Mohon tunggu...
Raden Ayu Nova Lurra ( Lintang'ku )
Raden Ayu Nova Lurra ( Lintang'ku ) Mohon Tunggu... lainnya -

\r\n- " Setetes demi tetes Hujan yang turun adalah \r\n pembekuan dari Do'a yang menggantung pada \r\n langit langit Surga yang terjatuh ke Bumi lantas\r\n menguap ke Arsy menuju yang terkasih. " \r\n\r\n- " Sesuayangan yg ta teganti en memang ta ada \r\n terpantas'e mengganti \r\n be'bilamana nafas'e telah menyatu\r\n serumpama Ruh yang mengecup mesra do'a\r\n\r\n ( dedicated to : Raden Ayu Nova Lurra )

Selanjutnya

Tutup

Puisi

sesedap kekepul

26 Mei 2011   11:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sebaris gulai reraut makna..

bersantan reraut pemangkuk perindu hakekat..

sebutir dingin ranu perisai rerasa..

terkepuli sukma yg menyungsung misikan seikat..

senyum..

tangis..

tawa..

seperti noda mangkuk hajatan..

dalam retakan yg menyisipkan alur.

yg mungkin mentinta dalam kertas..

mampirlah..

jika cubitan rerinduan membekas ta tampak..

menangislah jika pangkuan ibu ta lagi menenang..

usaplah tiap kilometer jejak jalan..

dan jika hati ta mampu menadah kemilau air mata..

lipatlah dalam sepelukan..

niscayakan..

ekstasi terpeluk..

adalah menemukan satu sisi..

diri dalam tersuayangi..

dan jika jiwaku sesengguk..itu karenarena engkaulah air mataku..

dalam sedih..

resah..

tawa..

menghakekati cinta

dan dirimoe lah..

sesosok tanpa nama..

yg tercintai sepenuhnya..

Raden Ayu..

meski ta termengerti..

terpapar dg jelaz..

namun itu lah realitas..

serupa dg cecapan..

dalam gula umbu dapur..

yg ta terjelas ..

namun terasa..

itulah..

Cinta..

mengepuli yg dicinta..

hem..

hem.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun