Pada 29 Juli 2023 silam, jagat maya dihebohkan dengan video singkat berdurasi 23 detik pada platform media sosial X (sebelumnya adalah Twitter) yang diunggah oleh pengguna dengan username @txtdaribandung dan telah mencapai 2,1 juta penayangan hingga saat ini. Sontak video tersebut langsung menarik perhatian banyak masyarakat hingga tersebar di platform media sosial lain, yakni TikTok dan Instagram. Berita tersebut bahkan menarik perhatian media hingga menjadi topik pembahasan media, salah satunya ialah CNN Indonesia.
Link berita terdahulu:
Pasalnya, video rekaman tersebut diduga sebagai salah satu pelaksanaan ritual keagamaan yang dianggap melenceng dari norma agama pada umumnya. Video yang diunggah menunjukkan adanya kegiatan yang dilakukan dalam suatu gedung yang nampak berlangsung dengan suasana yang cukup mencekam dikarenakan warna lampu yang didominasi warna merah, dengan diikuti tarian juga suara nyanyian yang menggebu.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa video tersebut merupakan pelaksanaan ritual Malam Asyura atau peringatan 10 Muharram yang biasa dilakukan oleh penganut kepercayaan Syiah dan telah menjadi hal yang lumrah. Namun, beberapa juga merasa kaget dan heran lantaran baru pertama kali melihat peristiwa tersebut sehingga dianggap cukup kontroversial.
Diketahui, peristiwa tersebut terjadi di daerah Gegerkalong Bandung, Kecamatan Sukasari, Kelurahan Isola. Beberapa warga sekitar menganggap bahwa kegiatan tersebut hanya merupakan kegiatan kebudayaan adat Sunda yang dilaksanakan oleh Kabuyutan daerah sekitar (Dayeuhluhur) meskipun mereka baru mengetahui peristiwa silam tersebut. Adapun yang mengatakan bahwa kegiatan beberapa saat lalu tersebut juga melibatkan pengawasan polisi sehingga tidak perlu dianggap sebagai kegiatan yang tidak wajar dan mengkhawatirkan.
“Gak ada yang perlu ditakutin, justru kadang media zaman sekarang mah suka ngelebih-lebihin,” Ucap salah satu pedagang sekitar
Beberapa artikel juga menyebutkan bahwa pada saat kejadian tersebut, pihak kepolisian hanya bertugas dalam menjaga keamanan daerah sekitar agar tidak terjadi bentrok antar warga atau pihak yang kurang setuju dengan adanya pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, Kapolsek Sukasari Kompol Mohammad Darmawan menyampaikan aktivitas tersebut merupakan kegiatan Syiah. Bahkan, Darmawan juga menyebut kegiatan tersebut sudah dilakukan sejak lama. Warga setempat, lanjutnya, juga sudah biasa dengan kegiatan tersebut.
"Itu kegiatan syiah yang di Gegerkalong. Itu sudah lama, warga di situ juga biasa, enggak ada masalah,”
Apa itu Syiah?
Apabila dilihat melalui perspektif sejarah, Kata “Syiah”dalam kebahasaan sudah dikenal sejak awal kepemimpinan Islam sebagai identifikasi terhadap kelompok-kelompok yang mengidolakan seseorang yang dianggap sebagai tokoh. Dalam Ensiklopedi Islam. Syiah yaitu kelompok aliran atau paham yang mengidolakan bahwa Ali bin Abi Thalib RA. dan keturunannya adalah Imam-Imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad SAW. Mereka percaya kekhalifahan harus tetap berada dalam keluarga Nabi.
Apa itu Asyura?
Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dikenal sebagai hari yang menandai wafatnya putra Ali bin Abi Thalib, yang juga cucu Nabi Muhammad SAW,syahidnya Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib pada 680 Masehi dalam Pertempuran Karbala.
Umat Islam Sunni memaknai hari Ashura atau Asyura dengan rasa syukur, karena pada hari itu Allah SWT memberikan banyak keberkahan dan anugerah. Selain itu, pada hari itu juga terjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam seperti Nabi Musa AS dan umatnya yang diselamatkan dari Fir`aun serta Nabi Nuh AS dan pengikutnya yang selamat dari banjir besar.
Sementara itu, umat Islam Syiah memaknai hari Asyura dengan kesedihan, karena Asyura berarti memperingati hari terjadinya peristiwa wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali. Ini menjadi hari berkabung bagi umat Islam Syiah, yang diisi dengan ritual pengajian, prosesi pemakaman, dan menangis sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan dan pengorbanan Imam Husain.
Syiah di Indonesia
Majelis Ulama Indonesia, MUI, menyatakan tidak pernah melarang ajaran Syiah di Indonesia kecuali menghimbau umat Islam agar meningkatkan kewaspadaan tentang kemungkinan beredarnya kelompok Syiah yang ekstrim. MUI berpendapat, masyarakat perlu memposisikan kehati-hatian akan paham Syiah di Indonesia, bukan mengharamkan.
Eksistensi Syiah di Indonesia bahkan sudah dimulai sejak awal masuknya Islam di Nusantara, tepatnya di Aceh. Kesultanan Peurlak adalah kerajaan mazhab Syiah pada abad ke-8 M. berdirinya ormas keagamaan Ikatan Jama’ah Ahlulbait Indonesia (IJABI) dan ormas Ahlulbait Indonesia (ABI) yang aktif melaksanakan sosialisasi ajaran-ajaran mazhab Syiah.
Dampak terjadinya peristiwa tersebut
Mulanya, kegiatan tersebut diduga dilaksanakan di masjid sekitar dan dianggap sebagai prosesi ibadah sehingga telah melenceng dari ajaran agama Islam. Padahal, kegiatan tersebut dilakukan di gedung milik Organisasi Masyarakat Ahlulbait yang terletak tepat di sebelah masjid tersebut. Video tersebut dinarasikan seolah-olah sebagai suatu aktivitas yang menyesatkan. Hal ini berpengaruh pada citra masjid yang menjadi buruk dan munculnya stigma “aliran sesat” di kalangan masyarakat. Bahkan, terdapat warganet yang menambahkan label kurang pantas untuk masjid tersebut pada aplikasi Google Maps.
Selain itu, pasca terjadinya peristiwa tersebut, banyak masyarakat yang ramai-ramai mendatangi daerah tersebut atas dasar rasa penasaran saja. Hal tersebut menjadikan akses jalanan tersebut dipenuhi kendaraan dan menyebabkan kemacetan.
Dengan peristiwa ini, para pengguna internet seharusnya dapat lebih bijak dalam menyikapi informasi yang tersebar secara luas di media sosial. Dengan tidak langsung menyimpulkan suatu hal tanpa dasar yang dapat menimbulkan opini atau fitnah, dan terbiasa untuk mencari informasi secara mendalam berdasarkan fakta yang beredar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H