Sedih menusuk kalbu
Masa lalu melampaui diriku
Seperti hujan yang membersihkan diriku untuk jelang masa dimasa yang akan datang
Masa lalu yang menghantuiku
Seakan akan berlalu dan mengepak barang barangnya meninggalkan aku pergi jauh dengan mobil bututnya.
Masa depan yang gemilang dan cerah itu menanti
Bak sirna cahaya diujung peranti
Ia menanti seperti samudera biru nan luas yang bergerak gerak menarikan tarian kedatangannya padaku
'mari.. Mari!' katanya.
Ia mengajakku masuk kedalamnya sambil menutup jauh dan membuang kunci timbangan beban masa laluku yang dulu.
'mari.. Mari!' seraya ia mengajakku menari dan melupakan semuanya.
Ia begitu biru, wangi, dan indah.
Seperti sekelompok keluarga baru yang menungguku diseberang samudera nan biru Itu.
Masa depan menantiku.
Ia mengatakan untuk melepas masa laluku.
Kuraih tangannya namun aku juga merasa ditengah tengah kebimbangan yang bergejolak
Seperti ada beban yang belum siap aku lepaskan.
Ayo, ayo!
Suaranya semakin menggelegar, menusuk kalbuku untuk supaya aku bergegas meraihnya.
Kuraih tangannya dengan mantap
Dan kulupakan masa laluku yang berat itu.
'Samudera' (Bogor, 7 April 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H