Kesempatan kali ini, penulis ingin membahas dua film yang sama-sama menceritakan perjuangan wanita dalam menegakkan keadilan. Kedua film ini memberikan kesan tersendiri bagi penulis.
Film pertama yaitu merupakan film Kartini yang dirilis pada tahun 2017. Film ini mengkisahkan bagaimana perjuangan seorang wanita dalam emansipasi wanita pada jaman dulu dalam kesetaraan pendidikan antara keturunan ningrat maupun masyarakat yang bukan keturunan ningrat. Kartini memiliki batasan dan juga tekanan akibat tradisi yang sudah turun menurun.
Film kedua yaitu merupakan film yang menceritakan gadis yang berasal dari China yaitu Hua Mulan yang dirilis pada tahun 2020. Menceritakan perjalan Mulan yang menyamar menjadi laki-laki demi menggantikan ayahnya dalam pelatihan prajurit yang disiapkan untuk menghadapi musuh.
Bagi penulis, kedua film ini memberikan kesan dan makna tersendiri. Apa lagi film ini sama-sama menceritakan dua wanita yang hebat dalam mendobrak pandangan wanita di bawah lelaki serta budaya yang mengekang.
Jaman kini semakin maju, namun juga masih ada beberapa orang yang tidak menghargai dan menghormati seorang perempuan. Hal ini sudah menjadi penyakit sejak jaman dulu.
Kedua film ini memang memiliki perbedaan latar belakang dan daerah. Namun perbedaan itu tidak dapat menutupi bahwa dimanapun wanita berada, tetap mendapat perlakuan yang tidak adil, tidak peduli setinggi apapun cita-cita seorang wanita tetap pada akhirnya hanya akan tetap dinikahkan.
Kartini dan Mulan memiliki persamaan karakter yang kuat dan berani mendobrak budaya patriarki. Kartini yang  berlatar belakang priyayi atau kelas bangsawan, dan sedangkan Mulan merupakan tokoh fiksi yang memiliki latar belakang seorang putri dari keluarga yang biasa saja.
Sebelum masuk ke lebih jauh pembahasan dari dua film, penulis ingin menggunakan teori feminisme sebagai landasan dalam pembahasan. Mungkin kata 'feminisme' sudah tidak asing bagi kita.
Feminisme sendiri berangkat dari bahasa latin femina yang artinya perempuan. Istilah feminisme sudah digunakan sejak tahun 1890 yang membahas teori kesetaraan laki-laki dengan perempuan.
Feminisme berangkat dari sejarah dan budaya dominasi laki-laki yang mengelompokkan gender terutama perempuan dengan marjinal. Lalu muncullah ketidakseimbangan atau ketimpangan baik dari laki-laki maupun perempuan.
Berangkat dari isu perempuan yang sering dianggap sebelah mata dan hanya dianggap sebagai objek keindahan, teori ini ingin mengubah pandangan perempuan yang selalu derada di bawah laki-laki.
Feminisme menurut Maggie Hum adalah bentuk ideologi yang sering kali orang salah tangkap. Secara garis besar, ideologi dari feminisme yaitu kebebasan perempuan akiat sering mengalami ketidakadilan hanya karena dari jenis kelamin.
Belajar dari film Kartini, yang mengalami masa di mana orang yang boleh mendapat pendidikan tinggi yaitu mereka yang berketurunan ningrat dan terutama lelaki. Perempuan menjadi pemanis, selain itu juga terdapat cuplikan di mana perempuan lain fokus pada cara berdandan namun Kartini tetap fokus pada membaca buku.
Kisah Kartini mengajarkan bahwa pada jaman dulu, terdapat kekuasaan yang mengelompokkan berdasarkan kasta dan gender sehingga tidak meratanya penyebaran pendidikan. Selain itu jika perempuan mengalami haid yang pertama, perempuan tersebut akan dipingit hingga sang calon suami yang akan membebaskan namun menikah.
Perjuangan Kartini dalam menempuh pendidikan tinggi sering mendapat kecaman dari berbagai pihak. Bahkan ibu angkat Kartini dan kakak laki-lakinya juga memberikan batasan.
Walau banyak pihak yang melarang, namun ada dua tokoh yang justru mendukung Kartini, yaitu ayah Kartini dan suami Kartini yang di akhir cerita akan selalu mendampingi mimpi Kartini. Walau beliau laki-laki, namun ayah Kartini beserta suaminya memiliki pandangan yang berbeda dari tokoh laki-laki lainnya.
Selain masalah pendidikan, Kartini juga mengajarkan kepada kedua adiknya yakni Kardinah dan Roekmini untuk bisa menjadi diri sendiri. Walau hanya dalam batasan ruang tidur, namun kita juga harus memiliki waktu untuk diri sendiri.
Lanjut ke film Mulan, sama halnya perempuan cantik tidak hanya perempuan yang bisa berdandan serta terlihat anggun dalam rumah tangga. Namun Mulan mengajarkan bahwa wanita cantik jika memiliki keberanian.
Selain karena ayahnya yang sudah tua, keluarga Hua hanya memiliki dua anak perempuan saja. Artinya mau tidak mau pada saat raja meminta setiap keluarga mengirim satu anak laki-laki, sang ayah yang harus maju ke medan perang untuk berlatih dan maju melawan Rouran beserta pasukannya.
Jika dilihat dalam film Mulan, ada sosok ayah yang mendukung putrinya dalam melatih bakat. Mulan seorang perempuan yang memiliki 'chi' atau tenaga dalam yang lebih besar dibanding dengan perempuan lainnya, bahkan lebih dari laki-laki.
Disaat ayah Mulan bangga padanya karena bisa bela diri, banyak yang tidak suka pada Mulan. Hingga dikatakan bahwa Mulan akan kesulitan dalam masa perjodohan yang dilakukan.
Hal ini membuat Mulan ingin membuktikan bahwa perempuan juga memiliki jiwa patriot akan negaranya. Satu adegan lagi yang menurut penulis menarik yaitu, ketika Mulan diberi tawaran apakah ia ingin menjadi prajurit pribadi Raja ia justru memilih untuk kembali pada keluarganya.
Disimpulkan, bahwa feminisme tidak hanya selalu sesosok perempuan sendiri yang memperjuangkan hak-haknya. Walaupun memang teori ini membahas tentang ideologi kesetaraan gender perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya, tetapi ada sosok lelaki yang hebat untuk selalu mendukung.
Kebebasan dalam mencari ilmu, pengalaman tidak dapat dibatasi hanya karena perbedaan jenis kelamin. Perempuan memiliki perasaan lebih sensitif bukan berarti perempuan tidak mampu mengerjakan pekerjaan yang dilakukan laki-laki saja.
Perempuan diciptakan tidak hanya sebagai pemanis dan pelengkap saja. Namun perempuan ada untuk mengayomi serta mengajarkan rasa setia dalam keluarga.
Tetapi, walaupun adanya teori feminisme bukan berarti perempuan bisa seenaknya menuntut lebih pada laki-laki. Teori ini hanya mengingatkan kita bahwa perempuan juga memiliki kemampuan sama seperti laki-laki lakukan.
Daftar Pustaka:
https://uad.ac.id/id/kartini-jalan-menjemput-takdir/
file:///C:/Users/acer/Downloads/14437-31219-1-PB.pdf
https://osc.medcom.id/community/legenda-pejuang-tiongkok-di-balik-film-disney-mulan-956
https://media.neliti.com/media/publications/60877-ID-kerangka-studi-feminisme-model-penelitia.pdf
http://sosiologis.com/teori-feminisme
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H