangunan gedung DPR baru ini memenuhi kriteria komedi. Bahan guyonan seringkali yang diluar akal sehat. Begitupun dengan perencanaan ini. Mana ada yang masuk akal? Pembangunan menggunakan anggaran 1,1 Trilyun.  Pendapatan per kapita negara ini pada 2010 adalah 2.963 dolar AS. Masih pada posisi  109, dan jika kita membandingkan dengan negara tetangga kita terutama Malaysia jelas kita masih jauh dibawahnya. Jika memang para anggota DPR yang sangat mengingkan pembangunan gedung baru karena perbandingan dengan negara lain yang memiliki tempat yang jauh lebih mewah, pertanyaannya adalah "Dengan negara mana?" (mari berkaca!)

Selain itu, kita semua merasakan bahwa lahan hijau Jakarta semakin kritis, sedangkan lahan yang rencananya akan digunakan untuk pembangunan gedung adalah lahan hijau ibukota seluas 157 ribu m2. Mungkin masih perlu diingatkan lagi, dalam UU no 26 tahun 2007 mengamanatkan 30% lahan terbuka hijau di Jakarta. Kenyataannya kini lahan hijau itu tinggal 9,6%. Apakah lahan yang tersisa sekarang ini harus dikorbankan?

Belum lagi masih banyak hal yang perlu dijadikan prioritas. Dana sebanyak itu akan lebih bijak jika digunakan untuk sarana kesehatan atau pendidikan. Untuk 'mengapa' dan 'bagaimana' tidak perlu saya uraikan lagi. Ini semua pasti ada dalam akal sehat kita semua. Lagipula sudah banyak pihak yang memberi alasan-alasan mengapa perencanaan gedung baru ini tidak layak. Bahkan para ahli sudah ada yang mengkritisi (baca: http://regional.kompas.com/read/2011/04/10/16525517/Pakar.Arsitektur.Kritik.Gedung.Baru.DPR). Saya juga yakin, para anggota yang menyetujui perencanaan ini sesungguhnya menyadari hal ini. Tapi jika membayangkan betapa ini merupakan 'project besar' pastinya akan mengesampingkan hal-hal yang logis tersebut.

Ada hal yang perlu saya beri garis besar, salah satu kewajiban anggota DPR adalah menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat (bukan menampung aspirasi golongan dan partai, ya!). Sekarang keinginan rakyat adalah tidak membatalkan perencanaan yang dirasakan tidak begitu urgen. Ingat, kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Bisa jadi kita semua lupa apa itu Hak, Fungsi, Tugas, Wewenang seorang DPR bisa membaca link berikut ini http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat

Kalau perencanaan tersebut memang tetap dilanjutkan, berarti komedi rakyat ini masih terus berlanjut. saya hanya ingin sedikit mengingatkan,  kelucuan suatu guyonan hanya pada pertama dan kedua. Jika terlalu lama, estetika kelucuannya akan memudar dan lama-lama terasa 'garing'. Saya berpendapat lebih baik segera dihentikan sebelum rakyat yang menurunkan dari panggung komedi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun