Dilahirkan di Mataloko, Kabupaten Ngada Propinsi NTT, pada tanggal 11 November 1985 kemudian oleh Ayahnya yang seorang guru memberikan Nama Hieronimus E. Ria , putra kedua dari pasangan Bapak Yohanes Meo dan Mama Kristina Wea
Pria yang akrab disapa Hiron  menikah dengan seorang wanita asli Boawae yang dibesarkan di Kota Karang oleh ayah dan ibunya karena bekerja di Kupang ibu kota propinsi NTT. Mereka dikarunia dua putri cantik.
Sebagai anak desa dia mengisahkan ekonomi mereka  semasa kecil  sangat pas pasasan , ayahnya hanya seorang guru Sekolah  Dasar harus bekerja keras untuk menopang kehidupan ekonomi keluarga, disisi  lain ayahnya punya cita-cita agar anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan yang tinggi  karena itu Hiron kecil harus bisa membantu ayahnya misalnya memelihara ternak dan membantu ayah dan ibunya mencangkul dan membersihkan lahan setelah pulang sekolah, semuanya dilakukan dengan gembira dan penuh semangat.Â
Seperti kebanyakan anak anak pada masanya di waktu senggang si Hiron kecil selalu bermain  bersama kawan-kawan kecilnya , tempat favorit yang menjadi tempat berkumpul dan bermain biasanya di sungai dan hutan di pinggir kampung. Di sungai aktifitas yang mereka lakukan yaitu berenang dan memancing, di hutan  mencari buah dan sekedar mencari buah dan madu. Mungkin dari sini cikal bakal kecintaannya pada lingkungan di bentuk.
Tidak terasa waktu untuk menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pomadhedhu di Desa Keli yang indah dan sepih itu dapat dia lewati, Hiron kecil punya cita-cita ingin menjadi seorang imam Katolik,namun dia dihadapkan oleh dua pilihan melanjutkan ke SMP Seminari Matokoko sekolah pembinaan calon imam atau SLTP Negeri 2 Mauponggo,  Karena pertimbangan Ekonomi dan jarak dia memutuskan pilihan ke SLTP Negeri 2 Mauponggo dan tinggal di Kakeknya Kornelis Jago yg akrab disapa Opa Nelis, sang kakek adalah mantan kepala desa Kotagana yang  menjabat sebagai kepala Desa  terlama di desa tersebut, beliau sosok pemimpin karismatik dan berpengaruh di Kecamatan Mauponggo.Â
Beliau selalu memberikan petuah dan mengajarkan tentang kehidupan bermasyarakat, kepemimpinan yg baik, displin dan ketekunan belajar, itu adalah  modal dasar dalam  menghadapi tantangan di masa depan, bagi Hiron  sang kakek merupakan sosok pemimpin dan guru dan panutan yang  baik
Setelah menamatkan bangku SLTP beliau melanjutkan pendidikan ke SPP St.Isidorus Boawae sekolah Kejuruan yang fokus pada pertanian dan peternakan karena mengingat pulau Flores dan NTT pertanian dan peternakan merupakan aspek strategis. Dia  memilih jurusan pertanian  dan menempati asrama yang dikelola oleh sekolah  yang menerapkan disiplin dan aturan yang ketat.  Setiap jam 04.00 pagi ketika lonceng kapelan berbunyi anak-anak asrama harus bangun dari tidur bergegas mempersiapkan diri untuk mengikuti misa pagi yang di pimpin oleh Pater Herman Scolte, SVD, rutinitas ini dijalani selama 3 tahun.Â
Dari hari ke hari selain ilmu akademik dari sekolah, tanpa disadari  kemandirian  karakter dan berspritualitas dari seorang Hiron dibentuk.
Sekolah kejuruan ini sudah dikenal luas di seluruh provinsi NTT, sekolah ini sudah banyak mencetak alumni yang paten dalam bidang pertanian dan peternakan, sudah banyak berkiprah di bidang pertanian dan peternakan di Pemerintahan Swasta di dalam negeri maupun luar negeri. Selain bidang akademik Hiron  juga aktif di kegiatan ekstrakurikuler seperti OSIS, Kerohanian dan olahraga.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SPP
St. Isidorus Boawae dia menuju Jawa Timur tepatnya di kota Malang dan masuk pada Institut Pertanian Malang  mengambil jurusan Konsevasi Sumbernya Hutan ketika ditanya kenapa mengambil jurusan itu? dia menjelaskan bahwa Hutan adalah bagian dari jiwa saya, karena saya dilahirkan di desa terpencil dengan alamnya yang asri dan sejuk saya ingin Lingkungan dan Alam  ini tetap dilestarikan karena menjaga lebih mudah daripada memulai.
Memulai kuliah di kota besar yang jauh dengan orang tua harus banyak tabah dan bersabar serta memacu adrenalin karena waktu itu kemajuan informasi Teknologi tidak secanggih ini, kalau kita membutuhkan uang harus sebulan sebelumnya sudah bersurat ke orang tua di kampung, hemat dan irit itu nomor satu, Bila belum ada kiriman uang untuk membeli beras, jambu biji dan buah pepaya pun kami makan untuk bertahan hidup.
Tetapi semangat dan Adrenalin saya muncul dari sini, tekad saya tidak akan mengecawakan orang tua dengan tetap belajar, berjuang dan terus berdoa kepada Tuhan.
Di kampus beliau aktif di Organisasi Mahasiswa Pencinta Alam ( Mapala) pada kampus IPM dan pada tahun 2006 dengan menjalani dinamika dalam organisasi tersebut dia secara aklamasi terpilih menjadi ketua mahasiswa pencinta alam IPM (MAPALIPMA) periode 2006-2007. Saat itu dia belajar banyak tentang bagimana kepemimpinan dan berorganisasi yang baik sehingga dapat diimplementasikan di tengah-tengah masyarakat kelak ketika lulus kuliah kelak.
Jadi tentang petualang, pendakian, susah senang, menghadapi tantangan dalam situasi genting dan darurat di dalam hutan dia jagonya.
Dalam melaksanakan tugas sebagai Ketua Mapala beliau harus menjadi panutan bagi kawan kawannya,beliau juga selalu memimpin kegiatan ekstrakurikuler kampus dalam bidang kehutananisalmha melakukan pendakian dan menjelajah hutan dengan teori yang sudah dipelajarinya di kampus,tidak ada yang mudah dalam melaksanakan segala hal dengan tanpa usaha dan bekerja keras,pungkasnya.
Hironimus E. Ria  PNS yang bekerja pada UPT KPH Wilayah Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur dia merupakan sosok pecinta Alam dan aktifis Lingkungan yang mempunyai Impian besar untuk membentuk suatu wadah dan mempunyai misi untuk mengedukasi masyarakat khususnya masyarakat Kab. Nagekeo bahwa pentingnya kesimbangan alam dengan segala isinya, karena fungsi ekologis dan fungsi ekonomi harus jalan beringan tidak berat sebelah untuk itu sangat penting keseimbangan alam untuk keberlasungan hidup manusia yg berkelanjutan.Â
Cara pandang ini ingin diwujudkan melalui suatu gerakan-gerakan yang melibatkan masyarakat serta tindakan dalam bentuk penyuluhan, sosialisasi dengan pendekatan sesuatu dengan kearifan lokal masyarakat setempat yang humanis kepada masyarakat sehingga isu ini tersampaikan ke seluruh lapisan masyarakat untuk membentuk suatu kesadaran secara kolektif.
Sebagai generasi penerus bangsa beliau mengajak masyarakat yang hidup untuk mencintai alam, lingkungan sekitar dengan tindakan nyata dan yang mendiami dekat dengan Kawasan Hutan untuk selalu menjaga dan merawat hutan secara baik, Karena itu merupakan  bentuk penghormatan kita kepada Tuhan, Alam dan Leluhur, dengan tidak menghilangkan norma, etika, kearifan lokal dan budaya sopan santun.
Lingkungan yang baik akan memacu orang untuk terus hidup, tentu kalimat ini mempunyai arti yang sangat luas dengan merawat hutan dan lingkungan berarti kita juga memberikan kontribusi bagi kehidupan sesama umat manusia, karena oksigen yang kita hirup dan dan sebagai napas utama berasal dari hutan.Tentu tugas kita adalah merawat ,menjaga dan melestarikannya.
Lindungi Alam, maka Alam akan melindungi kitaÂ
By: Om Ondis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H