Analisis Wacana Kritis: Model Fairclough
Menurut perspektif yang dikenal sebagai analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis), teks menunjukkan fakta sebagaimana adanya. Struktur sosial yang melingkupi penulis teks dan kecenderungan pribadi mereka juga mempengaruhi isi teks. Bahasa bukanlah netral, tetapi membawa pesan ideologis yang dipengaruhi oleh penulisnya. AWK melihat wacana tidak hanya sebagai studi bahasa; analisis wacana kritis melibatkan konteks. Konteks yang dimaksud adalah konteks di mana penggunaan kekuasaan digunakan untuk memarginalkan individu atau kelompok tertentu melalui penggunaan kekuasaan dalam pembuatan teks atau wacana.
Seperti Van Dijk, analisis Norman Fairclough didasarkan pada pernyataan besar tentang bagaimana menghubungkan teks mikro dengan konteks masyarakat makro. Fairclough membuat model analisis wacana yang bermanfaat untuk analisis sosial dan menggabungkan tradisi analisis tekstual---yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup---dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Fokus utama Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik sosial. Dia memfokuskan analisisnya pada bagaimana bahasa muncul dan berkembang dari hubungan dan konteks sosial tertentu.
Fairclough (1989:22) menyebut istilah discourse atau wacana sebagai bagian dari pemahamannya tentang bahasa. Menurut Fairclough, ada tiga konsekuensi dari konsep wacana dalam bentuk "praktik sosial". Pertama, wacana adalah bagian dari masyarakat dan tidak dapat berkembang secara terpisah dari masyarakat. Kedua, dengan melihat wacana sebagai praktik sosial, kita melihat wacana sebagai proses sosial, yang berarti bahasa juga berproses dan berkembang seperti masyarakat. Ketiga, wacana berproses sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Baik wacana maupun keadaan sosial memengaruhi bahasa; ada dialektika antara keduanya.
Fairclough (1989:110-164; 1995:98) membagi analisis wacana menjadi tiga dimensi: teks, praktik diskursus, dan praktik sosiokultural. Kerangka analisis Fairclough terdiri dari analisis teks, analisis praktik diskursus dalam hal produksi dan konsumsi teks, dan analisis praktik sosiokultural. Metode yang digunakan mencakup penjelasan tentang hubungan antara proses diskursif dan proses sosial, penjelasan tentang bahasa teks secara linguistik, dan interpretasi hubungan antara produksi dan konsumsi teks secara keseluruhan.
Tahap pertama analisis teks, juga dikenal sebagai analisis teks atau deskripsi, melibatkan analisis linguistik teks dengan meninjau kosakata, gramatika, dan struktur kalimat. Tiga elemen---pengalaman, hubungan, dan ekspresif---digunakan untuk menilai. Produsen teks memiliki nilai experiential yang melacak bagaimana mereka melihat dunia melalui pengalaman dan keyakinan mereka. Nilai hubungan melacak relasi sosial yang diangkat melalui teks dalam wacana tersebut, dan nilai ekspresif melacak bagaimana produsen teks melihat dunia. Analisis teks terdiri dari sepuluh daftar pertanyaan untuk menganalisis penggunaan kosakata, gramatika, dan struktur kalimat. Tidak semua item penyelidikan di bawah ini harus digunakan sebagai alat untuk menganalisis teks, seperti yang ditekankan Fairclough (1989:110). Sebaliknya, item-item penyelidikan ini hanyalah pilihan yang dapat dibahas dan diperluas.
Penulis:
Vania Salsabila
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H