Mohon tunggu...
Vanessa Thalha
Vanessa Thalha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

05

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ikuti Apapun yang Kita Inginkan, Bukan yang Orang Lain Inginkan

16 Maret 2022   20:41 Diperbarui: 16 Maret 2022   21:21 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Judul: The Midnight Library
Penulis : Matt Haig
Penerbit : Penguin Publishing Group
Tahun Terbit :  2020
Jumlah Halaman: 304 halaman
Harga : Rp. 90.000

Matt Haig adalah seorang novelis dan jurnalis yang lahir pada tahun 1975 di Sheffield. Haig merupakan seorang novelis anak-anak dan juga orang dewasa. Dia sekolah di Hull University dan Leeds University. Setelah menjalankan perusahaan pemasaran internetnya sendiri dan bekerja untuk klub malam di spanyol, dia menjadi penulis penuh waktu. Ciri khas dari buku-buku yang ditulisnya adalah dengan memadukan realita dan fantasi di karyanya. Seperti salah satu karyanya yang masuk ke dalam nominasi British Top Ten dan bertahan selama 46 minggu, yaitu Reason to Stay Alive yang bercerita tentang kisah nyata kehidupannya dalam melawan penyakit mental sebagai seorang penderita depresi dan penyakit kecemasan. Karya otobiografi lainnya yang menjadi best seller diantaranya, ialah The Comfort Book (2021) dan How to Stop Time (2017).  Kesuksesan seorang Matt Haig dalam menerbitkan buku-bukunya  sudah tidak perlu diragukan lagi, seperti  buku The Midnight Library yang memenangkan Goodreads Choice Award for Fiction nominasi Audie Award for Fiction. Ia juga memenangkan berbagai macam awards lainnya, yaitu Blue Peter Book of the Year,  Nestle Gold Medal, dan delapan penghargaan lainnya. Surat kabar the New York Times menyebutkan dirinya sebagai seorang penulis yang sangat berbakat, serta pada 2011 ia dinobatkan sebagai Yorkshire's Young Achiever in the Arts dan telah menjual lebih dari tiga juta buku di seluruh dunia. Kesuksesannya tidak hanya pada novel untuk orang dewasa saja, melainkan novel anak-anak juga, seperti buku A Boy Called Christmas yang bahkan diterjemahkan lebih dari 40 bahasa. Buku ini terjual lebih dari 2 juta buku di UK dan dijadikan sebuah film yang diperankan oleh aktor dan aktris papan atas seperti Maggie Smith, Sally Hawkins, Jim Broadbent, dll.

The Midnight Library merupakan sebuah buku yang menceritakan kisah Nora Seed yang mengalami sebuah penyakit mental yaitu depresi. Berbagai macam pengalaman yang menyedihkan dan menjadi beban untuk dirinya datang secara terus-menerus dan beruntun. Pada awalnya ia dipecat dari pekerjaannya sebagai guru les piano dan juga sebagai penjaga toko.  Pada saat dirinya pulang, ia bertemu dengan tetangganya yang biasanya meminta bantuan kepada Nora untuk mengambil obat yang tetangganya harus minum secara rutin, namun saat bertemu tetangganya mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan bantuan Nora. Nora juga tidak jadi menikah, orang tuanya meninggal, Nora dijauhi oleh teman-teman dan adiknya dikarenakan meninggalkan band yang dibentuk oleh sang adik, ia berhenti dari berenang yang merupakan kegiatan yang ia tekuni sejak kecil dan berakibat membuat ayahnya marah, ia pun jauh dari sahabatnya, dan juga kucing kesayangannya mati di pinggir jalan.  Kejadian-kejadian ini membuat Nora merasa bahwa dirinya yang sejak kecil memiliki berbagai macam bakat itu tidak berguna. Ia tidak membuahkan hasil apa-apa dan merasa bahwa hidupnya hancur, penuh dengan penyesalan, kebingungan, dan tidak bahagia, sehingga ia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya saja.

Nora terbangun di sebuah perpustakaan dan mengira bahwa dirinya telah tiada. Namun, segala sesuatunya terasa begitu nyata baginya. Terdapat banyak buku dan rak yang tidak berujung, tidak terlihat dinding sama sekali, serta tidak terdapat jalan keluar. Lantainya berwarna batu, seperti di antara kuning muda dan coklat kemerah-merahan layaknya warna halaman tua. Ia bertemu dengan Mrs. Elm yang merupakan penjaga perpustakaan ketika ia masih sekolah dan sangat dekat dengan Nora. Ia mengatakan kepada Nora bahwa dirinya masih di antara kematian dan kehidupan serta menjelaskan padanya bahwa perpustakaan ini ada karena ulah dirinya. Nora ditunjukkan sebuah buku yang berjudul The Book of Regrets yang berisikan penyesalan-penyesalan Nora. Nora diberikan kesempatan untuk kembali ke masa lalu untuk mengubah segala sesuatu yang telah ia sesali. Namun, Nora rasa bahwa segala sesuatunya tidak berguna dan tetap ingin mengakhiri hidupnya saja. Mrs. Elm kemudian membujuk Nora dan Nora setuju untuk mencoba kesempatan ini.

Berbagai penyesalan yang ada pada kehidupan sebelumnya sudah ia ulang dan lakukan. Namun nyatanya segala sesuatunya tidak bahagia. Ketika ia menyesali karena membatalkan pernikahan dengan kekasihnya, ia mendapatkan kesempatan untuk mengulang dan melangsungkan pernikahan. Namun ternyata, suaminya ini berselingkuh dan tidur bersama wanita lain. Lalu Nora ditampar lagi oleh sebuah kenyataan,  bahwa ayahnya berselingkuh dari ibunya dan ibunya meninggal karena kesepian. Berbagai macam penyesalan pada kehidupan Nora pun sudah diulang, namun ternyata segala halnya hanya membawa rasa kekecewaan dan ia pun sadar bahwa segala sesuatu yang ia lakukan ini bukan karena dirinya sendiri, melainkan  keinginan orang-orang sekitarnya terhadap dirinya, dan kemudian ia pun kembali ke Midnight Library.

Novel The Midnight Library banyak mengandung pesan tentang kehidupan. Ceritanya realistis sehingga para pembaca dapat merenungkan dan membayangkan apa yang dialaminya secara mendalam. Banyaknya pesan dan saran yang berisi makna dan tujuan kehidupan yang dapat dijadikan pelajaran dalam menjalani dan menyikapi suatu persoalan.  Buku ini juga berhasil menggambarkan alur serta tokohnya secara jelas dan terperinci sehingga mudah untuk dibayangkan oleh para pembaca. Namun, penggunaan alur campuran dalam buku ini membuat  sedikit sulit dimengerti oleh beberapa orang. Selain itu, akhir dari cerita ini menggantung dan membuat pembaca bertanya-tanya tentang apa yang terjadi setelahnya pada Nora Seed.

Kesimpulannya, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca, terutama bagi kalangan remaja. Dengan pesan serta saran yang terkandung di dalamnya membuat buku ini sangat tepat dalam pembentukan diri serta karakter guna mencari makna dan tujuan hidup seseorang. Ditambah dengan penggambaran tokoh dan alur yang jelas juga memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan. Saran saya, seharusnya penulis dapat menceritakan atau menggambarkan akhir cerita dengan lebih jelas dan tidak menggantung.

Vanessa Thalha 

SMAN 34 Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun