New Coronavirus atau Covid, merupakan virus yang pertama kali ditularkan di Cina pada tahun 2019, virus ini memiliki potensi untuk menjadi mematikan serta memiliki kemampuan penularan yang lebih cepat ketimbang virus flu biasa, sehingga pada bulan Maret 2020, Covid resmi dinyatakan sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO).Â
Hal tersebut jelas menyiratkan bahwa virus ini bukan hanya dapat mewabah di negara-negara  kawasan Asia dan Eropa Timur yang berdekatan dengan tanah kelahiran virus tersebut, melainkan juga bisa memberikan ancaman dan dampak yang sama ke seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali negara-negara maju di Benua Amerika yang terletak jauh di barat, seperti halnya Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Terbukti, AS yang baru melaporkan kasus Covid pertama pada pertengahan Januari, dalam waktu singkat telah mengalami pelonjakkan kasus yang luar biasa, merujuk pada data yang diterbitkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), terhitung jumlah kasus aktif Covid di AS pada bulan Juni adalah sebanyak 1,194,283 kasus. Bahkan jauh sebelum itu, pada awal bulan April, AS juga sudah mengambil alih posisi Italia sebagai negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia.
Akibatnya, terjadi lockdown yang membuat toko dan kantor-kantor ditutup, industri terhambat, dan jumlah pengangguran meningkat pesat di negeri paman sam sehingga mendorong Kongres AS untuk mengucurkan dana sebesar US$ 2 triliun sebagai stimulus terhadap kegiatan perekonomian AS yang terkena dampak besar dari wabah tersebut.Â
Bagaimanapun juga, stimulus tidak bisa diberikan terus-menerus mengingat defisit yang terjadi karena perdagangan yang tidak kunjung membaik, sehingga memicu presiden AS, Donald Trump, untuk menyatakan kondisi darurat negara atau National State of Emergency , dalam situasi tersebut, presiden AS memiliki kuasa yang lebih kuat karena mendapat banyak provisi tambahan untuk mengaktifkan law atau hukum tertentu relatif tanpa hambatan dari Kongres.
Trump yang memang dikenal sebagai tokoh nasionalis, populis, dan proteksionis kemudian mengeluarkan serangkaian kebijakan keras, seperti melakukan proteksionisme terhadap ekspor keluar AS, yang mana hal tersebut tidak sebatas komoditas pangan, karena ia juga mengeluarkan memorandum mengenai Pasal 1 Defense Production Act yang ditujukan ke perusahaan-perusahaan rantai produsen ventilator dalam negerinya.Â
Memorandum tersebut juga memberikan wewenang penuh kepada Administrator dari Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) untuk menggunakan segala cara yang dibutuhkan agar bisa memperoleh semua Masker dan alat medis yang di produksi oleh perusahaan yang berpusat di AS seperti 3M, sekaligus juga untuk menahan aktifitas ekspor esensial yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Trump diketahui juga pernah melakukan lobbying dengan perusahaan medis Jerman, CureVac, dalam wacana untuk membeli hak khusus terhadap semua vaksin yang dikembangkan perusahaan tersebut agar hanya di prioritaskan kepada AS. Tentunya, serangkaian kebijakan ini menuai protes dari dunia internasional, terutama dari Kanada yang merasa terkhianati oleh keputusan sepihak AS yang merupakan sekutu terdekatnya sendiri.
Walaupun begitu, keputusan yang diambil oleh Donald Trump sebagai seorang Presiden sebenarnya dapat dipahami, meskipun belum tentu dapat dibenarkan.Â
Jika dilihat menggunakan’ kacamata’ teori neorealisme menurut Kenneth Waltz, maka apa yang dilakukan Trump dengan melakukan proteksionisme terhadap negara lain, terutama Kanada, merupakan wujud dari konsep dasar neorealisme itu sendiri dimana meskipun suatu negara dapat bekerja sama, pada akhirnya mereka akan tetap mempertanyakan ‘siapa yang lebih diuntungkan?’Â
Dan dalam hal ekspor terhadap alat medis esensial dalam jumlah besar-besaran ke negara sekutu seperi Kanada, fakta bahwa AS merupakan negara dengan kasus Covid terbanyak di dunia telah membuat AS kehilangan keuntungan apapun dalam melakukan ekspor, bahkan sebaliknya, kasus covid yang berkepanjangan akibat kurangnya alat pencegahan seperti Masker N95 dipastikan dapat membawa kerugian yang semakin progresif terhadap kondisi AS yang sudah terpuruk sehingga menekan Trump untuk mencoba menghentikan laju ekspor.Â