Mohon tunggu...
Efemes
Efemes Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Just

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Fenomena Selfie dan Kejutan di Baliknya

6 Agustus 2014   22:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:15 2008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi diabad modern ini tidak dipungkiri memiliki berbagai macam pengaruh terhadap kehidupan manusia, terlebih yang hidup dikota-kota besar. Berbagai macam pengaruh itu, baik yang positif maupun negatif hampir menjadi hal lumrah dalam keseharian, terlebih jika itu sudah menjadi fenomena dan gaya hidup.

Salah satu pengaruh dari perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sedang menjadi fenomena adalah selfie. Begitu banyak orang yang tak mau ketinggalan melakukan hal yang satu ini, dan kini seolah menjadi "rutinitas" bagi sebagian orang tanpa mengenal batasan usia, status, pekerjaan dan lainnya. Entah berapa ribu atau bahkan juta foto selfie yang diunggah keberbagai jejaring sosial ataupun aplikasi smartphone setiap harinya. Itu menunjukkan bahwa fenomena selfie kini telah menjadi hal "wajib", terutama untuk mereka yang narsis.
Dari kacamata psikologi, fenomena selfie dianggap psikologi konsumen dari adanya supply dan demand. Seperti pernyataan dari Psikolog Kasandra Putranto jika selfie merupakan hal supply dan demand. Demand ketika ada seorang yang ingin menampilkan gambar dirinya sendiri sedangkan itu didukung dengan adanya (supply) kecanggihan dari gadget masa kini. Sedangkan menurut Prof. Sherry Turkle dari Massachusetts Institute
of Technology, selfi adalah seperti foto pada umumnya yang berfungsi untuk mengabadikan sebuat momen yang kemudian diperlihatkan pada orang lain.
Pengalaman Prof. Turkle dalam memperlajari hubungan antara manusia dengan mobile technology selama 15 tahun menyimpulkan bahwa orang-orang tidak lagi merasa menjadi dirinya sendiri tanpa berbagi pemikiran dan perasaan, sekalipun hal itu belum jelas bagi mereka sendiri. Ia pun mengatakan selfie mengakibatkan banyak orang mengabaikan hal yang sedang terjadi disekitarnya karena lebih mementingkan mendokumentasikan momen tersebut tanpa ingin melewatkannya.
Melihat dari sudut pandang psikologi tentang selfie dan akibatnya, rasa-rasanya sangat nyata hal-hal tersebut terjadi dikehidupan sehari-hari. Lihat saja kecanggihan gadget saat ini, begitu sangat mendukung seseorang untuk ber-selfie-ria. Terlebih dengan aksesoris pendukungnya, orang-orang sebelumnya pemalu pun kini seolah tertarik untuk selfie. Pun begitu dengan berbagai macam akibat dari selfie, baik itu yang postitif, mengejutkan sampai yang negatif sudah banyak terjadi.
Beberapa contoh akibat dari selfie yang dimuat dibeberapa berita terutama media online memang cukup mengejutkan. Tidak disangka selfie yang terlihat sepele tapi dapat membawa banyak hal yang serius. Diantara beberapa akibat selfie yang membawa akibat serius diantaranya seperti yang terjadi pada Susann Stacy yang selamat dari siksaan suaminya karena memposting photo wajahnya yang berlumuran darah ke facebook.
Wanita Amerika Serikat yang tingga di Kentucky tersebut mengaku dipukuli suaminya lalu dikurung. Ia pun tidak bisa meminta pertolongan, namun beruntung ia menemukan sinyal WiFi lalu memoto wajahnya yang berlumuran darah dan diunggah ke facebook dengan dituliskan "help please, anyone". Salah satu temannya yang melihat hal tersebut langsung menghubungi polisi dan Susaan pun dapat diselamatkan.
Jika Susann dapat selamat karena selfie-nya, lain lagi dengan beberapa orang ini. Mereka harus meregang nyawa akibat keasyikan melakukan selfie. Seperti seorang siswi dari Rizal High School, Pasig City, Filipina yang tewas terjatuh dari tangga sekolahnya saat ber-selfie dijam istirahat. Menurut keterangan dari Inspektur Senior Kepolisian Pasig City, Mario Razisa mengatakan, korban dan seorang temannya asyik ber-selfie dengan berbagai macam gaya termasuk ditangga sekolahnya. Diduga korban kehilangan keseimbangan dan terjatuh hingga mengakibatkan luka parah, memar, patah tulang rusuk hingga mengenai ginjalnya. Nyawa siswi malang tersebut pun tidak dapat diselamatkan. Masyarakat Filipina memang sangat menggandrungi selfie. Bahkan majalah Time pernah menjuluki Pasig City dan Makati di Filipina sebagai "kota paling selfie didunia" karena banyaknya foto selfie yang diunggah dari dua kota tersebut.
Kehilangan nyawa karena selfie juga menimpa pada seorang remaja 21 tahun di Meksiko. Oscar Otero Aguilar, remaja yang saat itu sedang minum miras bersama teman-temannya melakukan selfie dengan sebuh pistol. Pistol yang ternyata berisi peluru tiba-tiba menembak dirinya sendiri saat berpose dengan menodongkan pistol kearah dirinya sendiri.
Akibat lain dari selfie yang cukup tidak diduga adalah tertangkapnya seorang pencuri. Kamera cctv milik Mortie’s Boutique di West Frankfort, Illinois merekam tindak pencurian beberapa baju oleh seorang perempuan. Setelah kejadian tersebut pemilik butik membuat postingan beberapa gambar dan tulisan tentang pencurian tersebut di facebook. Lalu dia mendapat informasi tentang salah satu gaun yang dicuri dengan bukti foto selfie seorang perempuan menggunakan gaun tersebut. Ia pun melaporkan akun tersebut kepada polisi, dan polisi berhasil menangkap pemilik akun yang diketahui bernama Saxton dengan barang curiannya senilai kurang dari USD 300.
Hal tersebut bukanlah yang pertama. Sebelumnya, Depree Johnson berusia 19 tahun ditangkap setelah memposting foto dirinya bersama senjata api, uang curian dan obat-obat pada Desember 2013.
Selain beberapa contoh akibat selfie diatas, ada pula akibat selfie yang dianggap cukup aneh atau berlebihan. Seperti yang dilakukan oleh Triana Lavey 38 tahun. Wanita Los Angeles, AS ini rela merogoh kocek hingga USD 15.000 atau setara dengan RP 174.000.000 untuk berbagai implan oprasi plastik pada wajahnya agar mendapatkan hasil selfie idamannya. Memang keinginan tampil sempurna saat selfie seperti menjadi keharusan. Dapat dilihat dengan menjamurnya berbagai aplikasi untuk meng-edit foto agar terlihat indah. Camera 360 salah satunya dan yang paling banyak digandrungi pecinta selfie saat ini.
Apapun alasanya, beberapa akibat selfie yang "memaksa" beberapa orang mendapatkan hal negatif bahkan tidak inginkan, ataupun melakukan berbagai hal yang sebenarnya tidak perlu menunjukkan gejala psikologis yang tidak sehat dari para pelakunya. Bahkan Asosiasi Psikiater Amerika sempat mengeluarkan pernyataan jika keinginan yang kuat untuk tampil sempurna dalam selfie dan para selfitis (keranjingan selfie) adalah bagian dari gangguan kejiwaan.
*sumber:
- m.detik.com/wolipop/read/2014/02/07/074842/2489885/852/fenomena-selfie-dan-alasan-aksi-foto-narsis-ini-begitu-digemari
- m.detik.com/inet/read/2014/01/03/155544/2457783/398/wanita-ini-diselamatkan-foto-selfie-mengerikan
- m.inilah.com/read/detail/2124690/seorang-pria-tewas-gara-gara-foto-selfie
- m.okezone.com/read/2014/04/27/91/976543/ingin-hasil-selfie-terbaik-wanita-ini-operasi-plastik
- m.okezone.com/read/2014/07/25/55/1018036/foto-selfie-di-facebook-bikin-perempuan-ini-ditangkap
- m.detik.com/wolipop/read/2014/04/23/120539/2562934/234/wanita-ini-habiskan-rp-174-juta-untuk-terlihat-cantik-saat-foto-selfie
- m.inilah.com/read/detail/2116682/tragis-abg-ini-tewas-akibat-selfie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun