Analisis Wacana Kritis: Pemahaman Tentang Wacana
Wacana adalah kumpulan kalimat yang memiliki makna yang sesuai satu sama lain. Sebagaimana dijelaskan oleh Syamsuddin (2011), wacana dapat didefinisikan sebagai rangkaian ucapan atau tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara sistematis dan teratur dalam satu kesatuan yang koheren. Rangkaian ini juga terdiri dari komponen bahasa yang segmental dan nonsegmental.
Dalam situasi seperti ini, wacana dapat dianggap sebagai rekaman bahasa yang lengkap dari peristiwa komunikasi; selain itu, komunikasi berfungsi sebagai alat untuk interaksi sosial, yang mencakup hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lain selama proses sosial. Komunikasi dapat terjadi melalui medium verbal (lisan dan tulisan) atau nonverbal (isyarat dan kinesik). Wacana, yang merupakan hasil dari komunikasi verbal, adalah medium verbal. Dalam wacana, ada penyapa, yang dapat berupa pembicara atau penulis, dan pesapa, yang dapat berupa pendengar atau pembaca. Dalam proses berbicara, penyapa menyampaikan pesan (pikiran, rasa, dan keinginan) yang menjadi makna dalam bahasa untuk disampaikan kepada pesapa sebagai amanat (Sudaryat, 2011).
Wacana, menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994), adalah satuan bahasa terlengkap, terbesar, dan terlengkap di atas kalimat atau klausa. Wacana juga dapat memiliki awal dan akhir yang nyata. Namun, Djajasudarma (1994) berpendapat tentang wacana dan komunikasi, serta fungsinya, bahwa wacana dengan unit konversasi memerlukan unsur komunikasi: sumber (pembicara dan penulis) dan penerima (pendengar dan pembaca). Dia juga menjelaskan bahwa setiap unsur komunikasi terkait dengan fungsi bahasa, termasuk: (1) fungsi ekspresif, yang menghasilkan jenis wacana berdasarkan pemaparan secara ekspositoris; (2) fungsi fatik, yang menghasilkan jenis wacana berdasarkan pemaparan. (3) fungsi estetik, yang berkaitan dengan pesan sebagai komponen komunikasi, dan (4) fungsi direktif, yang berkaitan dengan pembaca atau pendengar sebagai penerima langsung isi wacana dari sumber.
Menurut Darma (2009), seperti yang dinyatakan oleh Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistiknya, wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, dengan unsur-unsur non-segmental dan suprasegmental yang mendukungnya. Wacana dapat ditemukan dalam bentuk tulisan yang utuh, seperti buku, novel, seri ensiklopedia, dll.
Komunikasi melalui simbol-simbol yang terkait dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa dalam sistem masyarakat yang luas disebut wacana. Pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gamba, dan lainnya tidak netral atau steril dalam pendekatan wacana. Pada dasarnya, jenis wacana dapat dilihat dalam berbagai karya yang dibuat oleh pembuat wacana. Eksistensinya ditentukan oleh orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkaitan dengannya, dan keadaan masyarakat luas yang melatarbelakanginya. Ini dapat berupa nilai, ideologi, emosi, kepentingan, dll.
Menurut Sudaryat (2011), ada tiga tujuan penuangan wacana: informatif, emotif, dan informatif-emotif. Mereka ingin menyampaikan informasi atau menggugah perasaan. Pendekatan wacana yang digunakan harus sesuai dengan tujuan wacana dan peran yang dimainkannya. Tujuan menggugah perasaan dan informasi dapat menggunakan pendekatan faktual, sementara tujuan informasi dan menggugah perasaan dapat menggunakan pendekatan faktual-imajinatif.
Penulis:
Vania Salsabila
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.