Kisah kemudian berlanjut dimana Amelia bersama ketiga temannya, Maya, Norris, dan Tambusai, memiliki cita-cita untuk untuk mengubah bibit kopi yang selama ini digunakan sebagai bibit unggul, akan menghasilkan panen berlipat ganda dan bermanfaat untuk orang-orang di kampungnya. Sadar akan kemampuan mereka yang masih terbatas, kisah perjuangan mereka pun dibantu oleh Paman Unus. Namun, apakah Amelia dan teman-temannya akan berhasil dalam mewujudkan rencana besar mereka?
Ulasan Novel
Novel Amelia mengajak para pembacanya untuk memiliki sudut pandang sebagai seorang anak bungsu dan menyadarkan pembaca bahwa tidak selamanya menjadi anak bungsu merupakan suatu hal yang mudah. Novel ini seolah memberi isyarat bahwa tidak semua anak bungsu sesuai dengan stereotype masyarakat yang dikenal sebagai anak manja yang paling disayang. Dengan kalimat yang terdapat pada novel "Kau anak bungsu, Amel. Sejauh apa pun kau pergi, tetap akan 'menunggu rumah', tidak bisa kemana-mana" seolah menyatakan bahwa seorang anak bungsu tidak ditakdirkan untuk mengejar mimpinya sejauh yang ia bisa.
Namun, novel ini memberi pesan motivasi bahwa dalam proses mewujudkan mimpi, masalah-masalah yang terjadi bukanlah penghalang melainkan hanya sebagai penghambat. Ketika seseorang telah memiliki mimpi dan tekad yang bulat, maka semua akan mungkin untuk terwujud. Selain itu, sikap Amelia yang kembali mensejahterakan kampungnya setelah berhasil mengejar cita-citanya juga memberi pesan bahwa sejauh apapun kita mengejar mimpi ke negeri orang lain, kita harus tetap ingat untuk pulang ke kampung halaman yang bagaimanapun merupakan rumah bagi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H