Mohon tunggu...
Valeskha KC
Valeskha KC Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi SMA

Saya adalah murid yang antusias dalam mempelajari hal baru, terutama dalam bidang sains dan kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Resistensi Antibiotik: Pandemi yang Diam-Diam Merenggut Jutaan Nyawa

1 Februari 2024   11:45 Diperbarui: 1 Februari 2024   11:54 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kini bakteri sudah tahan terhadap antibiotik. Gambar dari Harian Disway.

Penggunaan antibiotik secara berlebihan menjadi penyebab utama resistensi antibiotik. (Kredit: Getty Images)
Penggunaan antibiotik secara berlebihan menjadi penyebab utama resistensi antibiotik. (Kredit: Getty Images)

     Menurut Krisnata (2018) salah satu faktor penyebab resistensi antibiotik adalah ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik itu sendiri. Menurut Pratiwi (2016) ketidakpatuhan dan ketidakpahaman pasien dalam penggunaan antibiotik menjadi penyebab gagalnya terapi obat antibiotik. Sedangkan faktor terjadinya penyalahgunaan yang menggunakan antibiotik menurut Dewi ialah kurangnya pengetahuan pasien mengenai antibiotik.

     Saat ini, pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik sangat rendah. Hasil penelitian yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari 12 negara termasuk Indonesia, sebanyak 53-62% berhenti minum antibiotik ketika merasa sudah sembuh. Resistensi antibiotik saat ini menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat global.

    Tingkat resistensi bakteri di Indonesia terus meningkat sejak tahun 2013 hingga 2019, menurut laporan dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba. Pada tahun 2019, persentase bakteri resisten mencapai 60,4 persen, meningkat dari 40 persen pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak terkendali. Salah satu faktor penting dalam penggunaan antibiotik adalah pengetahuan masyarakat. Masyarakat perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang penggunaan antibiotik agar dapat membuat keputusan yang tepat dalam penggunaannya.

     Pemahaman merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Pemahaman dapat diperoleh seseorang secara alami atau melalui intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum, pemahaman memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola (Pratiwi et al., 2014). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman masyarakat tentang penggunaan antibiotik serta konsekuensi yang dapat terjadi jika tidak diperhatikan dengan baik.

     Resistensi antibiotik menimbulkan bahaya besar bagi kesejahteraan dunia, menyebabkan kematian yang tak terhitung jumlahnya setiap tahunnya. Penyebab utama di balik tren yang meresahkan ini terletak pada penggunaan antibiotik yang tidak hati-hati dan berlebihan, sebuah kenyataan yang berasal dari kurangnya kesadaran masyarakat umum mengenai obat-obatan penting ini. Yang mengkhawatirkan, kasus resistensi bakteri di Indonesia menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan, sehingga menekankan perlunya perubahan pendekatan terhadap penggunaan antibiotik.

     Diharapkan agar masyarakat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang antibiotik dan dampak berbahaya dari resistensi antibiotik, yang dicapai melalui pendekatan pendidikan yang efektif. Dengan bekerja sama dengan badan-badan pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan lembaga pendidikan, masyarakat dapat memastikan penyebaran informasi penting secara luas dan menumbuhkan kebiasaan penggunaan antibiotik yang bijaksana. Untuk mewujudkan visi ini, sangat penting untuk memperkuat peraturan seputar penggunaan antibiotik, memantau secara ketat distribusi obat-obatan tersebut, dan menegaskan tindakan penegakan hukum terhadap penggunaan antibiotik yang tidak sah.

     Dengan adanya Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang untuk mengendalikan penggunaan antimikroba secara luas baik di fasilitas pelayanan kesehatan dan di masyarakat merupakan langkah yang baik. Akan tetapi, pemerintah harus menemukan metode-metode lain untuk mendukung penanganan masalah resistensi antibiotik di Indonesia, yaitu meningkatkan kesadaran dan pemahaman resistensi antimikroba. Salah satunya dengan dengan memperbanyak sosialisasi dan edukasi tentang resistensi antibiotik kepada masyarakat.

     Kita bisa bermain peran untuk melawan resistensi antibiotik dengan langkah yang mudah. Hanya dengan menghabiskan antibiotik hingga tuntas, mengikuti resep dokter. Selain itu, kita dapat melakukan tindakan sederhana sebagai pencegahan untuk mencegah infeksi seperti menjaga kebersihan dengan mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan alat pribadi, melakukan imunisasi, dan cara-cara lainnya. Lalu, yang terpenting adalah untuk tidak asal menggunakan antibiotik tanpa berkonsultasi dengan ahlinya. Kita harus mencari panduan dari ahli kesehatan sebelum menggunakan antibiotik. Sangat penting agar kita menanamkan sikap bertanggung jawab terhadap penggunaan antibiotik demi menjaga keefektifannya dan mengurangi dampak buruk dari meluasnya resistensi antibiotik.

Penulis: Kevin Richie J & Valeskha KC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun