Taber Laot Tanjung Putat - Menjelajahi Bangka-Belitung Images
Kondisi geografis Kepulauan Bangka-Belitung
Wilayah Kepulauan Bangka-Belitung dengan total luas keseluruhan mencapai 81.725,14 km2terbagi menjadi wilayah daratan dan lautan. Meliputi 16.424,14 km2( 20.1%) luas daratan dan 65.301 km2(79.9%) luas lautan. Secara umum, kepulauan Bangka-Belitung merupakan wilayah perairan, sehingga terdapat kelompok masyarakat pesisir pantai. Masyarakat pesisir pantai merupakan sekelompok orang yang hidup mandiri secara bersama-sama dalam rentang waktu cukup lama, memiliki budaya yang khas identik dan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan laut.
Masyarakat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Memiliki identitas yang khas,
- Jumlah penduduk yang tidak banyak dan mengenal satu sama lain,
- Memiliki keseragaman dengan tingkat perbedaan yang kecil.
- Karakter yang keras, tegas dan terbuka. Mampu menerima perubahan, kompetitif dan memiliki rasa bangga.
Mereka memandang alam memiliki kekuatan, sehingga perlu menghormati dan menjaga keharmonisan. Hal ini mendorong untuk melakukan ritual adat laut. Adat-istiadat budaya yang dijalankan memiliki kesamaan dengan daerah di bagian pesisir pantai lainnya. Salah satunya upacara adat sebagai ucapan syukur atas hasil laut yang melimpah, tolak bala dan harapan hasil laut melimpah di masa mendatang. Di Bangka-Belitung terdapat beberapa ritual seperti Taber Laot, Selamat Laut dan Buang Jong. Pada kesempatan ini, kita akan mulai membahas ritual adat Taber Laot.
Taber Laot Kepulauan Bangka Belitung
Taber merupakan salah satu upacara adat Bangka-Belitung, terdiri dari Taber Laot dan Taber Darat. Bertujuan untuk membuang bala ( musibah ) dan sial ( kemalangan). Upacara Taber telah dilaksanakan sejak zaman dahulu dan terus berkesinambungan hingga saat ini.
Tradisi Taber Laot dari kata “ Naber berarti netral dan aman” dan “Laot berarti lautan”. Sebuah tradisi upacara adat sebagai bentuk rasa syukur masyarakat pesisir pantai atas hasil laut yang melimpah, harapan akan berkah hasil melaut yang berlimpah di waktu mendatang, dan keselamatan berupa tolak bala [1] bagi nelayan yang mencari nafkah dengan mengarungi laut. Laut telah menjadi sumber pencaharian utama yang tidak dapat dipisahkan bagi masyarakat pesisir pantai.
Diselenggarakan oleh masyarakat Batu Beriga (Kecamatan Lubuk Besar; Kabupaten Bangka Tengah), Desa Kurau, Desa Kurau Barat dan di Pantai Tanjungputat (Kecamatan Belinyu - Kabupaten Bangka).
- Ritual Taber Laot di Pantai Tanjung Berikat, Desa Batu Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah
Ritual diselenggarakan setahun sekali pada bulan April, dengan tanggal tergantung dari petunjuk Tetua Adat. Setelah menerawang hari baik, sang Tetua Adat biasanya akan memberi tahu warga melalui aparat desa dan upacara dipimpin langsung olehnya.
Persiapan ritual berupa ayam panggang yang ditaburi oleh dua helai daun (daun selasih dan daun ati-ati). Dibawa ke tepian pantai dengan dilanjutkan membaca doa. Setelah doa selesai, hidangan yang telah dibacakan doa kemudian dibagi-bagikan kepada sebagian warga yang menyaksikan.
Tiap-tiap warga Desa Batu Beriga juga turut “menganggung”[2] bersama ke tepi pantai. Setelah acara ritual selesai dilakukan, mereka makan bersama dari makanan yang telah dibawa tersebut. Acara berlangsung dengan meriah yang dihadiri pula para pejabat dan warga dari luar desa.
Masyarakat Desa Batu Beriga wajib tidak pergi melaut selama 3 hari setelah ritual dilaksanakan. Masyarakat dari desa lain turut mengerti dan mereka tidak akan pergi ke laut Desa Batu Beriga untuk memancing.
Nilai kearifan lokal yang dapat dijadikan teladan yaitu unsur religius, senasib sepenanggungan (solidaritas), persatuan (soliditas) dan penghormatan kepada alam.
Transportasi menuju Desa Batu Beriga dari Bandara Udara Depati Amir (Pangkalpinang) mengunakan taxi bandara ataupun transportasi umum menuju ke Kota Koba ( Ibukota Kabupaten Bangka Tengah) dengan jarak tempuh sekitar 60 Km. Memerlukan perjalanan sekitar 60 menit. Dari Kota Koba, dapat menyewa mobil menuju Desa Batu Beriga. Acara ritual Taber Laut diadakan di Pantai Tanjung Berikat berjarak 1-2 Km dari desa Batu Beriga (sekitar 1 jam dari Koba atau 2 jam dari kota Pangkalpinang menuju pantai Tanjung Berikat).
Pantai Tanjung Berikat
Pantai yang cantik pada saat matahari terbenam , air laut yang biru, deretan batu granit raksasa dan hamparan pasir putih. Terletak di sebelah timur Kota Koba yang berjarak kurang lebih 60 km. Terdapat sebuah mercusuar dan menjadi salah satu tujuan wisata Kabupaten Bangka Tengah. Upacara adat Taber Laot diadakan di pantai ini. Tahun 2010, pantai Tanjung Berikat menjadi salah satu tempat wisata untuk program “ Visit Babel Archy 2010”.
Foto – foto panorama Pantai Tanjung Berikat
- Ritual Taber Laot di Pantai Tanjung Putat, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka
Ritual dimulai dari persiapan hingga pelepasan seserahan ke tengah laut. Mengikuti petunjuk Tetua Adat setempat dengan iringan lantunan musik melayu. Berlangsung selama 6 hari 5 malam secara terus menerus. Selama prosesi acara terdapat pertunjukan tari dan para ibu bertugas mempersiapkan kebutuhan- kebutuhan seperti arang dan garam. Ritual seserahan dilakukan antara masyarakat setempat dan pemilik seserahan. Dengan pernyataan pemilik seserahan sebagai berikut,
“Kapal ini tidak saya jual, tapi akan saya tukar dengan hasil laut dan pesta rakyat”.
Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan seorang mediator [3] bagi penghuni laut. Mediator akan mengangkat seserahan di atas kepala dalam kondisi tak sadarkan diri. Pembantu dari Tetua Adat akan berusaha melepaskan seserahan tersebut.Tetua Adat menutupi mata sang mediator menggunakan kain putih. Lantas ia-pun menjadi sempoyongan. Lewat iringan musik melayu, sang mediator akan terus bergoyang dan memanjat tiang yang telah disediakan.
Tetua Adat akan berusaha menyadarkan sang mediator dengan kembang kelapa. Seserahan selanjutnya dibawa menuju ke tengah laut untuk ditenggelamkan menggunakan sebuah kapal. Di tengah laut yang telah ditentukan oleh Tetua Adat, seserahan akan di-larung[4].Tetua Adat itu akan turut turun ke laut dan menyanyikan lagu melayu dengan iringan musik.
Akhirnya, Tetua Adat berhenti menyanyi. Dalam kondisi setengah sadar, para pembantunya akan membantu menaikkan ke kapal. Acara ritual ini pun telah usai. Perlahan-lahan semua orang mulai meninggalkan lokasi peletakan seserahan tersebut.
Pantai Tanjung Putat
Pantai Tanjung Putat terletak di Belinyu ( di sebelah barat laut Pulau Bangka), Kabupaten Bangka. Membutuhkan jarak tempuh ± 4 km dari pusat kota Belinyu. Berada di antara Pelabuhan Tanjung Gudang dan Pangkalan TNI Angkatan Laut.
Akses menuju Pantai Tj. Putat dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun sewaan. Melalui jalan menuju gerbang masuk Pangkalan TNI AL. Pilih belokan ke kiri sebelum mencapai gerbang. Menyusuri bibir pantai. Dapat meneruskan jalan ke arah barat hingga mencapai pantai dengan bebatuan granit yang besar . Tanaman bakau (mangrove) tumbuh secara alami di sepanjang pantai ini. Menikmati air laut yang bersih dan tenang , pilih area sebelah barat pantai.
Jalan kedua melalui jalan utama menuju ke arah Pelabuhan Belinyu, sebelum memasuki gerbang pelabuhan, belok kiri menyusuri jalan aspal dan perkampungan penduduk serta gudang-gudang kaolin di sepanjang jalan.
Pantai Tj. Putat dengan batuan besar yang terhampar menghasilkan karakter air laut yang tenang, bening dan dangkal. Menjadikan tempat favorit yang nyaman untuk berenang menikmati segarnya air laut. Anak-anak-pun dapat dengan aman dan senang bermain air.
Di pinggir pantai dapat pula memanggang ikan sambil menikmati pemandangan pantai dengan panorama lalu lalang perahu nelayan. Hasil laut tangkapan nelayan seperti ikan, kepiting, udang dapat dibeli oleh pengunjung. Pada bulan November, para nelayan menjual siput gonggong.
Pada bagian Tanjung Putat sebelah kiri, depan muara sungai Belinyu, terdapat orang menangkap ikan dengan pukat tarik. Pada waktu air laut surut, para pengunjung biasa mencari lokan (sejenis kerang) dan remis ( kerang ukuran kecil). Pada kondisi ini, mudah menemukan ikan-ikan hias, udang kecil dan gerombolan kepiting darat [5] kecil di sela-sela batu dan genangan air. Memancing ikan Untus [6]terkadang menjadi pilihan orang datang ke pantai ini.
Batu-batu besar di Tanjung Putat ditempeli oleh “teritip”[7].Teritip diolah dengan cara dipecah kulit untuk diambil isinya. Isi teritip mentah dengan campuran jeruk kunci [8],irisan bawang merahdan cabe rawit sebagai “cocolan” ikan bakar dan lalapan sayuran. Ada pula yang mencampur teritip dengan garam dan difermentasi ke dalam botol. Dikenal dengan “pekasem”, mirip dengan rusip dan kecalok sebagai bahan “cocolan”.
Musim liburan, pantai ini penuh dengan orang berkunjung untuk mandi, duduk santai sambil asyik bercengkrama di atas batu, menikmati jajanan khas di pondok kecil sederhana. Untuk yang hobi fotografi, pada waktu matahari terbenam, juga memberikan sensasi menarik. Dilatarbelakangi oleh kapal-kapal berukuran besar yang sedang bersandar di Pelabuhan Tanjung Gudang.
Adalah suatu tradisi baik yang hadir di masyarakat Melayu Bangka-Belitung. “Nganggung” berarti dipapah di bahu. Sebuah adat yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Dilakukan dengan membawa dulang atau talam khas melayu yang ditutupi dengan tudung saji berisi makanan untuk santap makan bersama-sama.
Dulang berupa wadah dari kuningan, alumunium ataupun seng yang digunakan mengisi makanan dan ditutup dengan penutup dulang yaitu tudung saji. Terbuat dari anyaman daun pandan atau daun nipah.Tudung dicat dengan motif khas dan warna semarak yang didominasi warna merah, variasi kuning dan hijau.
Dibawa dari masing-masing rumah penduduk menuju suatu tempat pertemuan besar (seperti mesjid dan balai desa) atau tempat kegiatan adat. Nganggung biasa diadakan pada saat panen lada, hari-hari besar keagamaan, ritual adat, menyambut tamu kehormatan, acara selamatan, pernikahan dan kematian.
Nganggung merupakan wujud dari motto masyarakat Bangka yaitu Sepintu Sedulang. Setiap rumah (sepintu – satu pintu) membawa satu dulang (sedulang). Sepintu Sedulang mencerminkan sifat kegotong royongan [9], persatuan, kekeluargaan kokoh, dan tali silahturahmi yang erat antar warga masyarakat. Pada saat menyambut tamu kehormatan, acara jamuan makanan disediakan secara bergotong lewat tradisi Nganggung.
Terlihat pula dalam ucapan turut duka cita atas meninggalnya salah satu warga. Pada hari ke-7 masa berkabung, masyarakat akan mengadakan ritual doa bersama. Lewat tradisi Nganggung ini terdapat wadah turut membantu sesama yang terkena musibah dan bentuk rasa peduli senasib-sepenanggungan.
Hidangan yang disajikan dapat berupa ketupat, lepet, masakan daging ayam, kue, buah-buahan dan sebagainya.Oleh para ibu, hidangan ditaruh dalam piring yang disusun melingkar dengan rapi. Jenis hidangan makanan akan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kaum laki-laki sebagai perwakilan dari setiap rumah berbondong-bondong membawa dulang ke tempat yang telah disepakati dengan sebelah tangan setinggi bahu dan menjadikan bahu sebagai penopang dulang. Setelah tiba di tempat, panitia akan menerima dan meletakkan dengan rapi. Dulang akan ditukar satu sama lain dengan maksud bisa saling menikmati makanan yang dibawa oleh orang lain. Duduk berbaris saling berhadap-hadapan dengan dulang diantara mereka. Hal menarik akan terjadi ketika waktu bersantap bersama. Antar warga satu sama lain akan saling bertukar , saling menawarkan dengan harapan ketika pulang, makanan yang dibawa akan habis.
Manfaat kearifan lokal dalam tradisi budaya Nganggung yaitu sebagai indentitas dan warisan budaya yang bernilai, pembentuk perilaku sosial, terapi psikologis masyarakat, dan pemersatu masyarakat.
Mari kita jaga dan lestarikan adat Taber Laot dan tradisi Nganggung. Setiap perhelatan tradisi adat memiliki nilai makna kearifan dan mampu menjadi potensi wisata baik lokal maupun internasional. Salam Sepintu Sedulang... ( Vau-G / www.bapang007.blogspot.com)
Catatan Kaki:
[1] ^ dijauhkan dari musibah dan marabahaya di laut.
[2] ^ tradisi Nganggung.
[3] ^ perantara atau penghubung antara penghuni laut dengan masyarakat setempat.
[4] ^ dilepaskan di atas permukaan air.
[5] ^ kepiting dengan capit yang besar.
[6] ^ cara memancing ikan ini dengan berendam hingga sebatas dada. Menggunakan “ Baur(Joran – tongkat pancing)” dari bambu yang panjang dan lurus. Biasanya juga membawa “keruntung- keranjang rotan bundar” yang digantung di dada. Memakai umpan berupa udang, potongan cumi dan sejenis cacing laut.
[7] ^ sejenis kerang yang menempel di bebatuan laut. Diambil isi dengan cara menghancurkan kulitnya
[8] ^ jeruk berukuran kecil, berkulit tipis dengan rasa asam. Dikenal pula dengan nama jeruk sambal, jeruk calong, dan lemau calong.
[9] ^ Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Referensi:
- Pantai Tanjung Berikat. 14 September 2010, Jam 12.46 WIB. Update 25 Januari 2016, Jam 20.10 WIB. bangkatengahkab.go.id. Diakses 16 April 2016, Jam 10.30 WIB.
- Upacara Adat Bangka Belitung. 2015. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
- Stevany, Veronica. Menjelajahi Bangka Belitung – Sebuah Buku Panduan Wisata.
- Hamparan Pantai Pasir Putih di Beriga. Tourism n’ Traveller, travellere.blogspot.co.id. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 21.58 WIB.
- Makna Tradisi Nganggung di Bumi Pintu Sedulang. zonabangkabelitung.blogspot.co.id. Diakses tanggal 20 April 2016, Jam 09.15 WIB.
- Pemerintah Lakukan Pelestarian Adat Taber Laut Bangka Belitung. 29 April 2013, Jam 10.29 WIB. 108 Jakarta, news.108jakarta.com. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 09.27 WIB.
- Taber Laut di Tanjungputat.15 Juli 2012, Jam 22.56 WIB. bangka.tribunnews.com. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 09.35 WIB.
- Agus, Mohamad. 1 April 2015. Masyarakat Multicultural Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masyarakat Multicultural, bangkacultural.blogspot.co. id. Diakses tanggal 26 April 2016, Jam 17.52 WIB.
- Sahnastasia. 2015. Tinjauan Koreografi Tari Taber Darat sebagai Tari Upacara Adat di Desa Lampur Kecamatan Sungai Selan Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
- Pantai Tanjung Berikat. Visit Bangka Belitung – Come & Explore, visitbangkabelitung.com. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 09.50 WIB.
- Drs. H. Ajid Bin Tahir, M.si. Sistim Sosial Budaya Masyarakat Pesisir. Diakses tanggal 28 April 2016, Jam 09.57 WIB.
- Satriawan, Iwan. 3 Januari 2016, Jam 14.51 WIB. Wow, Indahnya Matahari Terbenam dari Tanjung Putat. bangka.tribunnews.com. Diakses tanggal 29 April 2016, Jam 12.40 WIB.
- Risnawati. Tanjung Putat. visitbangkabelitung.com. Diakses tanggal 29 April 2016, Jam 22.03 WIB.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI