Oleh : Varhan Abdul Aziz
Alumni Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia
"Ada banyak orang yang kelaparan di dunia ini, namun Tuhan tidak dapat mucul di hadapan mereka kecuali dalam bentuk roti."
-Mahatma Gandhi-
Untuk bisa hidup manusia butuh makan. Agar bisa makan mereka harus bekerja. Keadaan Corona ini memaksa mereka yg bekerja, sulit melakukanya, karena tuntutan diam dirumah, cari nafkah dari dalam kamar. Tidak semua bisa bekerja dari atas kasur. Yang punya tabungan saat tak kerja pasti akan habis, apalagi yang isi kantongnya hidup hari demi hari. Tidak kerja hari ini, tidak makan. Mati kemudian.
Ketika tangan kakinya tdk lagi bisa bergantung pada tubuh sendiri. Harapan selalu diujungkan pada Tuhan, padahal doa itu harusnya dipanjatkan diawal, baru ikhtiar dgn sandaran ingat rabbnya. Dan jawaban tuhan hadirnya lewat bahasa kasih manusia baik disekitar. Tapi tidak semua orang baik bertemu orang butuh.Â
Ada diantara mereka yang tak tersentuh. Oleh karena itu Pemerintah jadi jelmaan jawaban kasih sayang Allah pada hambanya. Mereka menurunkan bantuan sosial dengan cita mulia, agar semua yang membutuhkan mendapatkan bantuan sesuai sasaran.
Ada yg berucap, 600ribu bansos bisa makan apa? Ya cuma terbeli 1 Bungkus Oreo Supreme, kalau sekedar mengikuti gengsi besarmu. Tapi 600rb jadi nyawa tambahan ketika maut hampir datang karena lapar bagi mereka yg tidak punya uang. Kita tidak akan pernah bisa mengenyangkan 1 mulut yang serakah. Tapi kita bisa menyelamatkan perut2 lapar penuh syukur.
Kemensos jadi titisan mikhail saat rizkinya Allah diturunkan kepada rakyat Indonesia yang membutuhkan. Tidak peduli memilih siapa saat pemilu lalu, semuanya rakyat presidenku, yang lapar harus ditolong, yang butuh harus diberi makan. Paling tidak sampai dengan pandemi ini bisa membuka era normal baru, dimana mereka yg sekarang butuh akan selamat sampai masa itu. Kembali mencari uang sendiri.
Alhamdulillah, bantuan itu bisa diperpanjang penerimaanya sampai akhir Desember. Terdengar kembali suara tajam, "300rb makin kecil saja." Dengarlah, kata2 kesarmu takkan membuat orang susah jadi kaya, takkan membuat perut perih terisi penuh. Para komentator amatir gratisan, cobalah ganti pekerjaan yg lebih berfaedah. Jadi relawan bantu sesama buat perubahan.
Sambil terus berikhtiar, pemimpin diatas sedang memikirkan nasib 1/4 Miliar rakyatnya. Yang tdk paham bisa saja bilang, enak jadi pembesar, perut kenyang, harta banyak, tidak bingung apa mau dimakan.Â
Mereka disana justru memikirkanmu yang merintih susah agar bisa hidup lebih baik, mencari solusi agar semua lambung terpenuhi. Berutunglah saat Indonesia diberikan pemimpin yang mampu tegar dalam badai, menjaga rakyat tetap bertahan.
Obama pernah berkata,
"Di Afrika, Anda sering melihat bahwa perbedaan antara desa tempat orang makan dan desa tempat orang kelaparan adalah pemerintah. Satu memiliki pemerintahan yang berfungsi, dan yang lainnya tidak. Itulah mengapa menggangguku ketika aku mendengar orang berkata bahwa pemerintah adalah musuh. Mereka tidak mengerti peran fundamentalnya."
- Barrack H Obama -
Indonesia menjadi 1 negara yang pemerintahanya bertahan dengan pertumbuhan ekononi 2.97% positif. Di masa normal, ini buruk. Namun di masa buruk, ini baik. Cina ekonominya minus 6.8%, eropa minus 3.3%, Singapura minus 2.3%. Amerika tdk minus, tapi hanya naik 0.3%, Korea Selatan yang sama - sama tidak lockdown, ekonominya hanya naik 1.3%.
Sampai disini kita syukuri. Harapan kita bangkit besar. Kita adalah bangsa kuat, yang hebat karena persatuan dan gotong royong. Membantu yg tidak mampu, merangkul yang lemah, memapah yang terjatuh agar lagi kita berdiri sebagai orang kenyang satu negara. Orang - orang besar satu bangsa. Orang merdeka tanpa rasa lapar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H