Mohon tunggu...
Vau-G
Vau-G Mohon Tunggu... Wiraswasta -

" ...Menulis merupakan salah satu kesempatan berbagi hal baik (berupa inspirasi, pengalaman, dan pengetahuan) kepada banyak orang dalam jangkauan ruang lintas waktu yang jauh ke depan. Salam Olah Kata & Pikiran...Terus mem-Baca, me- Nelaah & me-Nulis..."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Habis Terang, Terbitlah Gelap.Bangka; Pagi, 9 Maret 2016

7 Maret 2016   22:00 Diperbarui: 9 Maret 2016   21:24 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewa Wisnu melemparkan cakra kearah Rahu hingga lehernya terputus. Pada saat itu, Rahu tengah meminum air keabadian, namun baru mengalir hingga kerongkongan. Hal inilah yang mengakibatkan, meski terpenggal, kepala Rahu tetap abadi. Akibat dendam, Rahu berusaha memakan  matahari dan bulan. Kisah ini menjadi cikal bakal kepercayaan masyarakat jawa mengenai mitos Batara Kala. Makhluk raksasa yang menelan matahari pada saat gerhana matahari.

Orang Dayak Kahariangan mempercayai bahwa banyak makhluk gaib keluar bersamaan dengan gerhana matahari. Mereka memanfaatkan dengan bertapa, mengeluarkan benda-benda pusaka untuk terkena bilasan matahari pada saat gerhana. Dipercaya akan meningkatkan kesaktian. Orang  Dayak mempercayai adanya makhluk gaib bernama Ruhi yang menelan matahari pada saat gerhana. Beramai-ramai memukul gong dan lesung agar Ruhi memuntahkan kembali matahari. Tak lupa, mereka menutup kepala dengan wajan untuk menangkal pengaruh buruk.

Ada keyakinan beberapa masyarakat Indonesia, untuk menolak pengaruh buruk gerhana matahari, dilakukan tebar beras kuning di sekitar hunian. Beras kuning tersebut berasal dari beras yang direndam  dalam larutan air kunyit.  Dalam adat-istiadat nusantara, beras kuning telah populer digunakan seperti dalam Upacara Tepung Tawar (sebagai rasa syukur atas keberhasilan yang telah dicapai), Upacara Tedak Siti ( upacara bagi anak yang baru dilahirkan), pengobatan “kebidaraan” ( menangis tiada henti yang disebabkan oleh makhluk halus), dan saweran pernikahan.

-   Yunani Kuno

Merupakan tanda  kemarahan Tuhan dan akan terjadi bencana

-   India

Beberapa orang menolak untuk makan pada waktu selama gerhana matahari. Adanya kepercayaan bahwa makanan yang telah dihidangkan pada saat gerhana, telah terpapar racun.

-   Tiongkok

Gerhana matahari terjadi oleh seekor naga yang melahap habis matahari. Untuk mengusir naga tersebut, dibuat kebisingan dengan memukul kentongan, menyalakan petasan dan meniup terompet.

-  Bangka

Hidup seorang raksasa bernama Rau di Pulau Bangka. Ia ingin mempersunting salah satu Dewi Kahyangan. Namun ditolak. Rau tidak terima dan berusaha tetap memaksa. Dewa Surya ( Matahari ) dan Dewa Candra (Bulan) mengadukan perbuatan Rau kepada Dewa Wisnu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun