Berbicara mengenai suku dan budaya sudah sepantasnya kita bersyukur karena kita tinggal di negara dengan kekayaan suku dan budaya yang amat banyak dan beragam. Berdasarkan informasi yang dilanir dari Kompas.com, Indonesia sekurang-kurangnya memiliki 714 suku yang tersebar dipenjuru wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Salah satu dari banyaknya suku yang ada di Indonesia adalah suku Baduy. Suku Baduy terletak di  di kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, 40 KM jaraknya dari pusat kota kabupaten Lebak yaitu Rangkasbitung atau Jika ditempuh dari daerah Jabodetabek, perjalanan menuju suku Baduy menghabiskan waktu tempuh kurang lebih 3-4 jam.
Bagi teman-teman yang tinggal di daerah jabodetabek, mungkin pernah melihat sekelompok pria menggunakan kain sebagai ikat kepala, pakaian lengan panjang, celana pendek serta tidak mengenakan alas kaki sedang berjalan membawa atau berjualan madu, nah sekelompok orang tersebut merupakan salah satu bagian dari  masyarakat suku Baduy.
Suku Baduy tentunya memiliki daya tarik tersendiri khususnya bagi warga jabodetabek yang penat dengan hiruk pikuk rutinitas sehari-hari karena walaupun suku Baduy bisa dikatakan terletak tidak terlalu jauh dengan wilayah jabodetabek namun suku Baduy sampai sekarang masih bisa menjaga keasrian wilayahnya dan keaslian identitas budayanya dari pengaruh globalisasi yang makin hari makin dapat kita rasakan dampaknya.Â
Dilansir dari CNN Indonesia, suku Baduy memiliki tiga lapisan masyarakat antara lain yaitu lapisan masyarakat Baduy Dangka, Baduy Luar, dan Baduy Jero. Masyarakat Baduy Dangka merupakan masyarakat suku Baduy yang tinggal di luar tanah adat dan sudah tidak terikat oleh animisme atau kepercayaan yang dijunjung oleh Suku Baduy.
Selain itu, masyarakat Baduy Dangka juga sudah mengenyam bangku pendidikan serta sudah membuka diri pada globalisasi dan teknologi yang ada. Kemudian ada masyarakat Baduy Luar, masyarakat Baduy luar ditandai dengan ciri khas pakaian mereka yaitu menggunkan pakaian serba hitam dengan ikat kepala biru.
Masyarakat Baduy luar tinggal di tanah adat dalam tanah adat dan masih mempercayai animisme yang dipercaya suku Baduy namun sudah mengenyam bangku pendidikan dan sudah melek teknologi. Yang terakhir ada masyarakat Baduy Jero atau Baduy Dalam, masyarakat Baduy Jero ditandai dengan pakaian serba putih dan tinggal di tanah adat yang paling dalam.
Masyarakat Baduy Jero menutup diri rapat-rapat terhadap pengaruh dari dunia luar sehingga masyarakat Baduy Jero tidak mengenyam pendidikan dan tidak mengenal teknologi karena mereka memiliki paham hidup apa adanya merupakan cara terbaik untuk menjaga kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu masyarakat Baduy Jero dianggap sebagai lapisan masyarakat yang memiliki kedekatan paling dekat dengan leluhur.
Melihat gambaran mengenai tingkat masyarakat suku Baduy, hal ini dapat dikaitkan dengan identitas budaya dari suatu suku. Berbicara mengenai identitas budaya, rasanya kurang pas jika kita tidak mengetahui secara pasti apa itu identitas budaya.
Menurut Ting Toomey mengatakan bahwa identitas merupakan gambaran tentang konsep diri kita yang dimana kita berasal dari sebuah keluarga, gender, etnis, dan proses sosialisasi individu lainnya (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 184).