Hari Raya Galungan merupakan hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Hari Raya Galungan jatuh pada Budha Kliwon Dungulan dan dirayakan setiap 6 bulan Bali atau 210 hari. Adapun rangkaian hari Raya Galungan dimulai dari Tumpek Wariga, Sugihan Jawa, Sugihan Bali, Hari Penyekeban, Hari Penyajan, Hari Penampahan, hari Raya Galungan, hari Umanis Galungan. Sebelum melaksanakan persembahyangan Galungan, umat beragama Hindu pastinya mempersiapkan banyak hal seperti membuat banten, penjor, ataupun yang lainnya. Banten terdiri dari banyak jenis dan bentuknya juga bermacama-macam. Setiap banten itu memiliki arti pentingnya masing-masing.
Di Desa saya terdapat beberapa banten yang dipersiapkan. Yang pertama adalah banten ajengan. Banten ajengan adalah banten yang dihaturkan sebagai sarana untuk penyatuan Atman kepada Sang Pencipta dan merupakan salah satu cara menuju moksa. Banten ajengan biasanya berisi nasi, telur, saur, telur, timun, ayam goreng, dan masakan lainnya sesuai dengan kemauan dari pembuat banten ajengan.Â
Selanjutnya ada banten penyacak. Banten penyacak adalah banten yang dipersembahkan pada Pelinggih Taksu, Jro Penungun Karang dan pelinggih-pelinggih yang dihaturkan banten ketupat. Terdapat juga banten pengiring, pengiring ini hampir sama isinya dengan banten penyacak, bedanya hanyalah pada bentuk tumpengnya. Pada banten penyacak bentuk tumpengnya untek sedangkan banten pengiring bentuk tumpengnya runcing. Selanjutnya ada banten soda dan penek yang dihaturkan kepada leluhur (Hyang Kompyang). Terdapat juga banten maileh yang nantinya akan dihaturkan di Pura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H