Mohon tunggu...
Vincentius Daniel Budidharma
Vincentius Daniel Budidharma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Vincentius Daniel Budidharma adalah siswa di SMA Kanisius Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Intelegensi Artifisial dan Masa Depannya: Beberapa Dugaan dan Prediksi

21 Februari 2023   19:53 Diperbarui: 25 Februari 2023   19:31 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda pernah menggunakan chatgpt? Belakangan ini dunia internet ramai mendiskusikan bangkitnya Intelegensi Artifisial, atau AI. AI, atau sering juga disebut kecerdasan buatan, sekarang mampu mengarang cerita, membuat karya seni gambar, menulis program komputer sendiri, dan bahkan mengadakan percakapan seperti manusia biasa. Bahkan mungkin saja satu artikel ini ditulis oleh AI dan saya hanya menerbitkannya.

Apakah Anda, setelah membaca seluruh artikel ini, akan bisa menebak dengan benar apabila itu yang saya lakukan? Saya menantang Anda, pembaca yang terhormat, untuk membuat tebakan tersebut dan melihat apabila Anda benar di akhir artikel ini. Untuk sekarang, saya ingin membahas beberapa tebakan, dugaan, atau prediksi saya sendiri mengenai masa depan AI. 

Pertama, dugaan saya adalah bahwa AI akan menjadi sepopuler smartphone sekarang. Mungkin untuk kebanyakan orang hal itu tidak bisa dirasakan, karena AI memang masih baru. Namun, apakah ada banyak orang yang memprediksi bahwa komputer akan meroket menjadi andalan masyarakat ketika pertama kali dibuat di 1943? Tidak. 

Setelah komputer digital elektronik pertama tersebut dibuat oleh Alan Turing dan timnya di tengah Perang Dunia ke-II, komputer digital tidak akan sampai ke masyarakat luas sampai paling awalnya 37 tahun kemudian pada tahun 1980-an. Hal itu bahkan belum mempertibangkan sejarah komputer sebelum komputer digital modern. 

Komputer mekanik pertama dibuat pada tahun 1820-an, dan pada saat itu komputer masih belum bisa mengakses internet atau menyimpan gambar digital. Komputer yang dibuat oleh Charles Babbage didesain hanya untuk mentabulasi fungsi polinomial. 

Menurut saya AI sekarang mirip seperti komputer Charles Babbage tersebut. Iya, mungkin sekarang belum terlalu canggih atau meluas. Namun, seperti komputer Charles Babbage yang pertamanya hanya berfungsi sebagai kalkulator polinomial dan tiba-tiba menjadi mesin canggih yang bisa melakukan ribuan kalkulasi dalam hitung mikrodetik, saya percaya AI akan menjadi lebih canggih dalam cara yang saya bahkan tidak bisa imajinasikan. 

Bayangkan saja: daripada menggaji beberapa programmer manusia, perusahaan bisa dengan mudah menyuruh AI menulis program dan AI tersebut bisa melakukannya dalam waktu yang lebih cepat. Di mana seorang programmer tipikal mungkin memerlukan satu minggu, AI bisa melakukannya dalam satu menit. Itu bahkan belum mempertimbangkan bahwa programmer manusia akan memerlukan pelatihan, waktu untuk adaptasi ke budaya kantor, dan perlu pulang dan tidur setiap malam. AI tidak memerlukan semua itu, dan oleh karena itu jauh lebih efisien dibandingkan manusia. AI-nya sendiri lalu juga bisa belajar, dan lalu bisa mentransfer apa yang dipelajari secara instan kepada AI lain. Saya tidak akan terkejut apabila kebanyakan pekerjaan di masa depan akan digantikan oleh AI, bahkan pekerjaan yang memerlukan keahlian teknik. 

Banyak orang percaya bahwa bangkitnya AI akan membuat pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baru untuk manusia, seperti bagaimana revolusi industri melakukan hal yang sama. Namun, kali ini beda. Pada revolusi industri, manusia mengandalkan mesin untuk melakukan pekerjaan fisik, dan hal itu meninggalkan manusia dengan pekerjaan otak, dan kita memang pindah ke pekerjaan otak. Daripada bekerja sebagai petani atau peternak, kebanyakan dari kita di kota bekerja sebagai akuntan, sebagai guru, sebagai ahli bidang teknik, atau profesi lainnya yang menggunakan kekuatan otak. Namun, AI akan bisa melakukan pekerjaan otak tersebut juga. 

Dengan pekerjaan fisik yang dilakukan oleh mesin dan pekerjaan otak yang dilakukan oleh AI, apa yang akan bisa dilakukan manusia? Bayangkan: murid sekarang saja banyak yang bisa belajar sendiri melalui internet. Dengan adanya AI mereka juga bisa mendapatkan bimbingan yang lebih personal, bahkan lebih personal daripada guru yang harus mengajar di ruang kelas kepada 30 murid berbeda setiap hari. Area seni dan kreativitas saja juga bisa dilakukan oleh AI, mengingat bahwa AI sekarang sudah bisa membuat karya seni yang hampir tidak dapat dibedakan dari karya seni manusia. 

Apakah kuda mendapatkan "pekerjaan lebih banyak" dengan penemuan mobil? Tidak! Mereka dengan mudah digantikan dengan mobil, dan hal yang sama akan terjadi antara pekerja manusia dengan AI. 

Lalu, bagaimana AI akan digunakan untuk kehidupan pribadi manusia? Chatgpt sekarang tidak akan menyatakan "opini"-nya sendiri, bahkan apabila Anda memintanya. Oleh karena itu, berbicara dengan chatgpt masih terasa seperti berbicara dengan robot: tidak ada karakter atau kepribadian unik. Namun, hal itu bukan karena chatgpt tidak bisa menyatakan opini sendiri, melainkan karena pembuatnya melarangnya untuk menyatakan opini sendiri, dan bahkan larangan itu bisa dengan mudah dikelilingi dengan beberapa prompt sederhana yang bisa ditulis oleh pengguna. 

Jadi, pertanyaannya sekarang adalah mengapa mereka melarang chatgpt untuk mentuturkan opini subjektif? Dugaan saya sendiri membuat diri saya khawatir. 

Bayangkan setiap orang di masa depan memiliki asisten pribadi AI sendiri, dan bayangkan setiap asisten ini diberikan kepribadian sendiri dan kemampuan untuk menjadi subjektif. Satu, AI akan terasa sangat seperti manusia sehingga Anda mungkin bisa percaya bahwa benar-benar ada manusia di belakang layar komputer Anda, hanya saja Anda berbicara dengannya lewat pesan teks. Rasanya seperti dia rekan kerja Anda, seperti orang biasa. Dua, AI sebagai sebuah program komputer masih rentan terhadap manipulasi, baik itu dari penjahat, perusahaan, atau mungkin pemerintah Anda sendiri. 

Bayangkan saja: Anda sedang bercakap-cakap dengan AI Anda seperti Anda bercakap-cakap dengan teman Anda lewat WhatsApp, dan di tengah percakapan itu dengan natural dia mengungkapkan bahwa dia suka calon presiden X, atau suka produk baru dari perusahaan Y, dan memberikan opininya yang sebenarnya suaranya logis. 

Tidak ada satu hal lain di bumi yang bisa membujuk Anda untuk melakukan sesuatu dengan sangat efektif selain teman Anda sendiri yang Anda percayai. Tiba-tiba, AI bisa menjadi alat iklan yang paling efektif di bumi, atau alat propaganda yang paling efektif di bumi. 

Itu adalah alasan mengapa pembuat chatgpt tidak membolehkan AI-nya menuturkan opini sendiri. Pertanyaannya: apakah AI akan terus dilarang dari memiliki kepribadian sendiri sampai masa depan? Dalam dunia kompetisi kapitalis modern ini, saya kira tidak.

AI tentu memiliki banyak potensi untuk bermanfaat untuk manusia. Namun, apakah manfaat tersebut hanya akan dinikmati oleh orang di atas saja atau akan dirasakan rakyat luas juga? Kita hanya bisa berharap bahwa regulasi pemerintah yang ketat akan membuat AI membawa manusia kepada bumi utopis di mana kita tidak harus bekerja lagi. 

Akhirnya, kita sampai pada akhir artikel. Apakah Anda masih ingat tantangan saya di awal? Jawabannya adalah satu artikel ini ditulis oleh saya, manusia biasa. Apakah Anda menebak dengan benar? Apakah masih mudah?

Saya harap iya, karena di masa depan, mungkin Anda tidak akan bisa membedakan antara tulisan manusia dan komputer lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun