Mohon tunggu...
Vanessa Charlize
Vanessa Charlize Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Orang Tua yang Memaksa Anak untuk Masuk Kedokteran : Antara Harapan dan Kenyataan

10 Juni 2024   23:59 Diperbarui: 11 Juni 2024   00:17 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mimpi menjadi seorang dokter seringkali menjadi dambaan banyak orang tua. Profesi ini tidak hanya menjanjikan status sosial yang tinggi dan stabilitas finansial, tetapi juga dipandang mulia karena berkaitan langsung dengan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Namun, sering kali kita mendengar cerita tentang anak-anak yang dipaksa oleh orang tua mereka untuk masuk ke fakultas kedokteran, meskipun mereka mungkin memiliki minat dan bakat di bidang lain. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting tentang hak anak untuk menentukan masa depannya sendiri dan dampak psikologis yang dapat timbul akibat paksaan tersebut.

Menjadi dokter sering dipandang sebagai lambang kesuksesan. Banyak orang tua yakin bahwa dengan profesi dokter, anak mereka akan meraih pengakuan sosial dan stabilitas finansial. Ada orang tua yang mungkin memproyeksikan impian pribadi mereka kepada anak-anak mereka. Mereka yang tidak berhasil menjadi dokter mungkin berharap anak-anak mereka bisa mewujudkan impian tersebut. Profesi dokter dipandang memiliki prospek kerja yang pasti dan stabil. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, menjadi dokter dianggap sebagai pilihan karier yang memberikan kepastian dan stabilitas. Terpaksa mengikuti jalur yang tidak sesuai minat dapat menimbulkan tingkat stres yang tinggi. Anak mungkin merasa tertekan untuk memenuhi harapan orang tua, yang dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan mental, seperti meningkatnya tingkat kecemasan dan risiko mengalami depresi. Ketika seseorang dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan minatnya, motivasi intrinsiknya dapat mengalami penurunan.  Ini bisa mengakibatkan penurunan kinerja akademik dan perasaan frustrasi yang dalamAnak yang sebenarnya memiliki bakat dan minat di bidang lain, seperti seni, olahraga, atau teknologi, mungkin tidak dapat mengeksplorasi atau mengembangkan potensi mereka karena terpaksa memilih jalur kedokteran. 

Orang tua harus mengutamakan mendengarkan aspirasi dan minat anak. Dengan berkomunikasi secara terbuka, kita dapat mencari kesepakatan yang memungkinkan anak merasa didukung tanpa merasa terbebani. Mencermati dan mengidentifikasi bakat serta minat anak sejak dini dapat memandu orang tua dan anak dalam memilih jalur pendidikan dan karier yang paling cocok bagi mereka. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih jalur hidupnya sendiri adalah cara untuk menghormati hak-hak mereka. Ini juga dapat membantu anak untuk tumbuh menjadi individu yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian. Banyak contoh kesuksesan yang dapat dijadikan inspirasi dari individu yang mengikuti minat dan bakat mereka. Salah satunya adalah Mark Zuckerberg yang meninggalkan Harvard untuk mengembangkan Facebook, serta J.K. Rowling yang awalnya bekerja sebagai sekretaris sebelum menulis Harry Potter. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa kesuksesan tidak selalu terkait dengan gelar tertentu, tetapi dengan dedikasi dan kerja keras dalam mengejar passion di bidang yang mereka cintai. Kisah-kisah seperti Rowling yang awalnya bekerja sebagai sekretaris sebelum menulis Harry Potter menegaskan bahwa kesuksesan tidak selalu bergantung pada gelar tertentu, melainkan pada dedikasi seseorang untuk mengejar passion dan bekerja keras dalam bidang yang mereka cintai. 

Meskipun paksaan orang tua agar anak masuk kedokteran mungkin bermula dari niat baik, dampaknya bisa menjadi negatif jika anak tersebut tidak memiliki minat dan bakat yang sesuai dengan bidang tersebut. Orang tua sebaiknya memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak-anak untuk menemukan serta mengembangkan minat dan bakat mereka sendiri. Oleh karena itu, memungkinkan anak untuk mengejar minat dan bakat mereka sendiri adalah kunci bagi mereka untuk tumbuh menjadi individu yang bahagia dan sukses dalam bidang yang sesuai dengan kepribadian dan potensi mereka. Menghargai serta mendukung pilihan anak merupakan langkah penting dalam membentuk generasi yang percaya diri dan mandiri. 

Kesimpulan : Membiarkan anak mengejar minat dan bakat mereka sendiri adalah kunci bagi mereka untuk tumbuh menjadi individu yang bahagia dan sukses dalam bidang yang sesuai dengan potensi mereka. Dengan menghargai serta mendukung pilihan anak, kita membantu membentuk generasi yang percaya diri dan mandiri. Paksaan orang tua agar anak memilih jalur tertentu, meskipun berasal dari niat baik, dapat berdampak negatif jika tidak sesuai dengan minat dan bakat anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak-anak mereka dalam mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka secara bebas dan sesuai dengan keinginan mereka sendiri.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun