Fenomena "quiet quitting" telah menjadi topik yang sering dibicarakan di dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah banyaknya laporan tentang perilaku karyawan yang tidak mau berusaha lebih banyak di tempat kerja mereka. Generasi Z, yang baru saja masuk ke dunia kerja, adalah yang paling melihat fenomena ini. Apa yang menyebabkan generasi muda ini tidak melakukan upaya ekstra untuk pekerjaan mereka? Apa sebenarnya alasan sikap ini?
Ciri-ciri quiet quitting antara lain:
- Melakukan pekerjaan sesuai dengan deskripsi tugas tanpa melampaui harapan atau mencari tanggung jawab tambahan.
- Menghindari bekerja lembur atau bekerja di luar jam kerja normal.
- Kurangnya inisiatif untuk berkontribusi lebih dalam proyek atau aktivitas di luar tugas inti.
Tuntutan untuk Seimbang: Prioritas Kesehatan Mental dan Kehidupan Pribadi
Generasi Z, yang tumbuh besar di era teknologi, lebih sering berbicara tentang masalah kesehatan mental dan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Banyak pekerja muda merasa bahwa mengejar kenaikan gaji atau promosi bukanlah prioritas utama setelah pandemi COVID-19 mengubah cara kerja mereka.
Untuk banyak orang di generasi ini, bekerja berjam-jam tanpa henti hanya untuk memenuhi harapan perusahaan yang tidak dapat dicapai. Mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan teman, keluarga, atau aktivitas yang meningkatkan kesehatan mental mereka. "Berhenti dengan tenang" digunakan untuk mempertahankan batasan mereka dan menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengorbankan kualitas hidup mereka hanya untuk pekerjaan.
Kecewa dengan Lingkungan Kerja dan Imbalan yang Tidak Setimpal
Sebagian besar Generasi Z masuk ke dunia kerja dengan harapan tinggi, mencari pekerjaan yang tidak hanya memberi penghasilan, tetapi juga kesempatan untuk berkembang secara profesional dan pribadi. Namun, kenyataannya banyak yang merasa bahwa perusahaan tidak memberi mereka penghargaan atau pengakuan yang layak.
Gaji yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, peluang pengembangan karier yang terbatas, serta lingkungan kerja yang tidak mendukung menjadi faktor-faktor yang mendorong mereka untuk tidak lagi berusaha lebih. Alih-alih berjuang untuk perusahaan yang tidak peduli dengan kesejahteraan mereka, banyak pekerja muda memilih untuk melakukan "quiet quitting," melakukan apa yang mereka anggap sebagai pekerjaan yang "cukup," tanpa berusaha lebih jauh. Sikap ini mungkin tampak negatif, tetapi sebenarnya mencerminkan kekecewaan terhadap budaya kerja yang tidak adil.
Keinginan untuk Bekerja dengan Tujuan yang Lebih Besar
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang sangat peduli dengan isu sosial dan lingkungan. Mereka ingin bekerja untuk tujuan yang lebih besar, bukan hanya sekadar mencari uang. Oleh karena itu, mereka cenderung memilih pekerjaan yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat atau planet. Ketika mereka merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan tidak memiliki tujuan yang lebih dalam atau tidak memberikan kontribusi signifikan, mereka lebih cenderung mengurangi komitmen mereka. Bagi banyak anggota Generasi Z, "quiet quitting" bukanlah bentuk penyerahan, melainkan pernyataan bahwa mereka tidak akan terjebak dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka. Mereka lebih memilih untuk mencari pekerjaan yang menawarkan arti lebih dalam atau bahkan memulai usaha sendiri, daripada berjuang untuk pekerjaan yang tidak mereka anggap bermakna.
Menghindari Burnout: Fokus pada Kesejahteraan Jangka Panjang
Generasi Z sangat menyadari masalah kelelahan, yang telah menjadi masalah besar di dunia kerja kontemporer. Mereka melihat banyak rekan kerja yang lelah, tidak bersemangat, atau bahkan mengalami gangguan kesehatan mental sebagai akibat dari tekanan kerja yang luar biasa. Banyak kali, respons terhadap potensi kelelahan ini adalah "berhenti diam". Dengan menghindari memberikan lebih dari yang mereka butuhkan, mereka berharap dapat mempertahankan keseimbangan fisik dan emosional dalam jangka panjang.
Generasi Z lebih memprioritaskan keberlanjutan hidup daripada generasi sebelumnya, yang mungkin lebih mampu mengatasi tekanan dan kelelahan demi mencapai kesuksesan. Mereka menyadari bahwa kesehatan mereka lebih penting daripada mendapatkan promosi atau membuat atasan terkesan dengan lembur mereka.