Makan adalah suatu kegiatan mengkonsumsi makanan atau minuman untuk menyediakan sumber energi dan nutrisi bagi tubuh. Makanan berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun tubuh, dan pengatur berbagai proses fisiologis. Zat gizi penting yang terkandung dalam makanan antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air, yang masing-masing memiliki peran dalam pertumbuhan, metabolism, dan pemeliharaan tubuh. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk bertahan dan hidup. Tanpa makanan, manusia tidak dapat bertahan, karena manusia menempati urutan teratas dalam rantai makanan. Lalu bagaimana dengan para pengidam Eating Disorders?
Eating Disorders?
Gangguan makan atau Eating Disorders adalah kondisi perilaku yang ditandai dengan gangguan perilaku makan yang parah dan terus-menerus serta pikiran dan emosi yang menyusahkan. Ini bisa menjadi kondisi yang sangat serius yang mempengaruhi fungsi fisik, psikologis dan sosial. Walaupun terdapat istilah "makan" pada namanya, gangguan makan lebih dari sekedar makanan. Ini adalah kondisi kesehatan mental kompleks yang seringkali memerlukan intervensi ahli medis dan psikologis untuk mengubah arahnya.
Jenis gangguan makan yang berbeda memiliki gejala yang berbeda, setiap kondisi melibatkan fokus ekstrem pada masalah yang berkaitan dengan makanan dan pola makan, dan beberapa kondisi melibatkan fokus ekstrem pada berat badan. Berikut enam gangguan makan yang paling umum dan gejalanya.
- Anorexia Nervosa
- Asupan kalori yang sangat dibatasi, termasuk menghindari jenis makanan tertentu
- Ketakutan yang amat besar akan kenaikan berat badan
- Citra tubuh yang terdistorsi
- Bulimia Nervosa
- Orang dengan pengidap Bulimia sering kali makan makanan dengan jumalah yang besar dengan jarak waktu yang singkat. Mereka akan terus makan hingga mereka merasa sangat kenyang. Penderita bulimia kemudian mencoba melakukan pembersihan dengan cara memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan untuk mengimbangi kalori yang dikonsumsi dan untuk meredakan ketidaknyamanan usus.
- Binge Eating Disorder (BED)
- BED sering kali melibatkan makan dengan jumlah yang besar dengan cepat, diam-diam, dan sampai merasa kenyang, walaupun tidak lapar. Perasaan tertekan seperti malu, jijik, atau merasa bersalah mungkin akan muncul saat memikirkan perilaku berlebihan. Orang dengan BED memiliki gejala yang serupa dengan orang dengan Bulimia, tetapi orang pengidap BED tidak akan membatasi kalori, atau menggunakan perilaku pembersihan seperti muntah atau olahraga berlebih setelah makan banyak.
- Pica
- Pica melibatkan makan makanan yang dianggap bukan makanan dan tidak terdapat nilai-nilai gizi, seperti :
- Es batu
- Tanah
- Kapur
- Sabun
- Kertas, dll.
- Rumination Disorder
- Rumination Disorder terjadi ketika seseorang secara rutin memuntahkan makanan yang sebelumnya dikunyah dan ditelan, dikunyah kembali, lalu ditelan kembali atau dimuntahkan. Perilaku ini biasanya terjadi dalam waktu 30 menit setelah makan.
- Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID)
Â
Orang pengidap AFRID mengalami kurangnya minat makan atau ketidaksukaan terhadap bau, rasa, warna, tekstur, atau suhu tertentu. AFRID lebih dari sekedar perilaku umum seperti pilih-pilih makanan pada balita atau rendahnya asupan makanan pada orang lanjut usia.
      Gangguan makan atau Eating Disorders sering kali terjadi bersamaan dengan gangguan kejiwaan lainnya, gangguan mood dan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, serta gangguan penggunaan alcohol dan narkoba. Bukti menunjukan bahwa gen dan heritabilitas berperan dalam penyebabb beberapa orang beresiko lebih tinggi terkena gangguan makan atau Eating Disorders, namun kelainan ini juga mampu menimpa orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut.
      Perawatan harus mengatasi komplikasi psikologis, perilaku, nutrisi dan medis lainnya. Ambivalensi terhadap pengobatan, penolakan terhadap masalah makan dan berat badan, atau kecemasan terhadap perubahan pola makan sering terjaddi. Namun, dengan perawatan medis yang tepat, penderita gangguan makan atau Eating Disorders dapat melanjutkan kebiasaan makan yang sehat, dan memulihkn Kesehatan emosional dan psikologis mereka. Lalu seperti apakah fungsi otak pengidap Eating Disorders?
Bagaimana Fungsi Otak Pengidap Eating Disorders?
      Penyebab Anorexia Nervosa cukup rumit untuk dijelaskan secara pasti, karena gangguan ini biasanya terjadi karena berbagai faktor, mulai dari faktor biologis, social, hingga psikologis. Para peneliti pun mulai mencari jawaban atas kondisi yang dialami para pengidap Anorexia Nervosa. Mereka menelusuri jauh ke mekanisme saraf otak para pengidap Anorexia. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan di Pusat Kedokteran Universitas Columbia, New York, perbedaan aktivitas saraf di otak dapat mendasari pola makan tak sehat pada pengidap Anorexia Nervosa.
      Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa orang-orang yang dirawat di rumah sakit karena Anorexia Nervosa, ternyata mengaktifkan are unik di otak mereka saat membuat keputusan memilih di antara berbagai makanan. Dalam meneliti hal ini, para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetic fungsional (FMRI), yang berfungsi melacak aliran darah di otak. Dengan FMRI tersebut, para peneliti melakukan penelitian terhadap 21 orang perempuan yang baru dirawat di rumah sakit karena Anorexia, dengan 21 orang sehat yang tidak mengalami gangguan makan.
      Selama penelitian, peserta menilai kesehatan dan kelezatan sekitar 76 makanan. Mereka menjawab serangkaian pertanyaan untuk memilih antara makanan yang mereka nilai 'netral' dan makanan lain pada daftar. Dibandingkan kelompok pembanding, orang dengan Anorexia kecil kemungkinannya memilih makanan berlemak tinggi, yang mengandung setidaknya 30 persen kalori dari lemak.