Mohon tunggu...
Vanka Enru
Vanka Enru Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Seorang Mahasiswa yang sedang menempuh studi S1 jurusan Ilmu Komunikasi sangat tertarik dengan bahasa Korea dan budayanya, bahasa Inggris dan budayanya. tertarik dengan dunia fashion dan kecantikan juga

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Gen Z dan Istilah Childfree yang Menjadi Bagian "Trend" dalam Kehidupan Masa Kini

29 April 2023   17:26 Diperbarui: 29 April 2023   17:31 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Childfree? apasih sebenarnya pengertian dari Childfree itu sendiri? terus kenapa Childfree marak banget ya peeps dengan kehidupan generasi Gen Z dan millenial? Yuk, kita bahas apa itu Childfree!

Childfree atau yang mudah dipahami artinya adalah suatu keputusan tidak memiliki anak dalam hubungan pernikahan pasangan. Setiap pasangan tentu memiliki alasan pribadi tertentu ketika tak ingin memiliki anak dalam pernikahan mereka. Tak ada benar atau salah. Namun yang pasti keputusan untuk menerapkan Childfree dalam kehidupan berumah tangga mereka harus menjadi keputusan bersama.  Childfree juga bisa kita sebut sebagai suatu paham atau sebuah konsep dimana sudah banyak yang menerapkannya di negara negara maju,khususnya negara bagian Eropa. Bahkan pada awal tahun 1500-an hal ini pernah menjadi kelaziman di perkotaan dan perdesaan Eropa.

Angka kelahiran di negara-negara maju yang semakin menurun indeksnya juga menjadi salah satu impact yang ditimbulkan dari diterapkannya Childfree dikehidupan berumah tangga suatu pasangan. Lalu apa saja kira-kira yang menjadi faktor penyebab suatu pasangan di negara maju menerapkan paham Childfree dalam kehidupan pernikahan mereka?

1. Belum siap secara Finansial 

Sebagai Orangtua saat ingin memiliki anak atau keturunan tentu harus memikirkan kebutuhan untuk jangka pendek maupun jangka panjang si anak. Di negara negara maju suatu pasangan akan memikirkan secara matang dari segi ekonomi jika ingin menambah anggota keluarga dimana realitanya kebutuhan sehari - harinya juga akan meningkat. 

Setiap anak yang kita miliki di bagian dunia yang maju akan sangat mahal secara lingkungan," kata Travis Rieder, seorang ahli bioetika di Universitas Johns Hopkins.

2. Belum siap secara Psikis (Mental)

Memiliki anak tidak hanya membutuhkan kesiapan secara materi dan fisik tetapi juga membutuhkan kesiapan secara mental. Jika tidak siap secara psikis seorang ibu bisa terkena dan terlalu terhanyut dengan yang namanya baby blues (baby blues syndrom adalah suatu bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu setelah melahirkan). Begitupun sang Ayah juga bisa terkena baby blues loh peeps baby blues yang berdampak pada sang ayah adalah berupa  perasaan uring-uringan usai istri melahirkan. Sama halnya seperti ibu, seorang ayah juga membutuhkan dukungan, dorongan, kepastian, dan tempat yang aman untuk menyampaikan kekhawatiran yang mereka rasakan. Jadi siap secara mental juga sangat penting dipertimbangkan saat ingin memiliki anak.

Victoria Tunggono selaku penulis buku 'Childfree & Happy' berkata, "Saya pikir, kalau mau menjadi orang tua itu tidak hanya siap dalam hal materi dan fisik saja, tetapi juga harus ada kesiapan mental dari seorang yang ingin atau yang sudah menjadi orang tua untuk bagaimana melayani anaknya kelak. Bukan hanya orang tua harus melayani, tetapi juga harus di dasari oleh keinginan dari masing-masing pribadi.

3. Lebih memilih fokus berkarir

Ada sebagian pasangan yang beranggapan memiliki anak bukanlah prioritas dalam kehidupan pernikahan, mereka lebih memilih fokus untuk sukses berkarir dan mengejar impiannya yang belum terpenuhi. Sekalipun memutuskan untuk menikah mereka sama sekali tidak terpikirkan untuk mempunyai anak. 

4. Kondisi Lingkungan dan Gaya Hidup

Beberapa pasangan apalagi pasangan muda memilih untuk mempunyai gaya hidup yang bebas dan tidak monoton seperti gaya hidup berkeliling dunia dan berpindah tempat untuk menjelajah banyak negara. Jadi mereka memilih untuk menikmati berkeliling dunia dengan pasangan dan belum memikirkan untuk mempunyai anak.

Nah, kira-kira faktor diatas itu peeps yang menyebabkan beberapa pasangan memilih untuk menerapkan Childfree. Namun apakah Childfree juga dipandang positif di Indonesia? 

Di Indonesia istilah Childfree mulai ramai diperbincangkan karena pengaruh dan opini dari seorang influencer bernama Gitasav. Wanita kelahiran Palembang ini berkuliah di Jerman dengan jurusan Kimia Murni yang kemudian memiliki suami dan hingga kini hidup di Jerman. Jerman yang menganut gaya hidup yang bebas dan tidak terikat agama sudah lumrah bagi warganya melakukan Childfree tetapi saat Gitasav mengungkapkan ia menerapkan Childfree dalam kehidupan pernikahannya ke sosial medianya justru mendapat komentar pro dan kontra dari Indonesia.  Di Indonesia ada filosofi "Banyak Anak Banyak Rezeki". Jelas, filosofi ini bertentangan dengan konsep childfree. Ditambah Indonesia adalah negara beragama dengan mayoritas muslim, jika dilihat dari segi agama islam tentu paham Childfree sangat tidak masuk akal dimana anak adalah sebuah pintu rejeki untuk orangtuanya.

Namun seiring berkembangnya jaman anak muda sekarang lebih terbuka dan kritis terhadap pandangan ini. Sebagian Gen Z menjadikan paham Childfree ini sebagai bagian dari kehidupan mereka seperti lebih memiih karir yang sukses terlebih dahulu dan paham betul akan pentingnya memikirkan jangka panjang secara finansial maupun mental apalagi jaman sekarang juga banyak anak muda yang rentan depresi. Jadi, gen Z sangat kritis dalam mengambil keputusan didalam hubungan pernikahan. 

Nah jadi gitu peeps pembahasan tentang Gen Z dan Childfree di Indonesia. Jadi gimana pandanganmu tentang Childfree sendiri nih peeps?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun