Patah hati adalah sebuah metafora untuk menjelaskan sakit emosional yang dirasakan oleh seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai. Cinta bisa tumbuh maupun hilang (mati) seiring berjalannya waktu. Kata "cinta" sendiri berasal dari kata lubhayati yang dalam bahasa Sanskerta berarti "ia menginginkan".
Roche dalam Krich (1960:283) mendefinisikan "cinta" sebagai perasaan melekat yang sifatnya kuat dan pribadi yang ditimbulkan oleh rasa pengertian atau oleh ikatan kekerabatan; kasih sayang yang berkobar-kobar. Jatuh cinta adalah hal umum yang dialami oleh setiap manusia, terutama seringkali terjadi pada para remaja.
Para remaja umumnya memiliki kisah romansanya versi masing-masing selama SMA. Seringkali pula banyak pernyataan cinta di masa SMA yang tertolak. Seperti “maaf, aku cuma anggap kamu temen aja” (waduh di friendzone) atau “kamu udah aku anggap kayak adik/kakak aku sendiri” (yang ini kakak adik zone). Lantas apa yang terjadi setelah ditolak? Yup, patah hati.
Banyak orang tidak menyadari, bahwa sebenarnya jatuh cinta merupakan satu paket dengan patah hati. Jatuh cinta bisa berujung pada sebuah hubungan yang berlangsung dengan baik maupun tidak. Jika sebuah percintaan tidak berlangsung dengan baik, hubungan itu akan berakhir (baik putus secara baik-baik saja maupun secara tidak baik-baik saja) dan seseorang akan mengalami putus cinta setelahnya.
Putus cinta atau patah hati setelahnya dapat menimbulkan reaksi yang berbeda-beda setiap orangnya. Ada yang biasa saja, namun banyak juga yang berakhir tragis sampai memerlukan pertolongan kesehatan mental. Patah hati yang dirasakan bisa dalam bentuk perasaan sesak pada dada, sakit perut, rasa kering pada bibir, dan tidak bertenaga.
Dampak Baik Patah Hati
Namun ternyata, patah hati yang dirasakan juga dapat berdampak baik pada kesehatan mental kita lho. Dampak baik patah hati diantaranya:
1. Adaptasi dan belajar hal baru
Dengan patah hati (bersedih), tubuh kita mengalami proses alami yang akan membantu otak kita untuk beradaptasi pada kenyataan baru dengan cepat. Banyak pelajaran baru yang bisa didapatkan dari pengalaman patah hati ini (tidak selamanya patah hati itu buruk!).
Semua pembelajaran tersebut didapat tergantung perspektif dan cara kita menanggapi permasalahan tersebut. Misalnya, dengan patah hati dan putus dari sang pacar, kita jadi memiliki waktu luang bermain bersama teman lain (yang mungkin selama ini tidak bisa bermain bersama), menjadi kembali fokus belajar, maupun kembali fokus dan memiliki waktu untuk diri sendiri.
Ketika kita patah hati, kita akan cenderung lebih banyak berpikir dan mempertanyakan banyak hal. Saat patah hati pula, logika dan pemikiran kita mulai kembali terbuka (jika sedang jatuh cinta kemampuan otak kita untuk berpikir secara rasional cenderung menurun). Dari sinilah akhirnya kita bisa kembali menelaah peristiwa yang telah terjadi secara (lebih) rasional.