Mohon tunggu...
Valerius Andrian Tarigan
Valerius Andrian Tarigan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa, 21 Tahun

Hanya seorang pemikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lingkungan dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Manusia

30 Agustus 2020   17:17 Diperbarui: 30 Agustus 2020   17:27 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, setiap manusia dilahirkan sama. Manusia tidak dilahirkan jahat maupun baik. Lingkungan yang membentuk mereka menjadi jahat atau baik. Oleh karena itu, manusia dapat ditentukan karakternya dari lingkungan di sekitarnya sehingga lingkungan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Bayangkan anda seorang pasangan suami istri yang baru saja memiliki anak atau akan memiliki anak dalam waktu dekat. Anda menjadi orang tua pada akhirnya. Sebagai orang tua baru, anda harus berpikir anak anda ingin seperti apa. Apakah anak anda ingin menjadi seorang dokter, polisi, atau mengikuti pekerjaan anda? Apakah anak anda ingin menjadi orang yang pintar, baik, jahat, bijaksana, bodoh, sopan, kurang hajar, atau karakter lainnya? Sebagai orang tua, anda harus memikirkan itu dari sekarang.

Lingkungan pertama yang ditemui oleh seorang manusia adalah orang tua mereka sendiri. Apabila orang tua tidak dapat memberikan lingkungan yang baik bagi anaknya, maka jangan harap anaknya dapat berkembang dengan baik. Orang tua harus dapat meyakinkan dan membuktikan kepada anaknya bahwa mereka dapat menjadi tempat berlindung yang aman, nyaman, dan indah bagi anaknya. Hal terindah yang dialami seorang anak adalah mengetahui bahwa orang tua mereka adalah sahabat dan juga pendidik mereka yang paling dekat sehingga mereka sekalipun tidak ingin meninggalkan orang tuanya, menganggap orang tuanya sebagai teman namun pada saat tertentu memiliki rasa hormat yang tinggi pada orang tuanya. Hubungan antara anak dan orang tua merupakan hubungan kedua terdekat setelah hubungan manusia dengan Tuhannya.

Lingkungan kedua yang ditemui adalah sekolah. Sekolah sebenarnya tidak hanya mengajarkan anak tentang ilmu pengetahuan melainkan juga cara manusia bersosialisasi dengan teman, guru, dan lain-lain. Di sini orang tua sedikit kesulitan mengontrol kondisi anaknya. Oleh karena itu, guru sangat berperan di sini. Guru adalah orang tua kedua seorang anak di sekolah. Kesulitan terbesarnya adalah guru tidak memiliki hubungan emosional yang besar dengan muridnya. Alasannya karena di antara mereka tidak ada hubungan darah, tidak seperti orang tua. Kalau orang tua sudah memberikan dan tetap memberikan lingkungan yang baik bagi anaknya, maka guru seharusnya tidak begitu kesulitan dalam mendidik muridnya. Guru dan orang tua harus bekerja sama dalam mendidik anak maupun peserta didiknya. 

Pertemanan dalam dunia sekolah juga sangat vital dalam pembentukan seorang manusia, baik karakter maupun kognitifnya. Hal paling baik adalah ketika seorang anak bertemu dengan temannya sejak dini, antara SD atau TK. Persahabatan seorang teman apabila dapat terjalin sangat lama maka dapat terus bertahan hingga dewasa. Anak-anak pada awalnya belum mengerti bagaimana cara menemukan teman yang tepat karena karakter mereka belum terbentuk dengan sempurna. Mereka cenderung mengikuti arus dan memiliki sifat peniru. Sebagai contoh apabila seorang anak berada pada lingkungan yang baik, maka kemungkinan besar mereka akan menjadi pribadi yang baik. Apabila seorang anak berada pada lingkungan yang penuh tekanan dan disiplin yang tinggi, maka anak tersebut kemungkinan dapat menjadi keras hati, disiplin, kaku, tepat waktu, dan tidak memiliki rasa toleransi, serta tidak mudah beradaptasi. Oleh karena itu, orang tua harus mengarahkan anaknya dengan sebaik mungkin bahwa lingkungan apa yang mereka inginkan untuk anak mereka. 

Anak kemudian menjadi dewasa dan mandiri. Peran orang tua juga semakin berkurang dalam kehidupan anaknya. Anak sudah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Apabila orang tua dapat memberikan lingkungan yang baik serta sekolah juga demikian, maka bekal pertama seorang anak sudah ada untuk kemudian menjadi manusia yang matang dan bijaksana. Anak akan selalu meminta restu dari orang tua mereka dan anak wajib mendengarkan orang tuanya. Orang tua yang memiliki ikatan batin dengan anak pasti memiliki insting apakah anak melakukan atau memutuskan sesuatu dengan benar atau tidak. Jika benar, mereka akan merestui. Jika tidak, mereka akan mencegah. Anak harus paham hal itu.

Manusia kemudian menikah dengan pasangan yang dicintainya dan membentuk keluarga baru. Mereka akan terpisah dari orang tua mereka secara fisik tapi tidak secara batin. Siklus lingkungan tersebut akan berputar terus menerus. Orang tua pada akhirnya dipanggil Tuhan dan anaknya secara resmi menjadi pribadi yang mandiri, matang, dewasa, dan luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun