Mohon tunggu...
Vanesa Cintara
Vanesa Cintara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nama

I lead and create the dreams.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bisnisku Sempat Membisu akibat Pandemi

28 Juni 2021   20:06 Diperbarui: 28 Juni 2021   20:17 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekhawatirannya makin menjadi.

"Minggu lalu kamu juga bilang gitu tapi malah ketiduran disana sampai pagi, terus demam. Nggak, Yos, tidur. Sekarang."

Suara baritonnya memberat dan memaksa, Yosua sedikit bergidik. Nathan sudah penat.

Yang dinasihati hanya mampu menggertakkan gigi, tahu apa yang dikatakan lawan bicaranya benar. Ia menghela napas, mengaku kalah. Kacamata dilepas, dipijitnya batang hidung yang lembap dan membekas karena terlalu lama menyokong alat bantu melihatnya.

"Baiklah. Aku tidur sekarang."

Dirapikannya naskah-naskah yang berserak sembari menunggu laptopnya meredup. Hari ini ia begitu kacau, terlalu tertekan karena tenggat waktu yang makin menghimpit.

"Sini, aku bantu."

Nathan membereskan meja ruang tengah---dimana sebulan ini beralih fungsi jadi meja kerja Yosua---yang kotor oleh remahan kacang, kulacino dari kopi hitam, dan beberapa lembar gumpalan kertas coretan tangan. Cukup berantakan untuk ukuran Yosua yang menjunjung konsistensi dan keteraturan. Nathan seketika menyadari sang editor sedang berada di fase stress dan tertekan, mungkin diburu tenggat waktu.

Setelah mengawasi dan memastikan Yosua mencuci muka dan menggosok gigi dengan benar dari luar pintu kamar mandi---hal ini demi mencegahnya mencuri kesempatan menyentuh naskah lagi, sungguh, Nathan menuju kamar tamu dan menutup pintu sembari membisik selamat tidur pada punggung Yosua yang tengah mengelap wajahnya.

Satu Minggu pagi, Yosua yang baru saja terbangun melihat satu pemandangan yang cukup jarang dijumpainya; Nathan yang sedang berdiri menyendiri di balkon. Ia menepuk bahu Osamu lalu sedikit terkejut kala melihat manik abunya yang sedikit sembab.

"Than, ada apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun