Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang begitu umum di masyarakat Indonesia saat ini. Sebagai informasi, Diabetes Melitus juga dibagi menjadi 2, yaitu DM tipe 1 yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin dan DM tipe 2 yang disebabkan oleh resistensi hormon insulin. Insulin ini mempunyai peran penting dalam tubuh, bisa dikatakan insulin adalah kendaraan untuk membawa glukosa yang berasal dari makanan kita menuju ke sel untuk dibakar sebagai energi. Oh ya, gula yang saya maksud di artikel ini adalah glukosa. Jika anda belum tau, glukosa adalah bentuk dari karbohidrat yang berasal dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari.Â
Apabila terdapat masalah di insulin, tentunya kendaraan glukosa menuju ke sel akan terganggu sehingga glukosa yang berasal dari makanan kita tidak bisa dibawa secara maksimal. Hal ini menyebabkan glukosa yang tidak masuk ke sel terus beredar disepanjang peredaran darah dan menuju ke organ tubuh yang lain. Hal ini akan membuat tubuh memulai proses kompensasi karena tingginya glukosa di dalam darah dan mengakibatkan beberapa gejala penyakit lain yang tentunya membahayakan organ tubuh. Untuk itulah para penderita DM akan mati-matian menjaga kadar glukosa darah mereka agar tetap dalam batas yang normal, entah melalui obat-obatan, terapi hormon insulin, atau diet.Â
Sayangnya, keinginan untuk menjaga kadar glukosa darah juga tidak mudah. Ibaratnya jika kelebihan glukosa bahaya, kalau kekurangan glukosa juga bahaya. Saya ingin membagi pengalaman saya mengenai kekurangan glukosa pada penderita DM.
Kejadian ini terjadi saat saya SMA dan tentunya waktu itu saya belum sekolah medis dan belum mengerti sama sekali dengan hal ini. Oma saya adalah penderita DM tipe 2. Dari sore oma saya sudah kelihatan sangat gelisah. Kulitnya lembab dan pucat serta banyak sekali keringat yang bercucuran. Awalnya saya dan keluarga hanya mengistirahatkan oma saya sambil memberikan minum sebagai rehidrasi. Hingga beberapa jam kemudian saat hendak ke toilet, oma saya pingsan tiba-tiba dan tidak sadarkan diri. Ternyata sampai di rumah sakit, dokter mendiagnosis oma saya sebagai hipoglikemia.Â
Hipoglikemia merupakan suatu arti klinis yang digunakan untuk keadaan yang disebabkan oleh menurunnya kadar glukosa dalam darah sampai pada tingkat tertentu sehingga memberikan keluhan dan gejala. Beberapa penyebab penyakit (etiologi) hipoglikemia antara lain:
- Penggunaan obat-obatan DM seperti insulin, sulfonilurea yang berlebihan.Â
- Obat-obatan lain seperti beta-blockers, pentamidine,dll
- Sehabis minum alkohol, terutama bila telah lama berpuasa dalam keadaan lama
- Intake kalori kurang, dsb
Hal yang paling penting disini adalah poin 1, yaitu penggunaan obat-obatan DM seperti insulin, sulfonilurea yang berlebihan. Inilah yang menyebabkan hipoglikemia justru sering berkaitan dengan penanganan penyakit DM. Semakin intensif pengendalian kadar glukosa darah, resiko hipoglikemia akan semakin meningkat.Â
Ibaratnya begini. Seperti kita tau bahwa insulin dapat dikatakan sebagai kendaraan glukosa. Obat-obatan pengontrol kadar glukosa dapat diibaratkan sebagai bensin yang akan memaksimalkan kerja hormon insulin. Apabila konsumsi obat berlebihan, maka insulin akan bekerja secara besar-besaran untuk mengangkut glukosa masuk ke sel, terus menerus hingga akhirnya glukosa dalam darah akan sangat rendah bahkan tidak tersisa sama sekali. Padahal tubuh kita pada dasarnya perlu untuk tetap mempertahankan regulasi glukosa yang seimbang.Â
Waspadalah jika anda atau orang-orang disekitar anda penderita DM mengalami gejala seperti berikut:
- Gemetaran
- Kulit lembab dan pucat
- Rasa cemas
- Keringat berlebihan
- Rasa lapar
- Penglihatan kabur dan kembar
Gejala-gejala diatas merupakan gejala awal, apabila sudah dalam tahap lanjut gejala yang ditimbulkan bisa kejang-kejang, sakit kepala hingga koma. Bila keadaan hipoglikemia tidak teratasi, maka dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian.
Lalu bagaimana penatalaksanaan awal jika kita atau kerabat mengalami hal ini?
Pada penderita dengan gejala yang ringan dapat dilakukan penanggulangan dengan memberikan makanan atau minuman manis yang mengandung gula seperti bisa dipilih di bawah ini:
- 2-3 tablet glukosa, atau 2-3 sendok teh gula atau madu
- 120-175 jus jeruk
- Segelas (kurang lebih 200 cc) susu 'non fat' (lemak dan coklat akan memperlambat penyerapan glukosa di usus)
- Setengah kaleng 'soft drink' misalnya coca cola, dll.
Pada umumnya hipoglikemia dengan gejala ringan dapat teratasi dengan penanganan diatas. Bila dengan cara di atas tidak teratasi, maka segera dibawah ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan tata laksana selanjutnya.Â
Jika anda penderita DM, maka akan sangat baik jika terus melakukan kontrol terhadap gula darah anda. Konsumsi pengobatan untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang rendah tidak menjamin anda bebas dari penyakit, karena jika kadar glukosa rendah dapat juga beresiko mengalami hipoglikemia. Sediakan alat cek gula darah di rumah anda sehingga kadar glukosa darah dapat terus dipantau. semoga artikel ini dapat berguna bagi anda atau kerabat anda yang menderita DM untuk lebih waspada dengan hippoglikemia.
Sumber:Â
Manaf A. Hipoglikemi: Pendekatan Klinis Dan Penatalaksanaan. Dalam: S Setiati, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Syam AF (.ed). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Interna Publishing; 2014.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H