Dibalik banyaknya dampak positif yang dirasakan akibat globalisasi di bidang IPTEK dan kebudayaan---seperti pendidikan yang makin berkembang, sikap toleransi yang tinggi, kesempatan untuk mempelajari budaya juga bahasa asing yang membuka peluang untuk berkomunikasi lebih luas---globalisasi juga membawa dampak buruk dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Semakin berkembangnya IPTEK, jati diri bangsa Indonesia seakan-akan bersembunyi dibalik arus globalisasi.
Alat elektronik dan media sosial yang setiap harinya digenggam erat oleh masyarakat Indonesia seringkali menyajikan konten yang belum tentu sesuai dengan ideologi Negara Indonesia, yaitu Pancasila. Ditambah dengan masyarakat Indonesia yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi juga mudah percaya. Tidak hanya anak-anak, pola pikir orang dewasa pun dapat berubah sehingga penghayaran terhadap Pancasila sebagai pedoman hidup dapat melemah.Â
Dapat dilihat dengan peristiwa yang terjadi beberapa dekade lalu di Indonesia seperti munculnya terorisme juga pemisahan diri dari Indonesi. Begitu juga halnya dalam kepercayaan dalam agama. Karena globalisasi kepercayaan agama luntur dan sekularisasi agama muncul. Kepercayaan terhadap agama meluntur karena kemajuan ilmu pengetahuan dapat menyediakan jawaban yang lebih sesuai dengan nalar manusia.
Budaya asing yang masuk seperti westernisasi dan K-Wave berujung pada penyingkiran budaya lokal. Budaya asing yang dipasarkan secara besar-besar menggeser budaya yang dulunya ada di dalam masyarakat. Remaja atau kaum millennial yang paling dekat dengan teknologi akan merasa perlu untuk mengadopsi budaya dan lifestyle tersebut sehingga budaya dan identitas lokal melemah bahkan hilang. Hal ini sudah terlihat jelas dengan banyaknya remaja yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang digabungkan dengan bahasa asing, bahkan banyak juga remaja yang lebih fasih berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Selain itu, musik daerah dan tarian tradisional tidak lagi menjadi minat para remaja. Orang dewasa pun pada masa kini lebih memilih mendengarkan lagu dari Barat dan Korea ketimbang lagu daerah.
Sebagai manusia kita perlu memiliki identitas untuk mendeskripsikan diri kita dan agar orang lain dapat mengetahui siapa kita. Sebagai penerus bangsa, kita harus terus menjaga identitas kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. Budaya asing yang mengalir dan ada di sekitar kita memang tidak bisa dibungkam, tetapi jangan sampai budaya tersebut membungkam budaya yang sejak dahulu ditanam di Indonesia. Sebagai masyarakat yang sudah berpendidikan, kita perlu selektif terhadap globalisasi ini, menyerap apa yang baik dan menghiraukan apa yang buruk. Menyerap dan menerapkan apa yang benar dan sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia.Â
Karena ini bukanlah petak umpet, Â identitas jati diri kita sebagai bangsa Indonesia tidak perlu disembunyikan. Menjadi modern tidak selalu harus mengikuti arus globalisasi, tetapi membuat arus globalisasi. Terus tunjukkan jati diri bangsa dan berbangga menjadi Indonesia!
Sumber :
Maryati, Kun. Buku Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA Kelas XII. Penerbit Esis. 2017
McGrew, Anthony. Globalizations and Global Politics.
Pasaribu,Rowland. Globalisasi dan Pembangunan Ekonomi Indonesia.Â
Dosen Pendidikan. Pengertian Globalisasi.