Mohon tunggu...
Valerie A Gunawan
Valerie A Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Always Grateful

Pelajar SMA Dian Harapan Cikarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekayaan Penimbul Kemiskinan

21 November 2019   20:31 Diperbarui: 21 November 2019   20:35 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia, negara yang begitu kaya dengan keindahan alam dan budayanya. Dapat kita lihat dari Sabang hingga Merauke berbagai macam budaya, kepercayaan dan suku yang memiliki keunikannya masing-masing. Dalam setiap perbedaan yang dimiliki oleh Indonesia terdapat kekayaan tak ternilai yang jarang disadari oleh banyak masyarakat.

Perbedaan yang hadir dalam masyarakat seringkali memiliki daya terima yang tidak baik. Padahal walaupun berbeda-beda, pada dasarnya semua manusia setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Tapi seringkali hal ini diabaikan dan masih banyak sekali orang-orang yang menindas atau membeda-bedakan orang yang berbeda dengan dirinya. 

Perbedaan yang terdapat di Indonesia pada realitanya sangat menguntungkan. Misalnya, jika semua orang memiliki profesi sebagai seorang pengusaha atau CEO tidak ada pemasok bahan baku, tidak ada distributor barang, tidak ada pekerja kantoran, semuanya berprofesi sebagai seorang pengusaha atau CEO, maka roda perekonomian akan rusak bukan? 

Lalu, Jika semua orang memiliki gender yang sama, sebut saja semua manusia diciptakan sebagai laki-laki, maka populasi manusia bisa punah bukan?  Perbedaan yang terdapat di Indonesia bahkan seluruh dunia pada dasarnya saling melengkapi satu dan yang lainnya juga memberi warna dalam kehidupan manusia.

Perbedaan sebenarnya sangat dijunjung tinggi dahulu kala, semangat persatuan nasional yang membuat Indonesia merdeka tidak hanya dilakukan oleh satu golongan bukan? 

Tetapi, oleh seluruh masyarkat Indonesia mulai dari Sabang hingga Merauke, tidak peduli mereka tua ataupun muda, mereka laki-laki atau perempuan, apa agama, suku atau ras mereka. 

Hingga akhirnya saat mereka dapat bersatu dan menghargai perbedaan-perbedaan tersebut, terwujudlah sebuah Indonesia yang merdeka. Dalam isi Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928 juga memuat penghargaan dan toleransi antar suku, bahasa dan agama. Tapi entah mengapa toleransi terhadap perbedaan semakin hari semakin luntur dan jarang dirasakan lagi.

Kekayaan yang tidak disadari oleh beribu-ribu bahkan berjuta-juta masyarakat pada masa ini lama-lama dapat menimbulkan kemiskinan. Bukan kemiskinan secara ekonomi tetapi secara perasaan dan perilaku. 

Karena tidak dapat menghargai dan merendahkan sesamaya manusia menjadi miskin dalam hatinya. Dengan tidak menghargai perbedaan kita berarti mengusik persatuan Indonesia yang menunjukkan bahwa sebenarnya kita tidak menunjukkan kepedulian dan rasa penghargaan kepada pahlawan-pahlawan nasional yang sudah berjuang untuk persatuan bangsa kita! 

Bahkan kemiskinan yang timbul dan bertumbuh dalam hati manusia nantinya dapat menimbulkan perpecahan perpecahan yang tentunya tidak kita inginkan. Saat ini, perpecahan dan konflik tersebut sudah makin terasa dengan adanya peristiwa peristiwa buruk yang muncul di halaman depan media massa. Maka dari itu, diperlukan pencegahan pencegahan agar perpecahan ini tidak semakin besar. 

Masyarakat perlu disadarkan akan kekayaan yang tertera di depan wajah mereka dengan menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan yang kita dapati tidak digolongkan secara vertikal atau bertingkat tetapi secara horizontal, sejajar dan setara!

Perilaku tidak menghargai perbedaan muncul karena satu individu menganggap golongannya lebih tinggi atau lebih superior dari golongan yang lainnya, sehingga dirinya dengan gampang dapat merendahkan manusia lain. 

Kesetaraan tidak menuntut kesamaan semua orang, manusia bukan tidak setara karena mereka berbada. Masyarakat memiliki pengertian dan opini atau ide yang salah tentang kesetaraan dan seringkali kesulitan untuk memahami kesetaraan. Seringkali kesetaraan diartikan sebagai pengecualan berdasarkan karakteristik tenrentu. Padahal kesetaraan berarti kebebasan dari suatu stereotip dan diskriminasi.

Menghargai sesama dapat dilakukan dalam berbagai aspek dan melalui berbagai macam cara. Tetapi, yang paling utama adalah adanya kesadaran dalam diri manusia bahwa perbedaan perbedaan yang ada bukanlah suatu hal yang buruk dan kesadaran bahwa setiap manusia itu kodratnya sama, tidak ada manusia yang diciptakan dan dilahirkan lebih rendah daripada manusia lainnya. 

Sikap toleransi harus dikembangkan dalam masyarakat dan perlu dipraktekkan secara langsung agar masyarakat membuka mata sepenuhnya terhadap kesetaraan. Di Indonesia terdapat prinsip prinsip kesetaraan yang jika diterapkan dalam masyarakat dapat menciptakan lingkungan hidup yang harmonis dalam bermasyarkat karena dalam prinsip kesetaraan tidak ada perlakuan diskrimintaif dan setiap orang diperlakukan sama.

Tetapi, semua itu berbalik lagi kepada kita. Sebagai seorang individu yang memiliki hak untuk memilih pilihannya sendiri dan memiliki kebebasan, maukah kita menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dan menciptakan kedamaian serta mempertahankan kekayaan Indonesia yang unik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun