Di tengah kesibukannya sebagai dokter spesialis patologi klinik, Susana Somali menyempatkan dirinya untuk membangun tempat penampungan bagi anjing dan kucing terlantar. Tempat penampungan yang telah dibangunnya sejak 2009 ini dikenal dengan nama Pejanten Shelter. Hewan-hewan di Pejanten Shelter mempunyai berbagai macam latar belakang. Ada yang ia selamatkan dari perdagangan anjing, ada yang diambil dari jalan, dan ada pula yang ia tampung dari pemilik yang tak sanggup lagi merawat hewan peliharaannya. Penyelamatan yang dilakukan oleh Pejanten Shelter dilakukan melalui metode hand to hand dan  dibantu oleh rescuer lainnya di Jabodetabek.
Ketika pertama kali memasuki kawasan Pejanten Shelter, kita akan disambut oleh gonggongan anjing yang terlihat sangat senang menyambut kehadiran kita. Di situ kita akan melihat banyak jenis anjing dan juga kucing, mulai dari yang ber-ras hingga yang tidak.
Awalnya, Susana menyelamatkan 2 hingga 3 anjing dari tukang daging tiap minggu. Pengambilan anjing dari tempat tersebut tidaklah mudah. Susana harus bernegoisasi dengan tukang daging yang menurutnya tidak ramah. Namun, apapun masalahnya, Susana tetap berusaha bagaimana pun caranya agar anjing tersebut bisa pindah ke tangannya. Misalnya dengan membayar dengan uang atau menukarnya dengan daging lain.
Susana menyatakan bahwa semenjak Covid-19, jumlah hewan di tempat penampungannya meningkat drastis. Hal ini disebabkan banyak pemilik hewan yang kehilangan pekerjaannya sehingga tidak mampu menutup dana kebutuhan hewan peliharaannya dan memutuskan menaruhnya di shelter, termasuk Pejanten Shelter. Tidak hanya itu, kondisi ekonomi yang menurun sejak Covid-19 juga membuat orang-orang yang berdonasi semakin berkurang. Walau demikian, Susana tetap tidak menolak jika ada orang yang menitipkan anjing peliharaannya di Pejanten Shelter.
Semua jerih payah yang Susana korbankan demi menampung anjing dan kucing terlantar antara lain karena kecintaannya terhadap hewan. Susana bercerita bahwa kecintaannya terhadap hewan sudah ada sejak kecil. Orang tua Susana juga mengajarkannya untuk lebih baik mengadopsi hewan daripada membelinya di toko hewan.Â
"Orang tua saya pencinta binatang dan itu menurun ke saya. Terima kasih kepada ayah dan ibu saya, tapi mereka tidak punya tempat penampungan dan juga bukan aktivis seperti saya," kata Susana.Â
Susana merasa banyaknya tindakan kekerasan yang dilakukan pada hewan disebabkan anak tidak diajarkan untuk mencintai makhluk lain di luar manusia. "Semakin orang bisa menghargai makhluk lain, semakin dia bisa sebetulnya menghargai manusianya," kata Susana, dengan nada serius.
"Kalau kita sayang sama binatang, itu kita mengurangi tingkat kekerasan di orang," tambahnya.Â
Susana Somali mengajarkan kita untuk selalu mencintai hewan apa pun kondisinya. Dengan kita membantu menyelamatkan hewan, kita sudah belajar untuk mencintai hewan tersebut. Lagi pula, hewan seperti anjing dan kucing adalah hewan yang setia. Seperti yang dikatakan Susana Somali, "Tidak ada anjing dan kucing yang tidak setia. Yang nggak setia itu pemiliknya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H