Mohon tunggu...
valry  hengky
valry hengky Mohon Tunggu... Warga Sastrawi Ledalero -

warga sastrawi Ledalero, Maumere

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Riwayat Dendam di Kampung Kita

2 September 2017   21:17 Diperbarui: 2 September 2017   21:19 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayah Kartika tak banyak kata, memeluk erat putrinya, hanya air mata dan hati yang patah mencuat dari sorot mata sembap dan bibirnya yang gemetar.

Sementara Kartika, setelah melepas dekapan sang Ayah,dan didorong oleh rasa iba yang tak tertahankan, mulai memungut potongan tubuh paling malang itu dan dengan kepedihan mendalam, dan sesuai arahan polisi, berusaha memasangkannya kembali pada tempatnya semula. Pagi masihlah basah, saat darah segar dan aroma ketulusan serta cinta yang ikhlas merebak dari tubuh itu sebagai penghabisan, dan salam perpisahan yang memilukan.

Warga kampung yang berkerumun pun membantu memungut tubuh sial itu dan segera sesudahnya langsung diantar ke kapel dekat pekuburan umum untuk disemayamkan di sana. Semua orang yang menyaksikan hal itu, di pagi yang basah selepas hujan kurang ajar sepanjang malam, tampak tidak percaya dan ketakutan, dan rasa menggigil yang luar biasa sebab kematian seperti itu baru mereka lihat.

Ada yang menduga kematian itu terjadi oleh sebab iri dengki hebat orang terhadap kegemilangan keluarga Kartika pada tahun-tahun belakangan, semenjak bermunculnya Pau Gasol. Yang lain mengira-sambil garuk-garuk kepala-bahwa Pau Gasol tertimpa kemalangan akibat tingkah kurang ajarnya di tenda pesta perkawinan anak kepala desa beberapa hari sebelum itu. Namun, dugaan itu langsung ditepis dan dinyatakan tidak benar oleh Kartika sebab ia sendiriada bersama Pau Gasol di sana (tempat pesta) dan mengetahui kebenarannya secara jelas, walau banyak tudingan miring dialamatkan kepada lelaki itu.

Tim aparat kepolisian sektor setempat yang datang mengolah tempat terkutuk itu, kuat menduga akan adanya sengketa tanah. Mereka kembali mengingat saat pembagian tanah beberapa tahun lampau yang berujung ricuh sebelum kepolisian turun tangan. Kemudian setelah itu, tanah-tanah tersebut tidak jelas hak kepemilikannya hingga menjadi tanah khalayak. Dan pengolahannya pun tidak jelas. Hanya sesepuh saja, termasuk ayah Kartika, yang untuk sementara waktu, berhak mengolah tanah tersebut sampai ada pembagian yang jelas dan adil.

Lebih dari itu, tubuh Pau Gasol berserakan bersimbah darah pada tanah yang masih lembap, tidak jauh dari tanah sengketa, pada bagian yang diolah oleh keluarga Kartika.

Polisi juga menemukan jejak titik-titik darah penghabisan pada batang-batang pohon jagung, tanah dan rerumputan. Namun, tak satu pun barang bukti diketemukan di sana.

***

Hari itu, cuaca membisikkan perihal-perihal iri hati, dendam dan pembunuhan. Aroma kematian menguak dari celah-celah jendela rumah dan hawa kebencian serta darah segar merebak dari hembusan angin selepas gerimis yang sederhana.

Berno merasa ada yang tidak beres dengan keluarganya di kampung. Sesuatu seperti malapetaka hebat akan terjadi dan membawa kemalangan, dan nampaknya langit pagi yang perangainya tenang dan hangat telah ditanggalkan.

"Aku tiba-tiba ingin pulang kampung. Serasa seseorang menangis menjadi-jadi dan memasuki kepalaku dan aku sedih, seolah ada sesuatu yang tiba-tiba hilang dari tubuhku dan jiwaku terbakar menjadi abu", katanya kepada tuan kos sebelum berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun