Mohon tunggu...
Vania Salsa
Vania Salsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa dalam perjalanan menuju S1 Ilmu Komunikasi yang mau bisa nulis katanya, doakan ya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berganti Nama Hingga 3 Kali, Inilah Sejarah Gedung Merdeka

25 Desember 2023   06:00 Diperbarui: 25 Desember 2023   06:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Braga memang sudah melekat di masyarakat sebagai ikon Kota Bandung. Bagaimana tidak, kawasan ini merupakan kawasan di Kota Bandung yang menyimpan segudang sejarah sejak tahun 1810, dan hingga saat ini masih kental dengan nuansa bangunan megah bergaya Eropa.

Salah satu bangunan yang masih bertahan sebagai saksi sejarah Kota Bandung dan bergaya Eropa hingga saat ini ialah Gedung Merdeka. Gedung ini merupakan tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh para pemimpin dari 29 negara di Asia dan Afrika pada tahun 1955, dalam rangka mempererat hubungan antar negara sebagai upaya melawan kolonialisme saat terjadinya perang dingin antara Blok Timur (Komunis) dan Blok Barat (Kapitalis).

Sebagaimana gedung bersejarah lainnya di sekitarnya, Gedung yang terletak di Jl. Asia Afrika No.65, Braga, Kota Bandung ini merupakan hasil karya dari arsitek C.P. Wolff Shoemaker. Siapa sangka, gedung yang memiliki luas 7.500 m2 ini mulanya dibangun pada tahun 1921 dengan fungsi sebagai tempat pertemuan perkumpulan orang Belanda yang berdomisili di Kota Bandung bernama Concordia, sehingga, nama asli dari Gedung Merdeka ialah Concordia Societeit. Kemudian, pada 1940, gedung ini direnovasi dari gaya arsitektur Art Deco menjadi gaya arsitektur International Style oleh A.F. Aalbers dan berubah fungsi menjadi tempat rekreasi.

Kemudian pada saat masa kependudukan Jepang, bangunan utama gedung ini berganti nama untuk kedua kalinya menjadi Dai Toa Kaikan, dan digunakan sebagai pusat kebudayaan. Sementara, bagian sayap kiri bangunan diberi nama Yamato dan digunakan sebagai tempat minum-minum.

Museum KAA | dokumentasi pribadi
Museum KAA | dokumentasi pribadi

Menjelang diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika, Ir. Soekarno kembali mengganti nama gedung tersebut menjadi Gedung Merdeka pada 7 April 1955. Kemudian, pada 1980 dan setelah dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika, gedung ini dialih fungsikan menjadi sebuah museum yang saat ini kita kenal sebagai Museum Konperensi Asia Afrika.

Yap, Museum Konperensi Asia Afrika ditulis dengan penulisan yang menjadi ciri khas budaya sunda, yakni menggunakan huruf 'P' untuk menggantikan huruf 'F atau V'. Jadi, jangan keliru lagi yaa...

 Nah, setelah mengetahui sejarah Gedung Merdeka, apakah kalian tertarik untuk datang kesana? Tenang saja, untuk dapat masuk ke Gedung Merdeka atau Museum KAA, kalian tidak dipungut biaya apapun dan bisa berkunjung di jam operasional pada pukul 09.00 hingga 15.00 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun