Mohon tunggu...
Efemes
Efemes Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Just

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saya Muslim, Gak Pilih Ahok Jadi Gubernur

17 Maret 2016   12:59 Diperbarui: 17 Maret 2016   18:06 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya Muslim, Saya Dukung Ahok"

"Saya Muslim, Saya Pilih Ahok"

 

Mungkin kalimat-kalimat itu sudah hampir setiap hari kita lihat diberbagai postingan media sosial juga berita, terutama media online. Sebuah gerakan yang dilakukan oleh para pendukung Ahok untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta tahun depan, terkait adanya sebagian masyarakat Muslim di Jakarta yang menolak beliau dengan dalil agama. Bahkan fenomena itupun tidak hanya diikuti oleh para warga Jakarta, tapi mungkin menjadi pembahasan seluruh masyarakat dinegeri ini.

 

"Ahok jadi Gubernur ? Dia Cina, Kristen pula". Kalau saya pribadi tidak peduli, siapapun yang memenuhi syarat dalam UU terkait pemilu, dia punya hak untuk dipilih dan memilih. Masa bodo mau dia Jawa, Sunda, Batak, Papua atau dia yang disebut Cina, Arab, India atau lainnya. Terserah juga agamanya apa, mau dia Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Konghucu atau mungkin pemeluk aliran kepercayaan leluhur. Intinya, semua sudah diatur dalam UU, soal kita mau pilih siapa dan dengan pertimbangan apa, itu urusan pribadi, asal tidak saling mempengaruhi atau melakukan cara kotor dalam mendukung.

 

Balik ke gerakan "Saya Muslim, Saya Pilih Ahok". Jauh sebelum hebohnya gerakan ini, terlebih dulu sudah ada perdebatan soal "haram memilih pemimpin kafir". Saat itu, sering saya lihat perdebatan terkait hal itu dimedia sosial. Para pendukung Ahok menolak hal itu dengan berbagai pemahaman. Sebagian mungkin berfikir seperti saya, semua sudah diatur dalam UU yang wajib dipatuhi oleh setiap warga negara. Sebagian lagi banyak juga yang mengatakan, jangan campur-adukkan agama dan politik atau jangan jualan agama dipolitik. Dan sebagian lagi mengatakan itu SARA.

 

"Jualan Isu Agama saat Pemilu Sudah Gak Laku....!
INI JAKARTA, BUNG !!!

Kami MUSLIM, Kami Dukung AHOK !!!"

 

Seperti salah satu kalimat diatas, adalah kalimat awal disalah satu media online yang memuat berita gerakan "Kami Muslim, Kami Dukung Ahok". Saya pribadi merasa lucu, ketika pertama kali melihat gerakan tersebut di Facebook, terlebih dengan kalimat diberita diatas. Beberapa waktu lalu ketika ada penolakan Ahok atas dasar agama, yang pro-Ahok banyak yang menagatakan jangan campur-adukkan agama dengan politik. Bahkan kalimat diatas jelas sekali tertulis "Jualan Isu Agama saat Pemilu Sudah Gak Laku. Ini Jakarta, Bung" tapi kalimat selanjutnya "Kami Muslim, Kami Dukung Ahok". Cukup kontradiktif menurut saya, ketika sebagian pendukung Ahok melawan pendapat orang yang mengatas namakan agama untuk menolak Ahok dengan alasan jangan mencampurkan agama dengan politik, lalu membuat gerakan tersebut.

 

Bukankah sama saja kalimat "Haram memilih pemimpin kafir" dengan "Saya Muslim, Saya Dukung Ahok" ?. Sama-sama menjual isu agama untuk politik, untuk kelompoknya sendiri, sama-sama SARA. Hanya bedanya, satu kelompok membawa isu agama untuk menolak Ahok dan satu kelompok menggunakan identitasnya sebagai pemeluk agama untuk mendukung Ahok. Kenapa para pendukung Ahok tidak melawannya dengan tetap membawa isu "hak setiap warga negara dalam politik", atau "hak setiap warga negara dalam UU". Kenapa harus menyaru kepada mereka, membawa isu SARA dan menjual isu agama dalam politik ?

 

Tapi entahlah, itu hanya opini pribadi saya saja. Btw, soal "Saya Muslim, Gak Pilih Ahok Jadi Gubernur", karena saya bukan warga DKI Jakarta, jadi tidak mungkin saya pilih Ahok jadi Gubernur.

 

*sumber: http://warungkopi.okezone.com/thread/516244/gerakan-saya-muslim-saya-dukung-ahok-mulai-diserukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun