Mohon tunggu...
Nurvita Wahyu Febriani
Nurvita Wahyu Febriani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Just do that I can do, because it's me and that's you.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Public Speaking: Kata Mbahnya, “Biar Dagangannya Laris...”

18 November 2012   06:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:08 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Hilangkan kerisauan akan kekurangan fisik.

Setiap orang tentu mempunyai kekurangan fisik, karenanya kita tak perlu risau. Karena pada dasarnya, audiens ingin mendengar apa yang kita sampaikan bukan semata melihat penampilan kita di hadapan mereka.

3. Hilangkan kerisauan akan aksen suara.

Aksen suara atau logat daerah bawaan, memang tak bisa dihilangkan sepenuhnya. Namun hal itu tak perlu dirisaukan, asalkan apa yang kita sampaikan masih bisa dipahami dengan mudah oleh audiens.

4. Hilangkan kerisauan akan latar belakang pendidikan.

Pendidikan tidak berkorelasi terhadap kemampuan public speaking, karena yang dibutuhkan adalah keahlian penguasaan pendengar. Karena pada dasarnya, komunikasi yang efektif tidak membutuhkan gelar sang komunikator.

5. Hilangkan kerisauan akan opini pendengar.

Kita tidak perlu risau akan opinni pendengar terhadap kita maupun atas apa yang kita sampaikan, karena kita tidak akan bisa menyenangkan semua orang yang mendengarkan kita.

Sedangkan yang perlu diperhatikan ketika kita hendak mempraktikkan public speaking adalah:

1) Persiapan.

Bahwa untuk bicara selama satu jam, maka butuh persiapan minimal dua jam sebelumnya agar kita benar - benar merasa siap untuk berbicara di hadapan publik.

2) Pengetahuan.

Kita harus tahu apa yang akan kita sampaikan kepada publik, agar pembicaraan tak menyimpang dari topik sehingga kita mampu menguasai audiens.

3) Menjadi diri sendiri dengan penuh percaya diri.

Kita boleh mengidolakan seorang pembicara yang menurut kita hebat. Namun, kita tidak boleh mengimitasi gaya bicara mereka, karena kita adalah diri kita dengan segala kemampuan kita sendiri.

4) Konsistensi.

Kita harus yakin bahwa topik yang akan kita sampaikan adalah topik yang paling benar menurut kita, agar kita merasa percaya diri. Dan, usahakan hindari untuk mengucap kata MUNGKIN agar audiens pun yakin pada kita.

5) Antusiasme.

Tanpa antusiasme atau semangat untuk berbicara, kita tidak akan bisa menjadi pembicara yang hebat dan mampu menguasai audiens.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun