SABTU, 09 Januari 2016 WUAMESU Bali akan menggelar upacara syukur Natal dan Tahun Baru Bersama bertajuk “INDAHNYA HIDUP RUKUN”. Peran kaum muda yang bergabung dalam Komunitas TUKESANI terlihat sangat menonjol dalam mempersiapkan hajatan ini.
Icha Aprilia, Mirna Nanggo, Alfred Gago, Fany Woda, Ricky Aconk Cs, saban waktu terus berjumpa dan mengeksekusi seluruh persiapan. Apa dan bagaimana kiprah WUAMESU Bali dari waktu ke waktu?
Ada dua prestasi menonjol yang telah ditorehkan Wuamesu Bali dalam pentas Flobamora Cup7 Bali 2015 yakni menjuarai turnamen Volley Putri, serta runner up Sepak Bola. Di sela-sela partai final sepak bola Flobamora Cup7 di GOR Ngurah Rai Bali, Bupati Ende Marcel Petu yang turut hadir kala itu menyatakan sukacitanya,
“Saya atas nama Pemerintah dan rakyat Kabupaten Ende mengucapkan banyak terima kasih atas kontribusi warga Wuamesu Ende Lio di Bali. Kita semua bangga dengan prestasi yang luar biasa ini ” Ungkap Bupati Marcel.
Terpisah, Ketum Wuamesu Bali, Marcel Paga mengakui jika keberhasilan tersebut berkat dukungan aktif pengurus, pemkab Ende, sesepuh, warga hingga simpatisan. “Sejak awal hanya ingin berperan aktif membangun persaudaraan. Hasil yang kami raih ini melampaui harapan. Wajar kami bergembira dan bersyukur” Ungkap Marcel Paga.
Paguyuban duka suka bagi warga Kabupaten Ende di Bali, pada mulanya bernama “Nua Sao Ria Tenda Bewa” sekitar tahun l970 an. Saat itu jumlah warga asal Ende Lio di Bali baru sekitar 20 KK diantaranya mendiang Paulus Napi dan Petrus Balle yang mulai berkumpul membentuk unit kecil.
Seiring bertambahnya jumlah warga, nama Nua Sao Ria Tenda Bewa diusulkan dirubah. Karena nama itu dianggap kurang familiar dan terkesan hanya untuk suku Lio kecamatan Wolowaru. Akhirnya pada tahun 1981 para sesepuh diantaranya Petrus Balle (alm), Hasan Aroeboesman (alm) juga Matheus Nato (alm) menyepakati mengganti nama menjadi “Wua Mesu ” yang artinya “Kasih tak Berkesudahan”.
Menurut mendiang Petrus Balle, salah satu pendiri Wuamesu Bali, paguyuban ini hadir pada awalnya untuk saling membantu sesama saudara yang tengah berduka. Sehingga lahirlah Nua Sao Ria Tenda Bewa, tanggal 02 Juni 1976.
Namun karena jumlah warga Ende Lio yang masih minim, juga sering berpindah tugasnya beberapa pegiat maka paguyuban ini tidak aktif berjalan. Lima tahun berselang, tepatnya tahun 1981, warga Ende Lio di Denpasar kembali membicarakan keberadaan mereka. Pada tahun ini, lahirlah Wuamesu Bali yang terus berlanjut hingga kini.
Sejatinya nama Wuamesu sendiri berasal dari warga Ende Lio di Jakarta. Nama ini juga menjadi penanda keberadaan warga Ende Lio di berbagai wilayah di tanah air seperti Jakarta, Surabaya, Malang (Jatim), Solo (Jateng), Yogyakarta, Semarang (Jateng), Bandung (Jabar), Makasar (Sulawesi), Banjarmasin (Kalsel), Kalteng, Kaltim hingga Batam ( Kepulauan Riau).
WUAMESU BALI DARI MASA KE MASA
Paguyuban ini di era tahun 1982 hingga paruh awal 1990 an berturut-turut dipimpin Petrus Balle (Ketua Pertama), berlanjut ke Matheus Nato hingga Yoseph Djori Jobi. Pada tahun 1997-2003 Wuamesu Bali dinahkodai Agus Dei Segu dan Nurdin Nuwa Nanggo (Sekum). Di era ini lahir AD/ART, penetapan unit-unit penyangga, beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa berprestasi, serta mengadakan leadership training.
Pada tahun 2003-2005, dipimpin Wilhelmus Memu dan Nico Hakim (Sekum). Sebelum mengakhiri jabatannya, Wilhelmus Memu menghembuskan nafas terakhir karena sakit. Pada tahun 2005-2007 Wuamesu Bali dipimpin Nico Hakim dan Abdul Gafur (Sekum). Pada era ini, Turnamen Kelimutu Cup diselenggarakan untuk pertama kali dari tanggal 22 Juli hingga 05 Agustus 2007 dan mengirim tiga relawan untuk bencana gempa bumi di Jokyakarta.
Pada tahun 2007-2009, Wuamesu dipimpin Nico Hakim dan Valerian Libert Wangge (Sekum). Pada era ini untuk kali pertama diadakan perayaan dies natalis Wuamesu Bali, terbitnya Tabloid Wuamesu, aktif di Sosmed Facebook, serta terlibat aktif dalam KTT Perubahan Iklim Dunia melalui Pentas Duc In Altum di Gereja FX Kuta.
Pada tahun 2009-2012, Wuamesu Bali dipimpin Peter Paka dan Franky Tani (Sekum), pada era ini Wuamesu mewakili Kabupaten Ende memeriahkan Pentas Budaya Nusantara di Jembrana, mengadakan Sekolah Kepemimpinan Berbagi Aksi (SpeAks), serta kembali menggelar Turnamen Kelimutu Cup II tanggal 11-30 Desember 2011. Berlanjut tahun 2012-2014 Wuamesu Bali dipimpin Yosep Yuvenal dan Marcel Paga (Sekum) dan kini Wuamesu Bali dipimpin Marcel Paga dan Vincen Pustardon Luka (Sekum).
Warga Wuamesu Bali umumnya menetap di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, selain memang ada yang menetap di Kabupaten Buleleng, Karangasem maupun Gianyar. Warga Wuamesu memiliki beragam profesi antara lain Akademisi (Dosen/Guru), Pekerja Swasta, PNS/TNI/Polri, Rohaniawan hingga Pelajar dan Mahasiswa. Hingga saat ini diperkirakan jumlah warga Wuamesu Bali sekitar 800 KK dengan jumlah warga mencapai 2000 orang.
Secara tersurat IKB Wuamesu Bali memayungi 6 unit duka suka yakni Wuamesu Tuban, Wuamesu Ende Barat, Pama Imu, Kale Tau Mbale, Rukun Keluarga Muslim Ende serta Komunitas Muda Mudi Tukesani. Sebagai rumah besar warga Ende Lio di Bali, sejak dahulu hingga saat ini Wuamesu Bali bernaung di bawah payung IKB Flobamora Bali.
Perjalanan paguyuban ini sejak era Nua Sa’o Ria Tenda Bewa hingga Wuamesu Bali selalu ingin mengedepankan sikap berbela rasa pada sesama warga Wuamesu yang tengah mengalami kesusahan. Inilah yang menjadi spirit utama dari alasan keberadaannya. Kini dengan semakin banyaknya kaum Diaspora NTT di Bali, maka Wuamesu Bali ingin menjadi bagian dari perekat relasi dalam semangat Wuamesu Iwa Du’u atau Kasih yang Tak Berkesudahan. *** (Diulas Valerian Libert Wangge, mantan Sekum WUAMESU Bali)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H