"Waktu udah gak punya temen kelas sedih banget sih rasanya, malu juga jadi bahan omongan orang padahal aku sendiri engga tau masalahnya apa", Ucap RA sambil mengingat masa lalunya.Â
Seolah didatangi oleh kesialan yang bertubi-tubi, status FB tersebut ternyata kemudian ramai di kalangan sekolah RA, terutama di kalangan teman-teman kelas lain seangkatan RA. Hal tersebut menyebabkan RA semakin dijauhi tak hanya oleh teman sekelas, namun juga oleh teman sekolah yang setara dengannya. RA bahkan sampai saat itu masih belum mengetahui permasalahan yang ia perbuat sehingga menyebabkan hal-hal selama ini terjadi dan menjadikan ia dijauhi oleh teman-teman sekolahnya. Pada saat itu, RA merasa bingung karena teman-temannya bahkan seolah tidak sudi diajak berbicara olehnya. Padahal, RA memiliki niat untuk meluruskan masalah tersebut dan menjalin kembali tali pertemanan yang selama ini telah rusak. Â Â
"Udah sempet coba ngajak ngobrol mereka biar masalahnya selesai, tapi mereka bahkan kayak gamau aku ajak ngobrol", Ungkap RA.Â
Hari demi hari RA lalui di masa sekolahnya tanpa memiliki teman sebaya. Ia menghabiskan waktu di sekolah sendirian, bahkan, ketika anak-anak lain pulang bersama, RA perlu pulang sendirian dengan menerima tatapan sinis dari teman-temannya. RA mengaku ia sampai mengalami kondisi untuk tidak ingin masuk sekolah karena tidak memiliki teman. RA juga tidak menceritakan kejadian tersebut kepada kedua orang tuanya dan beralasan tidak enak badan ketika rasa cemas untuk masuk sekolah itu datang. Ia masih tidak mengerti sebuah status Facebook dapat berdampak pada kehidupannya hingga sejauh ini.Â
Beranjak memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), RA masih mengingat masa-masa kelamnya di Sekolah Dasar yang terus menghantuinya. Ia bahkan memilih untuk menghindari untuk mendaftar ke Sekolah Menengah Pertama yang telah dipilih oleh teman-temannya di Sekolah Dasar sekalipun sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di daerahnya. Ia masih takut jika harus mengalami hal yang serupa seperti yang ia alami di Sekolah Dasar akibat perbuatan teman-temannya tersebut. Bahkan hingga kini, RA lebih memilih untuk tidak berhubungan lagi dengan teman-temannya tersebut dan menjalani kehidupan tanpa melibatkan kenangan masa Sekolah Dasarnya. Â Â
Apabila ditelaah, kejadian yang dialami oleh RA telah berdampak pada psikis RA dan mengganggu kehidupan sehari-hari RA. Dari beberapa sudut pandang orang, mungkin hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi di kalangan usia beranjak remaja. Namun, kejadian tersebut tetap tidak dapat dinormalisasi karena dapat menjadi pemicu lahirnya generasi yang menormalisasikan penindasan.Â
Selain itu, hal ini dapat menjadi pembelajaran bahwasannya ketentuan pengguna aplikasi media sosial perlu diperketat dengan membuat batasan usia pengguna. Hal itu dapat mencegah terjadinya hal serupa yang dilakukan oleh anak-anak yang masih memiliki emosi yang belum stabil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H