Mohon tunggu...
Jolane Alanda
Jolane Alanda Mohon Tunggu... Desainer - A pattern spotter

A sounding board who likes to ask why. A pattern spotter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Toleransi Pukul 03.00 Dini Hari, Selamat Natal

25 Desember 2020   05:27 Diperbarui: 25 Desember 2020   22:34 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sosok laki-laki berpakaian hitam berlari melintasi rumah menuju sumber kegaduhan. Dari perawakannya, dugaan saya laki-laki tersebut adalah salah satu petugas sekuriti perumahan.

Saya melihat sekeliling. Beberapa orang keluar dari rumahnya. Ada yang mengawasi keadaan cukup dari dalam pagar rumah masing-masing.  Bahkan ada yang menghampiri sumber kegaduhan walau jarak rumahnya lebih dari 100m. Baru kali ini, orang-orang terjaga bersama.

Di ruang tamu, semua anggota keluarga saya sudah berkumpul. Ibu sampai gemetar karena suara gaduh itu belum mereda. Saya menutup pintu ruang tamu untuk meredam suara gaduh dari luar. Kami sama-sama berusaha menerka situasi yang sedang terjadi. 

Perlahan kegaduhan mereda. Suara isakan berhenti tetapi sumpah serapah itu terdengar semakin kencang dan berpindah ke jalan, rupanya laki-laki usia duapuluhan itu hendak melintasi depan rumah. Saya mengintip dari jendela. 

Respon saudara saya berbeda dengan yang saya lakukan. Ia justru terang-terangan kembali membuka pintu. Rahangnya mengencang, memperlihatkan bahwa ia sangat terganggu dan ingin memaki laki-laki seusianya itu untuk segera menghentikan kegaduhan. Ibu dan ayah saya bersautan meminta saudara saya masuk ke dalam rumah.

"Balikin kunci mobil, a*#))-'a! Dari dulu m4neh* juga ga pernah sayang ke a1n9**!" teriak laki-laki duapuluhan itu kepada sosok laki-laki lain yang lebih tua sembari berjalan cepat ke arah rumah mereka. Ketika dua sosok itu tepat melintasi pintu ruang tamu keluarga kami, saya menarik saudara saya untuk masuk sambil berujar, "biarkan sudah biarkan urusan keluarga orang."

Saudara saya berdecak kesal, "ya ga usah ribut juga di depan kamar a1n9**!". Ia melewati saya untuk kembali ke kamarnya yang memang menghadap ke jalan utama.

"Ya kita belajar toleransi. Didoakan supaya cepat selesai masalahnya" ujar Ibu dengan suara tenang.

Saya masuk ke kamar tanpa menutup pintu, ayah dan ibu masih menunggu di ruang tamu. Mereka hanya diam diiringi kegaduhan yang masih terdengar sebagai latarnya. Pikiran saya masih terjaga. Akhirnya saya mencari cara untuk mengurai keadaan yang menegangkan. Saya membuka Twitter.

Trending Indonesia: Pak Menteri.

Oh, saya baru melihat video Menteri Agama (yang baru saja dilantik) mengucapkan selamat natal dengan kehangatan seperti ini. Videonya pun banyak mendapat respon positif dari masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun