"Halo, sayang." Seorang pria dengan tubuh tinggi semampai itu menyapa Rena yang sedang duduk termenung di teras depan rumahnya.
"Yuk! Aku udah siap dari tadi!" Rena beranjak sambil berseru riang.
Ia sedari tadi memang sudah menunggu Fadlan-kekasihnya untuk berkencan di hari sabtu sore ini. Rena sudah berdandan sangat cantik untuk kekasihnya itu, tak lupa ia juga menyemprotkan parfum aroma vanilla-kesukaan Fadlan.
Rena menghabiskan sabtu sore yang cerah ini untuk makan es krim berdua bersama Fadlan, di salah satu toko es krim dekat rumahnya. Mereka berjalan kaki untuk bisa sampai kesana, sambil menikmati suasana musim kemarau yang baru saja datang di awal bulan ini.
"Aku pengen kamu sembuh." ucap Fadlan.
Alis Rena berkerut, "Aku gak sakit." ia merasa sedikit tersinggung atas ucapan Fadlan tersebut,.
Fadlan menatapnya iba, "Tapi aku khawatir sama kamu."
Rena mulai kesal, "Aku tahu kemana arah pembicaraan ini." katanya dengan nada yang sedikit marah, "kamu mau maksa aku untuk minum Pil itu, kan?" tebakan Rena benar.
Fadlan terdiam untuk beberapa saat.
"Aku cuma mau kamu sembuh." ucap Fadlan kemudian.
Rena tersenyum pahit, "Kamu gak sayang aku." ia menyimpulkan, "kamu cuma mau aku jadi sedih dan depresi."
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampiri Rena, "Ren, lagi ngapain disini?" tanya wanita itu, "Pulang, yuk." katanya dengan lembut.
"Rena lagi ada urusan dulu sama Fadlan." ia menunjuk ke arah Fadlan.
"Gak apa-apa, kelihatannya Rena udah mulai capek. Fadlan pasti ngerti kalau Rena mau pulang bareng Ibu." wanita itu masih tetap membujuk Rena.
Seketika semua pandangan tertuju pada mereka. Orang-orang menatap aneh dan mencibir, "cewek aneh." bisik salah seorang gadis remaja pada temannya.
Fadlan beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri gadis remaja itu, "Jangan sembarangan bicara, ya!"
"Fadlan, udah!" Rena menahannya dan berhasil membujuk Fadlan untuk kembali duduk di kursi mereka.
Gadis-gadis remaja itu pun akhirnya pergi karena ketakutan.
Wanita paruh baya yang bernama Bu Siti itu pun berjalan masuk ke dalam toko es krim, lalu keluar lagi dengan membawa segelas jus jeruk.
"Minum dulu, tenangkan diri kamu." ucap Bu Siti sambil memberikan minuman itu pada Rena.
Rena meminum jus jeruk pemberian Bu Siti tanpa sedikit pun menaruh curiga.
Tiba-tiba Rena terdiam, air matanya menetes.
"Ibu masukin Pil itu ke dalam minuman Rena, kan?" tuduh Rena.
Bu Siti mengangguk pelan, "Ibu hanya ingin kamu sembuh."
Rena menamakan obat itu sebagai Pil Sedih. Karena setelah meminum obat itu, dia selalu menjadi sedih dan kesepian.
Pil itu membuat ia kehilangan Fadlan, Diana-adiknya dan juga semua sahabatnya di sekolah.
Rena menangis sejadi-jadinya, sedangkan Bu Siti tak bisa melakukan apapun selain memeluknya dengan erat.
Bu Siti mencoba menenangkan anaknya yang memang selalu histeris setelah meminum Pil Skizofrenia-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H