La nenek bebuai
Di jitun nan tinggi
La bapak bebuai
Di Kayu besar
Setelah Tetua Adat turun, para pembantu bergantian naik ke tiang jitun. Selesainya naik jitun, diisi tari-tarian dengan iringan lagu Dalung, Ya Ali, dan Gajah Manunggang. Â Gajah Manunggang memperlihatkan gerakan mengayuh dayung perahu sebagai simbol suku Sekak yang berprofesi sebagai pelaut dan bahagia atas hasil laut yang melimpah. Lagu tersebut akan dilantunkan secara berulang-ulang hingga pagi hari.
b. Ritual Muang Jong
Dimulai dengan mengarak Jong keliling kampung dari ujung desa menuju ke pantai. Pantai yang dipilih adalah pantai Kumbung Ujung Gusung, Bangka Selatan. Ritual ini tetap diiringi dengan bunyian gong dan gendang. Masyarakat yang ingin menyaksikan ritual, dapat bergabung ke barisan.
Setelah sampai di pantai, sekitar pukul 08.00 WIB dibawah arahan Tetua Adat, jong dan semua perlengkapan dibawa ke perahu. Satu jong yang berisi sesajian dan 3 buah balai. 1 balai sisanya akan ditinggal untuk dibuang ke daratan.
3 balai yang dibawa akan dibuang ke tiga lokasi. Satu bersama dengan jong yang di-larung, dua balai akan di buang ke tanjung. Setelah sampai di lokasi pelarungan jong, beberapa orang akan turun terlebih dahulu untuk mengelilingi perahu, menyisir  dan memastikan lokasi aman dari gangguan makhluk halus. Sang Tetua Adat akan berkomunikasi dengan seseorang [5] yang ditunjuk sebagai wakil penerima persembahan jong. Setelah Dewa Laut menerima persembahan tersebut, jong akan di-larung ke lautan lepas. Bersamaan dengan itu, Tetua Adat akan memberi isyarat untuk dilaksanakan pembuangan balai di tanjung dan daratan.
Orang yang mewakili Dewa Laut akan dipanggil naik ke perahu dan disadarkan lagi. Para pembantu akan mendendangkan:
Pulang kekire pulang ade guru
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!