Mohon tunggu...
Valerian Itu Faris
Valerian Itu Faris Mohon Tunggu... Advokat & Konsultan Hukum -

Jangan Tunda. Lakukan Sekarang !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sepakbola Flobamora Itu Mesiu Kebersamaan Kita

28 Oktober 2015   19:30 Diperbarui: 28 Oktober 2015   20:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sindhunata suatu ketika mengawali catatan sepakbolanya, “… jika sebuah negara berada dalam krisis, orang boleh bertanya, manakah yang harus didahulukan, politik atau realitas. Kaum idealis akan menjawab: politik. Sebaliknya kaum pragmatis bersikukuh: realitas ”.

Catatan berjudul, “Mesiu Nasionalisme yang Padam”, miliknya itu dapat ditemukan dalam situs harian Kompas, Senin (18/6/2012). Sosok yang diwariskan Dick Hartoko untuk mengelola majalah kebudayaan Basis ini, menambahkan,

“… dua kubu di atas selalu bertengkar. Namun, dewasa ini tampaknya dimana-mana, juga di Eropa maupun di negeri kita, politik sedang sekarat dan tak bergigi lagi. Sementara pragmatisme realitas, terutama realitas bisnis dan ekonomis, sedang berjaya mengagungkan supremasinya dan menginjak-injak politik”.

Rohaniawan Katolik ini, ingin memberi garis jelas, jelang laga Belanda versus Jerman di piala Eropa 2012. Terlepas konteks yang berbeda perihal catatannya itu, minimal ada “benang merah” yang bisa kita periksa bersama menjelang semifinal dan final turnamen sepak bola Flobamora Cup7 2015.

Turnamen tiga tahunan yang diselenggarakan IKB Flobamora Bali, mulai memasuki fase akhir. Selain sepakbola, dua kejuaraan lain telah berhasil dituntaskan yakni kejuaraan volley putri dan turnamen futzal antar anak bangsa yang sudah menemukan juaranya. Untuk volley putri, keenaman Ende menjadi juara pertama diikuti Nagekeo, sementara untuk cabang futzal tim Pemuda Bali Bersatu (PBB) kembali mempertahankan trophy juara dan Pemuda Pancasila menjadi runner up tahun ini.

Dalam turnamen sepakbola, boleh jadi ada klub yang terus inginkan menjadi juara, meski faktanya itu tidak mungkin terjadi karena telah tersingkir. Ada sebagian besar klub memandang, jika laga sepakbola hanya salah satu cara untuk membangun kebersamaan kita yang mulai terkikis.

Sepakbola itu penuh kemungkinan. Tak jarang ada fans yang bebas mengekspresikan hasratnya, tidak peduli ucapannya bisa memancing perseteruan. Namun, sejauh ini, turnamen Flobamora Cup7 2015, berhasil menaikan gengsi penyelenggara, juga menjadi sarana diplomasi politik paling rupawan. Tentang ini, kehadiran sejumlah punggawa Bali saat pembukaan turnamen memberi sisi positif, jika positioning warga Bali asal NTT diperhitungkan.

Menjelang babak semifinal dan final, spekulasi dan prediksipun bertaburan bebas. Bila dipilah, keempat semifinalis diwakili 3 klub dari pulau Flores dan 1 klub dari pulau Timor. Jelang semifinal, tak sungkan-sungkan ada yang inginkan, agar final nanti menjadi milik klub dari daratan Flores tak peduli apapun klub itu. Sisi lain, ada yang inginkan, agar final ideal bisa menghadirkan 2 klub berbeda pulau.

Bila menelisik jadwal tanding dari setiap klub yang akan berlaga nantinya, maka terbuka dua kemungkinan tersebut. Jika laga tarung semifinal pertama antara Manggarai Tengah versus Paperti Kota Kupang dimenangkan Paperti, maka final turnamen sepak bola Flobamora Cup7 2015 dipastikan akan mempertemukan setiap wakil dari dua pulau yang berbeda. Sebaliknya, jika Manggarai Tengah yang unggul maka “All Flores Final” menjadi keniscayaan.

Fritz Reo, Ketum Ikatan Keluarga Ngada (Ikada) di Bali melalui wawancara online, menuturkan jika laga klubnya melawan Ende memiliki keunikan. Bagi Fritz, Ende dan Ngada memiliki kekerabatan yang kental, “Ketika mengetahui, Ngada PSN Bali akan berjumpa Ende, saya akhirnya tiba pada simpulan, jika sepakbola itu memungkinkan bagi kita yang selalu bersama untuk menjadi lawan untuk sementara waktu” Ungkapnya sambil tekekeh.

Hal serupapun disampaikan Ketum IKB Wuamesu Ende Lio di Bali Marcel Paga. Menurutnya, antara Ende dan Ngada memiliki pertalian rasa, “Sejak babak penyisihan, kami selalu ada dalam satu tribun yang sama. Jika Ende bermain, suporter Ngada tak sungkan mendukung Ende, sebaliknya jika Ngada yang bertarung fans Ende akan memberi dukungan bagi Ngada. Dan kini kami berhadapan, tentu saja ada perasaan yang tidak menentu, namun itulah realitas sepakbola” Tukasnya.

Sementara statemen yang terpantau dari akun Facebook Flobamora Dewata, juga menghadirkan antusiame yang khas dari salah seorang punggawa Manggarai Tengah. Stefanus Stefen salah seorang Official Manggarai Tengah memberikan catatan kecil. Ia mengungkapkan jika 4 tim yang lolos babak semifinal tentu telah menyiapkan timnya masing-masing yakni Manggarai Tengah, Paperti Kota Kupang, Ende dan Ngada. Hanya 2 tim terbaik yang akan bertemu di final tanggal 8 November 2015 mendatang.

Stefanus Stefen sekilas menyampaikan ekspetasi timnya, “ Saat Flobamora Cup6 2012, Manggarai Tengah begitu gagahnya melangkah ke babak final tanpa pernah kalah, hanya satu kali seri melawan Manggarai Timur di babak knockout, dan dimenangi Manggarai Tengah. Lewat drama adu pinalti akhirnya harus puas sebagai runner up dan Ombay Alor yang membawa pulang piala Flobamora untuk ketiga kalinya. Hal ini menggagalkan keinginan Manggarai Tengah untuk mengawinkan Piala Kelimutu yang diraih sebelumnya dengan Piala Flobamora.

Ditambahkan, kini Manggarai Tengah hadir kembali di Flobamora Cup 2015 ini dengan semangat dan motivasi yang sama. Mungkin ada tim yang masih, “malu-malu tapi mau” untuk menentukan target, tetapi 4 tim yang masuk semifinal ini punya kans yang sama dan yang terbaiklah yang akan membawa pulang piala Flobamora7 2015.

Stefen berharap agar pertandingan semifinal nanti benar-benar menjadi ajang untuk menunjukan bakat dan skill pemain, dengan mempertontonkan permainan yang enak dilihat, bukan jadi ajang memperlihatkan ambisi dengan melupakan azas kekeluargaan dan sportifitas dalam wadah keluarga besar Flobamora Bali.

Kembali menyitir ungkapan Sindhunata di awal tulisan ini, “… jika sebuah negara berada dalam krisis, orang boleh bertanya, manakah yang harus didahulukan, politik atau realitas. Kaum idealis akan menjawab: politik. Sebaliknya kaum pragmatis bersikukuh: realitas ”. Maka kita tentu tidak akan memberikan pilihan pada salah satu kemungkinan jawaban. Bagi kita, apapun itu politik maupun realitas, nyatanya ajang Flobamora Cup7 2015 memiliki tujuan yang jauh melampaui dua spektrum itu.

Bagi kita sepakbola menjadi sarana kebudayaan paling manjur untuk menghadirkan kebersamaan sekaligus menegaskan positioning kita. Kiranya, semi final dan final nanti berhasil menaikan derajat kebersamaan kita, ditengah krisis politik, serta realitas saling meniadakan antar sesama. Sepakbola Flobamora Cup7 2015, harus dipastikan mampu menjadi hajatan yang menginspirasi dan bermakna bagi siapapun itu. Congrats Flobamora Bali. Selamat bersiap ! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun