Mohon tunggu...
Vanessa Gitaria
Vanessa Gitaria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Vanessa

Menulis untuk Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi dan Digital Marketing pada Usaha Keripik Usus di Sumbersari, Jember

1 September 2021   17:17 Diperbarui: 15 September 2021   12:49 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model Dampak Pelaksanaan KKN BTV-3|Dokpri

Gambaran Singkat Potensi Desa

Desa Sumbersari merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Lokasi desa Sumbersari dekat dengan pusat kota Jember dengan jarak sekitar 2,7 km2. Desa Sumbersari terdiri dari beberapa lingkungan, yakni lingkungan Gumuk Kerang, Tegalboto Lor, Tegalboto Kidul, Krajan, dan Krajan Timur. Desa Sumbersari dapat dikatakan pusat pendidikan di Jember, karena terdapat beberapa pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi, yakni Universitas Jember.

Melihat peluang yang ada dari Sumbersari sebagai pusat pendidikan di Jember, sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah berdagang. Banyak juga masyarakat Sumbersari yang menawarkan jasa kosan,counter, fotokopi, ojek online, cuci sepatu, dan sebagainya. Selain itu masyarakat Sumbersari juga banyak yang menciptakan berbagai macam produk, seperti makanan, pakaian, dan sebagainya. Bisnis utama yang menjanjikan dari desa ini adalah bisnis di bidang kuliner. Banyak masyarakat yang membuka bisnis makanan karena memang prospeknya baik dengan peluang yang ada. Tak heran, banyak masyarakat yang menjajakan makanannya di pinggir jalan, outlet milik sendiri, ataupun menitipkannya di warung kopi atau kafe.

Identifikasi permasalahan

Potensi usaha makanan tersebut memang menjanjikan, namun segalanya berubah setelah adanya pandemi covid-19. Sehingga mereka terutama para mahasiswa yang seharusnya membeli bisnis makanan tersebut, tidak bisa membelinya dikarenakan pulang ke daerahnya masing-masing akibat kuliah online. Kemudian diperparah dengan adanya PPKM yang tidak memperbolehkan warung buka dan makan di tempat. Salah satu usaha makanan ringan yang terdampak adalah pengusaha "Keripik Usus". Usaha ini mengalami penurunan omset yang sangat drastis. Pemasaran yang dilakukan adalah dengan dititipkan di warung kopi atau kafe di daerah dekat kampus. Pengusaha ini masih belum mengenal pemasaran secara online.

Melihat permasalahan tersebut, saya Vanessa Gitaria, mahasiswa Universitas Jember yang saat ini sedang melaksanakan KKN BTV-3 UNEJ di desa Sumbersari tertarik untuk membantu pengusaha "Keripik Usus" di desa Sumbersari Jember agar omset penjualannya meningkat kembali. Selain itu saya juga tertarik untuk menumbuhkan minat berusaha pada masyarakat sekitar pengusaha "Keripik Usus" tersebut mengingat banyaknya kasus PHK akibat pandemi ini.

Program Kerja (Proker) KKN Back to Village 

Kegiatan KKN BTV-3 UNEJ yang bertempat di desa Sumbersari, Jember ini dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus hingga 10 September 2021. Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan adalah dengan melakukan sosialisasi, bimbingan dan pelatihan terkait inovasi produk, seperti penembahan rasa, kemasan produk, dan juga pembuatan logo produk. Selain itu juga dilakukan pembimbingan dan pelatihan pemasaran secara online di salah satu e-commerce kepada pengusaha "Keripik Usus" di desa Sumbersari, Jember.

Terdapat dua pembimbingan dan pelatihan yang dilakukan. Pertama adalah pembimbingan dan pelatihan mengenai pentingnya inovasi dalam produksi, seperti penambahan rasa, cara pengemasan, dan logo produk. Dengan penambahan rasa seperti pedas yang berlevel, rasa ayam, BBQ, rumput laut, dan lain sebagainya. 

Cara pengemasan yang dilakukan dengan memperhatikan apa yang diminati oleh konsumen, dan juga penambahan suatu logo yang merupakan identitas atau ciri khas perusahaan tersebut agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Pembimbingan dan pelatihan yang kedua adalah terkait optimalisasi pemasaran secara online yang menjadikan solusi di tengah pandemi. 

Hal ini penting dipahamkan kepada masyarakat agar menggunakan peluang pemasaran yang akan mendorong kenaikan omset. Diharapkan dengan adanya inovasi produk dan juga pemasaran secara online, masyarakat menjadi melek terhadap peluang-peluang yang ada sehingga tidak terpuruk dengan kondisi pandemi yang melanda.

Pada awal perencanaan kegiatan ini, dilakukan komunikasi dengan Kepala Desa Sumbersari untuk meminta izin dan dukungan dalam berlangsungnya program KKN Back to Village. Topik pembicaraan yang dilakukan dengan Kepala Desa Sumbersari diantaranya, yaitu waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan serta konsep pelaksanaan kegiatan. 

Selain itu diidentifikasikan permasalahan dari para pengusaha makanan terkait penurunan omset yang terjadi akibat pandemi Covid-19, serta mendiskusikan segala hal mengenai pelaksanaan pengabdian baik konsep pelaksanaan kegiatan maupun solusi yang akan dilakukan untuk pengoptimalan bisnis yang ditekuni sasaran, yakni pengusaha "Keripik Usus". Selain diskusi dengan kepala desa, saya juga melakukan diskusi dengan pemilik usaha "Keripik Usus" terkait permasalahan dan solusi melalui program yang saya ajukan.

Identifikasi Masalah pada Lingkup Usaha "Keripik Usus" di Masa Pandemi Covid-19

Terkait program kerja pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village di Desa Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, dapat dicermati pada: (1) Model Canvas Pelaksanaan  KKN Back to Village di Desa Sumbersari, dan (2) Model Dampak (Impact) Pelaksanaan KKN Back to Village di Desa Sumbersari.

Model Dampak Pelaksanaan KKN BTV-3|Dokpri
Model Dampak Pelaksanaan KKN BTV-3|Dokpri

Kegiatan Pelatihan kepada Sasaran KKN Back to Village 3

Tahap pelaksanaan program kerja yang dilakukan dengan pelaku usaha "Keripik Usus" sebagai sasaran. Pelaksanaan program kerja tersebut terbagi ke dalam empat minggu, dimana setiap minggunya terdapat kegiatan-kegiatan tersendiri. Kegiatan yang dilakukan di minggu pertama adalah melakukan observasi dengan melihat potensi desa, kemudian menentukan sasaran, melakukan perkenalan dengan sasaran, mendiskusikan permasalahan dan menemukan solusi melalui program-program yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh, usaha Keripik Usus yang ada di Desa Sumbersari mengalami penurunan omset dikarenakan pandemi yang melanda. Pemasaran yang dilakukan masih bersifat konvensional dengan menitipkan produk pada kafe dan warung kopi yang sekarang sepi pengunjung. Selain itu ditambah dengan rasa dan kemasan yang monoton membuat konsumen semakin enggan untuk membeli produknya. Pemahaman mengenai inovasi produk, branding dan digital marketing yang minim merupakan penyebab semakin sulitnya sasaran untuk pulih dari dampak pandemi covid-19. Untuk mempermudah pemahaman mengenai program kerja, maka perlu disusun materi pelatihan yang digunakan sebagai sarana pelatihan kepada sasaran.

Kegiatan Pelatihan kepada Sasaran|Dokpri
Kegiatan Pelatihan kepada Sasaran|Dokpri

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan pada minggu kedua dari kegiatan KKN ini dengan pelaku usaha "Keripik Usus" sebagai sasaran kegiatan. Kegiatan pelatihan ini dibagi menjadi dua kali. Pelatihan pertama membahas mengenai pentingnya inovasi produk, cara melakukan inovasi produk, disertai dengan contoh langsung. Inovasi yang dilakukan adalah penambahan rasa, memperbaiki kemasan, dan pembuatan logo produk. Sedangkan pelatihan kedua membahas mengenai pentingnya digital marketing, kemudian ke praktiknya yaitu menggunakan aplikasi Shopee, dimulai dari pembuatan hingga pemasaran produk.

Pemaparan pelatihan pertama dilakukan pada 22 Agustus 2021 di rumah sasaran dengan menggunakan media laptop untuk penyampaian materi dan dilanjutkan dengan praktik langsung terkait inovasi produk dengan penambahan rasa, memperbaiki kemasan, dan pembuatan logo. Kegiatan ini diikuti oleh tiga orang. Sedangkan pelatihan kedua dilakukan pada 23 Agustus 2021 di rumah sasaran dan diikuti oleh tiga orang. Pelatian ini menggunakan sarana laptop untuk pemaparan materi dan praktik secara langsung terkait digital marketing. Pemaparan materi pertama ditangkap dengan baik oleh sasaran. Namun pada pemaparan materi kedua ada beberapa kendala karena minimnya pengetahuan sasaran mengenai teknologi dalam digital marketing. Diharapkan dari kendala tersebut dapat diatasi dengan memberikan pendampingan dibarengi dengan penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang masih kurang dipahami oleh sasaran. Tingkat keberhasilan dari pelatiahan tersebut adalah pemahaman mengenai pengoperasian Shopee sebagai sarana digital marketing.

Kegiatan Pendampingan kepada Sasaran KKN Back to Village 3

Kegiatan pada minggu ketiga pelaksanaan KKN BTV-3 UNEJ yang dilakukan di sasaran pelaku usaha Keripik Usus adalah melakukan pendampingan. Pendampingan ini terbagi menjadi tiga hari dengan rangkaian kegiatan yaitu membuat logo produk, penambahan aneka rasa dan perbaikan kemasan serta yang terakhir adalah pembuatan akun email untuk mendaftar akun shopee. Dengan penambahan aneka rasa dan perbaikan kemasan akan membuat produk lebih diminati oleh konsumen dan tidak monoton. Logo produk digunakan untuk membuat produk memiliki ciri khas dan mudah dikenali oleh masyarakat. Sedangkan pembuatan akun shopee adalah untuk melakukan digital marketing yang pasti akan menjangkau pasar dengan lebih luas sehingga dapat berpeluang naiknya penjualan.

Kegiatan yang dilakukan di hari pertama adalah pembuatan logo produk dengan menggunakan aplikasi Canva. Sebelum membuat logo produk, terlebih dahulu disepakati apa nama produk dan juga ciri khas produk. Setelah nama dan ciri khas produk sudah dicetuskan, maka dilanjutkan dengan membuat logo produk di aplikasi Canva. Pada awalnya, saya menjelaskan apa saja menu-menu penting yang digunakan untuk membuat desain sederhana. Kemudian dilanjutkan dengan membuat logo hingga logo telah berhasil dibuat. Setelah logo berhasil dibuat, maka logo di print untuk ditempelkan pada kemasan dan juga untuk foto profil di akun shopee.

Pendampingan yang dilakukan di hari kedua adalah produksi dari Keripik Usus tersebut. Proses produksi ini dimulai dengan pembelian bahan baku seperti biasa, yaitu usus, tepung, bumbu-bumbu, aneka rasa, kemasan yang diinovasikan, minyak goreng, dan lain sebagainya. Setelah itu saya mengikuti proses produksi seperti biasanya yang dimulai dari mencuci usus, membuat bumbu dan tepung, kemudian menggorengnya. 

Rasa yang ditawarkan oleh usaha Keripik Usus ini adalah masih satu rasa, yaitu asin dengan menggunakan penyedap rasa. Kemudian saya mencontohkan penambahan rasa, seperti rasa BBQ, ayam bawang, dan rumput laut. Dan juga disertai dengan penambahan bubuk cabai. Rasa-rasa tersebut adalah rasa-rasa yang memang banyak digemari masyarakat khususnya kaum muda. Setelah itu, produk didinginkan dan dimasukkan ke dalam kemasan. Kemasan sebelumnya adalah plastik polos yang tidak menarik dan tidak terdapat logo. Kemudian saya memberikan contoh jika produk tersebut dikemas dengan plastik yang sedang hits saat ini ditambah dengan logo yang telah dicetak di hari pertama pendampingan.

Kegiatan Pendampingan dengan Sasaran|Dokpri
Kegiatan Pendampingan dengan Sasaran|Dokpri

Di hari terkhir pendampingan, saya membantu pelaku usaha keripik usus dalam membuat akun email dan akun shopee. Langkah yang pertama adalah membuat akun email toko yang dimulai dari membuka email di google, mengisi data dan verifikasi hingga akun email berhasil dibuat. Selanjutnya akun email tersebut digunakan dalam proses pembuatan akun shopee dari toko produk. Cara daftar shopee dimulai dari daftar, lengkapi profil toko, menentukan jasa kirim, menambahkan rekening bank, dan juga mengupload foto produk. Selain itu saya juga membantu memfoto produk untuk menghasilkan foto yang bagus dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan konsumen.

Kendala-kendala yang dialami dalam kegiatan pendampingan adalah sasaran yang sulit mencetuskan nama produk dan juga gambar serta warna yang sesuai dengan produk untuk menarik konsumen. Selain itu sasaran juga sulit dalam mengambil foto produk yang menarik. Kemudian, sasaran juga masih asing dan kurang paham mengenai menu-menu yang digunakan dalam aplikasi Canva dalam membuat logo produk. Selain itu kurangnya pemahaman sasaran terkait dengan penggunaan teknologi pada aplikasi Shopee.

Tingkat keberhasilan kegiatan pendampingan tersebut adalah sasaran memiliki inovasi yaitu penambahan aneka rasa dan menyempurnakan kemasan. Selain itu, produk sudah memiliki logo sehingga mudah diingat oleh masyarakat dan terdapat toko online pada e-commerce shopee membantu sasaran untuk memperluas pasar sehingga penjualan meningkat apalagi di masa pandemi saat ini. Keberhasilan pendampingan yang lain yaitu sasaran memiliki foto-foto produk yang menarik untuk di-upload di aplikasi shopee guna menarik minat konsumen. (Vanessa Gitaria/KKN BtV-3/Kelompok 33/Sumbersari/Sumbersari/ Jember/Agus Supriono, S.P., M.Si.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun