Mohon tunggu...
Valuena AdeAldrica
Valuena AdeAldrica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Passionate About Writing and Human Behavior

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Di Bawah Terik Matahari Surabaya: Efek Fenomena Urban Heat Island sebagai Masalah Berkembang yang Mengintai

8 Januari 2025   16:31 Diperbarui: 8 Januari 2025   16:31 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kemacetan di Kota Urban (PEXELS/el jusuf)

Kota Surabaya adalah kota terbesar kedua setelah Jakarta di Indonesia. Sudah tidak asing lagi jika Kota Surabaya terkenal dengan gedung-gedung megahnya, lalu lintas yang tiada istirahatnya atau bahkan panasnya. Tidak jarang kata-kata bahwa Surabaya memiliki 10 matahari keluar dari mulut orang dari luar Kota Pahlawan ini. Lalu, apa yang sampai membuat masyarakat Surabaya merasakan panas hingga membuat perih kulit setiap harinya? Masyarakat Surabaya harus mulai melek mengenai isu lingkungan yang mengintai ini, yaitu Urban Heat Island (UHI). Fenomena UHI adalah keadaan dimana suhu di daerah perkotaan meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Meskipun UHI tidak berpengaruh langsung pada pemanasan global, fenomena ini harus tetap diperhatikan karena sangat berpengaruh pada kenyamanan penduduk setempat.

Fenomena UHI semakin terasa saat siang hari di Kota Surabaya, terutama karena beton dan aspal yang lebih mendominasi kota ini daripada ruang hijau. Memang benar banyak disediakan area pepohonan di Kota Surabaya. Namun, pepohonan ini tidaklah efisien untuk memenuhi fungsi ekologi karena dianggap sebagai fungsi estetika dari awal. Kita juga tidak bisa melupakan urbanisasi yang terjadi di Kota Surabaya. Semakin tinggi jumlah penduduk semakin tinggi pula permintaan pembangunan kawasan pemukiman yang berarti berkurangnya ruang hijau. Berdasarkan Tursilowati et al, 2007 pertumbuhan kawasan terbangun di Surabaya mencapai 531,28 ha atau sekitar 1,69% per tahunnya, sedangkan terjadi penurunan dalam lahan perkebunan sebanyak 361,215 ha atau 1,15% dan daerah tambak sebesar 210,66 ha atau 0,67%. Belum lagi kondisi lalu lintas Surabaya yang serasa tiada hentinya menyumbangkan peningkatan tingkat emisi membuat panas di Kota ini tidak tertahankan. Semakin panas suhu, semakin banyak pula penggunaan AC yang justru makin memperburuk panas kota layaknya lingkaran setan.

Fenomena UHI tampaknya tidak hanya berpengaruh pada lingkungan, melainkan juga berpengaruh dalam kegiatan sehari-hari warganya. Fenomena ini juga berdampak pada kesehatan baik fisik maupun mental, kenyamanan, bahkan sosial-ekonomi. Berikut ini dampak yang dapat dirasakan secara langsung:

1. Kesehatan pada masyarakat

Panas yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya heat stroke, dehidrasi bahkan kelelahan yang berlebihan terutama pada anak-anak maupun lansia. Stress pun dapat dengan mudah terpicu dalam kondisi panas yang berlebih yang berpotensi menyebabkan konflik sosial berkepanjangan. Selain itu, fenomena ini  juga sering dikaitkan dengan tingginya tingkat polusi  di wilayah perkotaan. Tingginya tingkat polusi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pernapasan. 

2. Ketidaknyamanan dan penurunan kualitas hidup

Tingginya suhu pada saat siang hari membuat aktivitas masyarakat tidaklah nyaman. Hal ini dapat berpengaruh pada menurunnya produktivitas masyarakat.

3. Pengaruh terhadap sosial dan ekonomi

Biaya tambahan untuk mendinginkan rumah dan menjaga kesehatan kerap menjadi beban tambahan untuk banyak keluarga. Bahkan, penurunan pendapatan dapat dialami bagi masyarakat yang bekerja di luar ruangan seperti ojek online, pedagang kaki lima, dan sejenisnya.

Permasalahan ini bukanlah masalah sepele. Tidak hanya beberapa individu saja yang terpengaruh, melainkan seluruh aspek kehidupan di kota juga terdampak. Oleh karena itu, penanganan fenomena UHI bukanlah tugas pemerintah semata melainkan prioritas setiap masyarakat Kota Surabaya untuk menciptakan kota yang nyaman, sejuk, dan layak huni. Beberapa hal dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir efek dari fenomena UHI:

1. Pembangunan ruang hijau terbuka di sudut-sudut kota

Ruang hijau terbuka di sudut-sudut kota tidak hanya berperan sebagai paru-paru kota tetapi juga dapat menambah nilai estetika. Menggunakan pohon sebagai pengendali suhu udara adalah pilihan yang tepat.

2. Mengubah jalanan, atap maupun bagian bangunan menjadi warna terang 

Jalanan, atap maupun bagian bangunan yang berwarna gelap cenderung lebih mudah menyerap panas dan lambat melepaskan panas. Sehingga, panas yang tersimpan cenderung terlepas pada malam hari membuat suhu di perkotaan lebih hangat daripada sekitarnya

3. Pemanfaatan transportasi publik

Fenomena UHI tidak dapat terlepas dari tingginya tingkat polusi udara dalam suatu kota. Untuk menguranginya kita dapat memprioritaskan menggunakan transportasi publik daripada transportasi pribadi. Apalagi, transportasi publik di Kota Surabaya sudah sangat baik akhir-akhir ini. 

Sumber:

Hermawan, E. (n.d.). Fenomena Urban Heat Island (UHI) pada beberapa kota besar di Indonesia sebagai salah satu dampak perubahan lingkungan global. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun