Mereka berdua seolah rekan kerja yang kompak dan tidak terpisahkan. Telah lama bersama, Juminten telah menjadi kunci rezeki bagi Pak Wanto dalam menghidupi keluarga kecilnya, sang istri dan seorang anak yang terkadang ikut menemani Pak Wanto dalam menunggu penumpang.Â
Tak heran apabila Juminten telah diakui sebagai anggota keluarga Pak Wanto dan keluarganya. Bahkan, ketika Pak Wanto hendak makan, ia tak lupa memberikan seikat rumput kepada Juminten agar dapat makan bersama.
Di tengah gempuran mudahnya akses transportasi online, Pak Wanto memiliki alasan tersendiri untuk tetap menjadi seorang kusir penarik delman. Ia menyadari bahwa minat seseorang dalam menaiki delman sebagai transportasi telah menurun drastis. Ia mengaku merasakan perbedaan di zaman sekarang, dimana pengguna delman semakin sedikit dibanding 7-8 tahun yang lalu.
Hanya mendapat sekitar 4-5 pelanggan sehari, Ia menambahkan bahwa sebagai seorang kusir delman mulanya adalah pekerjaan biasa, namun menarik delman bukanlah tentang mendapatkan uang dengan tarif 20-35 ribu rupiah terhitung sekali perjalanan dekat, tetapi juga telah menjadi suatu hal yang antik dan menyenangkan bagi Pak Wanto, terutama apabila dilakukan bersama kuda tersayangnya, Juminten. Baginya, tetap menjadi seorang penarik delman seraya menyaksikan perkembangan zaman menjadi sebuah kebanggaan tersendiri karena turut memelihara budaya di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H