AI akan meniru manusia, mengimitasi jejak-jejak yang telah ditinggalkan. Untuk memastikan gelombang baru ini akan selalui melayani dan mendorong kemajuan umat manusia, maka kita harus menangani hal ini dengan inklusif. Kecerdasan buatan yang tentunya lebih dinamis dan spontan dibanding alat permesinan biasa memerlukan agensi manusia sebagai pusatnya. Posisi kecerdasan buatan imperatif untuk selalu dianggap sebagai tipe spesies digital yang baru. Lantas, kebutuhan akan limitasi macam apa yang dipertanggung-jawabkan bagi umat manusia? Kecerdasan buatan macam apa yang kita inginkan atau perbolehkan untuk diciptakan?
Argumen mengenai masa depan inilah yang mekar menjadi perdebatan antar pihak kemasyarakatan. Namun, manusia sejak awal sudah mengemban keputusan atas AI yang mereka ciptakan hingga seterusnya, tidak lebih tidak kurang. Sementara kecanggihan sudah tidak lagi terbantahkan dan bahkan mampu menginspirasi jutaan orang ke depannya, lebih banyak orang lagi yang harus memahami bingkai besar dari fenomena yang sedang terjadi. Ancaman atas penemuan ini merupakan harga untuk peradaban yang baru, sehingga jalur perkembangan yang terputus untuk teknologi yang ditelantarkan dapat dihindari. Analogi untuk penemuan ini tidak seperti manusia yang menjajah dan menguras sebuah benua baru, ataupun kumpulan data serta chip komputer yang dicap sebagai minyak bumi abad ke-21. Namun, kecerdasan buatan adalah layak fisi nuklir terhadap energi–tidak terbatas, melimpah, dan mengubah dunia.
AI akan berperan penting dalam mengatasi tantangan global dengan menciptakan peluang baru yang meningkatkan kesejahteraan manusia. Premis akan masa depan yang harmonis itu dengan kecerdasan buatan memang tampak menyenangkan, menjanjikan, hingga menakutkan–surealis. Patut disadari bahwa Kekhawatiran tampa solusi atau solusi adalah kekeliruan, apalagi ditambah dengan nihilnya keinginan untuk mendalami isu terkait AI. Karena AI mencerminkan kemanusiaan sepanjang waktu, penting bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang baik dan spesial dalam pengembangan AI, yang dapat dibilang sebagai tantangan terbesar abad ke-21 dan peluang terbesar bagi umat manusia.
Referensi
Bureau of Labor Statistic. (n.d.). Man vs Robot. Wikipedia. Retrieved May 29, 2024, from https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.bls.gov%2Fbls%2Fcongressional-reports%2Fassessing-the-impact-of-new-technologies-on-the-labor-market.htm&psig=AOvVaw0VZk79BqCzgQbOgxpHW-bn&ust=1717042319386000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBQ
Lukman, Agustina, R., & Aisy, R. (2023). Problematika penggunaan artificial intelligence (AI) untuk pembelajaran di kalangan mahasiswa STIT Pemalang. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/madaniyah/article/download/826/477/&ved=2ahUKEwijhebXiLKGAxUe-DgGHdKOBjcQFnoECBsQAQ&usg=AOvVaw0cQ-4H-Ecmj2EUM_AbNnwH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H