Setiap kali usai menyarangkan bola, serempak kedua tangannya direntangkan. Ricky berselebrasi bagai Rajawali. Itulah gaya khas Ricky, striker Wuamesu Ende, anak muda berbakat dari negeri di Timur Indonesia.
Selebrasi serupa kembali ia ekspresikan dalam babak delapan besar Flobamora Cup 2015 di GOR Ngurah Rai Denpasar, Sabtu (17/10). Saat itu keseblasan Ende berjumpa Biinmafo TTU. Gol yang disarangkan striker hitam manis ini terjadi saat laga baru berlangsung 10 menit.
Saat itu Ende mendapat peluang tendangan sudut ke arah gawang Biinmafo. Seperti biasa, urusan ini menjadi tugasnya. Ricky melakukan ancang-ancang, lalu bola melesat cepat dan langsung menghujam gawang Biinmafo. Golll !
“Woww itu gol berkelas, mirip tendangan pisang Beckham” Sorak Guns, salah seorang fans Ende di tribun penonton.
Dalam laga itu, ia berhasil bikin hatrick, istilah untuk tiga gol yang dilesakan seorang pemain dalam satu pertandingan. Ende akhirnya memastikan tiket Semi Final dan akan bertarung melawan tim tangguh Ngada PSN Bali, Minggu (01/10).
“Capaian semifinal sudah melampaui target kami. Mudah-mudahan dalam 2 pertandingan ke depan, kami kembali unggul, sehingga bikin record bermain tanpa kalah dan berhasil mengawinkan dua trophy juara pertama untuk volli putri dan sepakbola” Ujar Marcel Paga Manager Wuamesu Ende.
Tak banyak yang tahu, perihal pemain yang satu ini, ia juga bukanlah tipikal manusia yang banyak bicara. Bagi rekan satu timnya, Ricky kerap disebut sosok penuh misteri, maka janganlah heran jika profil tentangnya baru bisa diturunkan saat ini. Itupun butuh sedikit kerja ekstra menguak tabir di balik diamnya Ricky.
Suatu ketika, Minggu menjelang malam, 09 Agustus 2015 sembari menikmati kopi di laman parkir GOR Ngurah Rai Denpasar, sejumlah pemain Ende berbincang lepas. Saat itu keseblasan Ende baru saja menuntaskan laga perdananya melawan Manggarai Timur.
Kapten Ende Andre Segu saat itu tiba-tiba nyeletuk, “Andai saja tadi ada Ricky, kita menang”. Ucapan kapten Ende ini langsung diaminkan para pemain Ende yang hadir ketika itu. Dalam laga perdana Ende versus Manggarai Timur yang berakhir imbang 1-1, striker haus gol ini tidak diturunkan. “Saat itu Ricky masih menjalani liburan di Ende, namun namanya sudah masuk dalam skuad Ende FC sejak awal” Ujar Coach Ende Yan Daulaka.
Rikardus Pango nama lengkapnya, dilahirkan di Maurole Ende, 16 Januari 1991. Pemuda berusia 24 tahun ini dalam tim Ende, dipercayakan menjadi striker dengan memakai kostum bernomor punggung 10.
Sejauh ini, Ricky mampu membuktikan ekspetasi rekan-rekannya. Saat Ende memastikan tiket delapan besar, perannya sangat dominan. Dua gol yang ia sarangkan, langsung mengubur harapan Ofalangga Rote untuk menjadi juara grup B, sekaligus menjauhkan tim satu grup lain ke babak selanjutnya.
Saat itu semua orang tidak pernah mengira, jika Ricky akan kembali bermain setelah kepalanya terluka parah. Tampil kembali dengan balutan verban putih yang melingkar di kepalanya ia langsung menggebrak.
Ajaib, sebuah umpan cantik yang dilesakan Frengky Nauolin pemain Ende bernomor punggung 8 tak ia sia-siakan, gol cantik lewat kepalanya menyamakan kedudukan Ende versus Rote menjadi 2-2 hingga akhir pertandingan.
“Saya sangat terkesan dengan peristiwa itu. Setelah itu saya langsung dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat intensif” Kenang dia.
Ricky pernah menuturkan jika bakat sepabola diturunkan dari sang ayah yang juga seorang pemain sepak bola. Ricky putra bungsu dari Titus Pango dan Ibu Yulita Mbuju, keluarga petani sederhana yang bermukim di Kecamatan Maurole Ende Nusa Tenggara Timur.
“Saya telah dipercayakan untuk bermain dalam pertandingan antar SD se kecamatan Maurole. Tiga tahun berturut turut, SD kami meraih juara pertama. Saat SMU tahun 2009, tim SMU kami, 2 kali berturut turut meraih juara pertama dalam turnamen sepak bola antar SMU se Kabupaten Sikka” Kenang mahasiswa IKIP PGRI Bali ini.
Ketika dimintai perihal jejak rekamnya di dunia Sepak Bola, sekilas ia bertutur jika telah cukup banyak klub yang ia geluti. Salah satunya yang paling berkesan adalah menjadi pilar penting bagi Centrum FootballClub. Sebuah klub di Kota Maumere.
“Sejak bergelut dalam klub, tak terhitung trophy yang saya terima, baik bersama tim maupun menjadi top scorer. Saat di Flores, mampu juarai kompetisi tingkat kecamatan, kabupaten hingga provinsi” Ujarnya.
Dalam Flobamora Cup7 2015, Ricky memiliki motivasi tersendiri untuk bersama Ende membawa pulang piala. “ Menjadi juara pertama itu sangat membanggakan. Saya ingin hal itu dapat terwujud bersama Ende. Mohon dukungan doa untuk kami”
Semangatlah dalam hidup menjadi motto pribadinya. Ricky juga mengakui, jika dirinya sangat mengidolakan Luiz Figo, “Luiz Figo sosok pemain yang selalu menginspirasi saya hingga kini” Pungkasnya (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H