[caption id="attachment_183220" align="aligncenter" width="550" caption="impactlab.net"][/caption]
Kartini memang tidak pernah mengenal komputer atau internet di zamannya, saat itu beliau mungkin hanya mengenal mesin ketik saja. Namun dengan peralatan tulis dan menulis sederhana, beliau mampu menorehkan semangat perjuangannya untuk menempatkan wanita indonesia setara dengan kaum pria.
Bila Kartini hidup di zaman sekarang, mungin saja dengan semua peralatan teknologi saat ini, beliau akan memanfaatkannya untuk terus menulis dan  berbicara untuk menyemangati kaumnya. Beliau tidak akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk menjadi terdepan, bermanfaat dan berguna bagi bangsa dan negara.
Kartini mungkin tidak menyangka, bahwa perempuan Indonesia saat ini mendominasi transaksi penjualan di dunia internet baik untuk fashion atau produk konsumtif lainnya. Kalau saja beliau masih hidup, beliau akan meminta perempuan Indonesia untuk lebih memahami dan memanfatkan teknologi informasi untuk menyejahterakan keluarganya maupun masyarakat secara luas.
Bila Kartini masih hidup, beliau mungkin juga akan bersedih ketika melihat perempuan Indonesia memanfaatkan media sosial hanya untuk tujuan-tujuan yang kurang tepat, kurang produktif apalagi menyebabkan permasalahan di dalam keluarga.
Namun Kartini boleh berbangga, bahwa diantara pakar dan professional di bidang teknologi Informasi, masih ada perempuan Indonesia yang mampu terdepan dan menjadi berguna bagi banyak orang.
Diantara banyak pakar dan professional di bidang yang didominasi kaum pria ini, terdapat beberapa perempuan yang mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai profesinya saat ini. Mereka itu antara lain  Peni Cameron, Jacqueline Losung dan Jessica Violetta Schwarze.
Mereka ini berbeda dengan pakar lainnya atau mungkin tidak dapat disebut sebagai pakar teknologi informasi karena tidak memiliki background pendidikan di bidang ini. Â Walau mereka mengaku "gaptek" dulunya, namun pada akhirnya mereka mampu bergelut dan menjadi profesional di dunia yang sebelumnya asing bagi mereka ini.
Mereka dapat menjadi inspirator bagi perempuan Indonesia. Tanpa harus menjadi seorang pakar namun dengan memahami dan memanfaatkan perkembagan teknologi informasi dengan baik, kaum perempuan dapat melakukan banyak hal yang berguna bagi dirinya, keluarga dan banyak orang.
Peni Cameron (@PeniCameron), lahir diSurabaya, 13 September 1966,meski tidak berbekal background animasi, dia telah melakukan banyak hal untuk animasi Indonesia. 6 studio telah ia bangun di 6 daerah. Di tahun 2010 ia siap meluncurkan Hotel Animasi di 33 propinsi di Indonesia.(aienhisyam.wordpress.com)
Tanpa memiliki studio produksi sendiri, Peni Cameron berhasil mengembangkan bisnis animasi dengan cara mengembangkan networking dengan studio-studio animasi di pelbagai daerah dan TV-TV lokal serta lomba-lomba animasi. Ia juga merintis bisnis merchandise animasi dan properti berbasis animasi seperti layaknya Disney. Peni Iswahyurani Cameron mendirikan PT Citra Andra Media (CAM Solutions) sebagai perusahaan yang menjual produk animasi termasuk peralatan dan film (attalicious.wordpress.com)
Jacqueline Losung (@JQLosung) Perempuan cantik yang telah menggeluti banyak 'dunia' pekerjaan sempat memilih untuk menjadi pemimpin (VP Web) di situs entertainment terkenal KapanLagi.com. Dia sempat menjadi Authorized Reseller Yahoo di Indonesia. Tugasnya membantu memperkenalkan Yahoo di Indonesia dan 'memonetize' web network mereka. Menurut Jacqueline kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat terhadap akses informasi yang lebih luas, media online akan menjadi media yang sangat penting. (aienhisyam.wordpress.com).
Saat inii Jacqueline menjadi direktur Big Daddy (PT. Jawa Kreasi Prima), Â yang bergerak di bidang events management yang biasanya menjadi promoter acara Disneyland dan The Phantom of the Opera.
Jessica Violetta Schwarze (@JessicaSchwarze), Ketika bergabung dengan PT. SAP (Systems Applications and Products) Indonesia -perusahaan perangkat lunak khusus untuk bisnis terbesar di dunia- saat itu Jessica baru berusia 30 tahun. Dan yang lebih menarik, Jessi nekat melamar menjadi Marketing Manager walaupun ia buta IT (information technology). "I'm so curious and I want to jump on it," ujar Jessi seperti ditulis oleh Aien Hisyam yang jugaseorang kompasianer melalui blog pribadinya  aienhisyam.wordpress.com.
Mereka ini adalah segelintir dari banyak perempuan Indonesia yang mengaku buta teknologi (gaptek) tapi mampu memanfaatkan perkembangan teknologi secara baik bahkan dapat  menjadi professional di bidangnya.
Mungkin diantara anda, ada yang telah mengikuti jejak mereka, minimal mampu memanfaatkan internet maupun media sosial untuk menunjang karir, profesi, bakat dan prestasi anda. Berbagai peralatan canggih teknologi telah anda kenal bahkan miliki. . Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang ada, Manfaatkanlah semua itu dengan sebaik-baiknya.
Selamat merayakan hari Kartini. Maju terus wanita Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H