Soemitro Djojohadikusumo lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 29 Mei 1917. la adalah anak pertama dari lima bersaudara Soemitro, Sukartini, Miniati, Subianto, dan Sujono. Dua nama adik Soemitro yaitu Subianto dan Sujono tewas dalam peristiwa Lengkong yaitu peristiwa pelucutan terhadap tentara Jepang yang berakhir dengan tragedi pertempuran pada tahun 1946 di Tangerang. masing-masing berumur 21 dan 16 ketika kejadian tersebut.
Ayah Soemitro, yaitu Margono Djojohadikusumo adalah pegawai tingkat menengah-atas pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Margono adalah pendiri BNI 1946 (Kini BNI 46) dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung yang pertama. Ibu Soemitro. Siti Katoemi Wirodihardjo merupakan seorang ibu rumah tangga yang apik mengelola uang dan pandai berhitung. Dalam diri Soemitro mengalir darah ningrat (Raden) Jawa. Dari pihak Ayah, Soemitro adalah generasi ke-empat dari Raden Tumenggung Kartanegara. Salah seorang komandan Perang Diponegoro (1825-1830) yang juga susuhunan Solo sebelum mataram dibagi menjadi Surakarta dan Yogyakarta.
Dari pihak ibunya, Soemitro juga keturunan ningrat, yaitu Raden Tumenggung Wiroreno yang dikenal sangat anti-kompeni. Meskipun leluhur Soemitro termasuk keluarga Ningrat, Kakek. Nenek. Ayah, dan ibu Sumitro di lukiskan kurang beruntung dari segi kehidupan ekonomi.
Dia menempuh pendidikan ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam. Setelah Perang Dunia Kedua, Soemitro kembali ke Indonesia dan turut dalam delegasi Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Amerika Serikat. Dalam misi diplomatik ini, Soemitro berperan dalam menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia. Dia juga turut serta dalam Konferensi Meja Bundar, dan setelahnya bergabung dalam Partai Sosialis Indonesia sebelum menjabat Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Natsir.
Pokok Pikiran Soemitro Djojohadikusumo:
Stabilisasi Ekonomi: Sumitro memainkan peran penting dalam menstabilkan ekonomi Indonesia setelah kekacauan politik dan ekonomi pada tahun 1965. Ia menerapkan kebijakan fiskal yang ketat untuk mengendalikan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan Ekonomi: Sumitro merumuskan strategi pembangunan ekonomi jangka panjang yang dikenal sebagai Pelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Pelita berfokus pada pembangunan infrastruktur, industri, dan pertanian.
Kerjasama Internasional: Sumitro aktif dalam menjalin kerjasama internasional untuk mendukung pembangunan ekonomi Indonesia. Ia menjalin hubungan dengan negara-negara donor dan lembaga keuangan internasional.
Kontribusi Soemitro Djojohadikusumo kepada Negara:
Stabilisasi Ekonomi: Kebijakan ekonomi Sumitro berhasil menstabilkan ekonomi Indonesia dan meletakkan dasar untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pertumbuhan Ekonomi: Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru. PDB per kapita meningkat secara signifikan dan standar hidup masyarakat meningkat.
Pembangunan Infrastruktur: Sumitro memprakarsai pembangunan infrastruktur besar-besaran, seperti jalan raya, jembatan, dan pelabuhan, yang meningkatkan konektivitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kerjasama Internasional: Sumitro berhasil menjalin kerjasama internasional yang menguntungkan Indonesia, seperti pinjaman lunak dan bantuan teknis dari negara-negara donor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H