[caption id="" align="aligncenter" width="507" caption="http://pinoytutorial.com"][/caption]
Melihat Headline kolom/rubrik  tekno sekarang ini, yang berjudul Situs Indonesia Paling Lamban Sedunia, saya mencoba memahaminya. Tadinya saya pikir, mungkin yang dimaksud adalah kecepatan akses internet di  Indonesia sebagai salah satu yang terlamban di dunia. Namun karena dalam artikel tersebut menyajikan artikel Web page load speeds on desktop computers dan juga menyinggung soal konfigurasi dan pemrograman web pages yang menyangkut teknis html atau css maka saya ingin sekali membahasnya lebih lanjut.
Sejujurnya saya belum dapat memahami data Web page load speeds on desktop computers, mungkin karena saya masih terlalu awam dan masih baru di dunia TI, tetapi secara pemahaman sederhana setidaknya perlu adanya penjelasan mengenai cara dan metodologi penilaiannya. Paling tidak ada beberapa faktor yang perlu dipelajari lebih lanjut.
- Yang dimaksud dengan situs Indonesia itu yang mana? Yang hostingnya didalam negeri atau hosting di luar negeri tetapi pemiliknya orang Indonesia? Yang terakhir ini agak sulit dideteksi.
- Kalau yang dimaksud adalah situs Indonesia dengan akhiran domain name  *.id (co.id,go.id,ac.id,web.id,atau or.id) juga tidak dapat dijadikan dasar, karena sebagian dari domain name dengan akhir *.id tersebut juga memiliki hosting di luar negeri.
- Jadi kira-kira mana yang dijadikan dasar penilaian? Semua situs yang memiliki hosting di Indonesia? Kalau demikian, lambatnya loading situs Indonesia dalam pengertian tersebut, bukan semata-mata karena masalah pemrograman situs saja namun juga terkait dengan infrastruktur pendukung hosting di Indonesia.
- Kemudian mengenai average (rata-rata) penilaian situs Indonesia (anggap saja semua situs yang dihosting di Indonesia), kira-kira berapa situs yang dijadikan sebagai sampel dari populasi situs Indonesia yang ada? Terkait dengan penyematan "paling lamban di dunia", penilaian ini ukurannnya untuk berapa negara? Yang dilaporkan dalam pengujian tersebut hanya 50 negara bukan seluruh negara di dunia.
- Mengenai kecepatan loading suatu web atau situs, harus dijelaskan juga, situs Indonesia itu di-loading (diakses) dari mana? Apakah dari Indonesia sendiri atau dari luar negeri. Kalau dari luar negeri, dari lokasi mana dulu. Kalau diakses dari lokasi google seperti isi artikel tersebut, dapat dipahami, tetapi tidak menjadi ukuran bahwa situs Indonesia juga lambat diakses dari negara-negara lain. Saya masih menjamin bahwa situs Indonesia (dan dihosting di Indonesia) akan lebih cepat jika diakses  dari Indonesia sendiri dibandingkan dari luar negeri (coba saja buktikan secara real ketika membuka http://plus.google.com dan http://kompas.com mana yang paling cepat?). Coba juga kita traceroute situs tersebut, kita dapat melihat sendiri mana yang lebih panjang routingnya ketika dicoba dari luar negeri maupun dari indonesia. Contoh lain untuk Test the Load Time of a Web Page kompasiana.com dari Amsterdam 13,48/s sedangkan dari Dallas, Texas, USA adalah 9,48/s (sumber http://tools.pingdom.com), masih dibawah hasil penilaian rata-rata 20,3/s
- Berikutnya mengenai halaman web, bagian mana dari situs yang di-loading pertama kali untuk pengukuran, kalau main page (halaman depan) dipakai sebagai pengukuran, memang banyak situs di Indonesia  rata-rata berjenis web portal dan weblog, berbeda dengan situs lain seperti google.com, gmail.com, blogger.com yang tidak memiliki banyak konten pada main page, bahkan belum meng-load database seperti menampilkan nama, photo profile user, dan ringkasan artikel seperti yang terlihat pada Kompasiana.com (kecuali apabila kita sudah login pada akun google). Sehingga kalau hanya menguji main page saja, rasanya tidak dapat dijadikan sebagai dasar penilaian. Silahkan mencoba mengukur kecepatan loading alamat web melalui http://pingdom.com dengan pusat pengukuran di Amsterdam, Netherlands, New York City, New York, USA dan Dallas, Texas, USA. Di situs tersebut yang diukur adalah main page.
- Dengan penjelasan di atas (point 6), bukan saja soal akses internet dimana situs tersebut diakses dan struktur pemrograman situs, tetapi juga mengenai page size (khususnya main page) yang menempatkan banyak konten (seperti gambar statis, animasi, flash, script). Seperti contoh Kompasiana.com memiliki page size untuk main page sebesar 146.55 KB dibandingankan Kompas.com yang memiliki page size 126.88 KB, tentunya loading web Kompas.com lebih cepat dibandingkan Kompasiana.com.
Satu catatan penting bagi saya, yaitu tentang perbandingan akses situs dari desktop (fixed/cable internet) dan mobile internet (wireless internet). Dari hasil penilaian artikel tersebut, akses situs Indonesia dari mobile device lebih cepat dibandingkan dari desktop. Berarti perlu dipertanyakan minimal dua hal, mengapa akses mobile device lebih cepat dari desktop di tempatnya Google? (berarti Google harus membahas sendiri permasalahan fixed dan wireless internet di tempatnya). Dan pertanyaan kedua adalah, apakah yang menjadi ukuran adalah tampilan mobile web atau tampilan situs secara utuh ketika diakses dari mobile device? Kalau yang dimaksud adalah tampilan web mobile maka programmer mobile web Indonesia cukup lumayan dibandingkan Brasil dan Singapura.
Menyinggung permasalahan hosting dengan kategori murah atau mahal tidak serta merta dapat menjawab kecepatan akses web Indonesia. Jelas kalau hosting gratis, tentu akan menyediakan  fasilitas apa adanya dan dapat menganggu loading web page. Perlu rasanya menjadi catatan kita bersama, ada juga hosting yang cukup mahal di Indonesia namun begitu lambat karena user maupun space server sudah overload/limit tidak sebanding dengan data transfer/bandwidth, spesifikasi server dan infrastruktur lain yang sudah ada, yang diandalkan hanya testimoni user pengguna bukan pada kondisi real. Apalagi perhitungan murah dan mahalnya tergantung fasilitas yang diberikan. Ada yang ngakunya unlimited bandwidth dan space ternyata limited juga.
Jadi, dari semua yang saya ulas di sini, untuk melihat permasalahan lambannya loading web Indonesia, setidaknya dilihat dari sudut pandang yang sama. Kalau hanya menggunakan hasil laporan Google, tidak serta merta menjadi ukuran bahwa kita di Indonesia juga lamban mengakses situs yang dihosting di Indonesia, secara logika harusnya lebih cepat. Begitu juga tidak menjamin bahwa akses dari Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Hongkong juga lamban. Coba saja diakses dari Hongkong atau  Australia dimana routing internasional Indonesia sempat disambung sebelum terhubung ke UUNET dan seterusnya.
Dengan demikian kita tidak harus terburu-buru untuk menyimpulkan bahwa penilaian tersebut berlaku secara universal. Seperti penilaian bahwa "pantes saja mengakses situs kompasiana.com sangat lamban" hanya karena hasil penilaian tersebut.
Maaf kalau ada yang berlebihan, hanya melatih logika berpikir saya sebagai mahasiswi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H