Situasi politik menjelang Pemilu 2024, rasanya perubahannya "sangat cepat". Bahkan sejak beberapa tahun lalu, hingga hari ini. Â Situasi yang normal dan wajar ketika Parpol atau gabungan, entah elit maupun ketua parpol melakukan "manuver" politik menurut cara dan strateginya masing-masing, dimana salah satunya melakukan bersilahturhami sambil menjajaki kesepalatan terbentuknya koalisi yang parmanen, khususnya untuk mencalonkan Capres dan Cawapres pilihan bersama.
Sekalipun situasi Nasional dan Global, masih menghadapi dampak krisis dalam berbagai sektor  baik saat ini dan yang akan dihadapi di kemudian hari, perlu disyukuri  situasi politik dan keamanan Nasional masih dalam situasi terkendali dan aman-aman saja.
Kondisi kemarin, Hari ini, minggu ini bisa berubah cepat dalam hitungan hari bahkan minggu. Sehingga boleh disimpulkan, sekalipun telah dilakukan deklarasi Parpol secara mandiri untuk mengusung calon capres 2024, dapat dibaca baru sebagai sebatas wacana saja sekalipun ada yang sudah megksekusi secara resmi dilapangan dan mengaku sudah bersifat parmanent. Karena calon tetap pilpres  yang ditetapkan resmi nanti harus juga memiliki Cawapres.
Nah mungkin, Capres-nya sudah kelihatan lebih matang dibandingkan Cawapres yang masih dicari dan diertimbangkan secara matang. Karena pasangan calon kedua-duanya harus populer, putra atau putri terbai bangsa yang memiliki rekam jejak yang baik dan memiliki elektabilitas yang cukup tinggi untuk menarik simpati rakyat (pemilih). Sehingga pasangan calon (Paslon) dalam Pilpres 2024, kedua tokoh memiliki kontribusi yang saling menopang satu dengan yang lain dalm meraih kemenangan.
Lihat saja setiap hari, berseliweran pemberitaan, baik itu sikap elit Parpol, pandangan dan analisa Pengamat Politik bahkan pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh Capres dan Cawapres yang dapat dinilai dalam berbagai prespektif. Dalam hal ini, tak ketinggalan, Lembaga Survei dengan Metodologi  Ilmiahnya ikut memberikan warna tersendiri sebagai masukan parpol dan membentuk opini masyarakat secara luas termasuk capres dan cawapres itu sendiri.
Diantara calon yang digandang-gandang bakal menjadi capres dan cawapres, ada yang dari kader partai (masyarakat sipil) maupun milter. Yang menarik di sini adalah posisi sebagai capres sepertinya banyak diminati rakyat dari kalangan sipil dan posisi cawapres dari kalangan militer. Hal ini bukan kesimpulan yang pasti, karena pasca reformasi Presiden dua periode adalah seorang Purnawirawan Jendral, yaitu Susilo Bambang Yudoyono, begitu pula setelahnya baik presiden dan wakil presiden berasal dari kalangan sipil. Jadi kembali lagi, dikotomi, antara sipil dan militer, bukan sebuah harga mati apalagi dibenturkan. Semua kembali kepada Paslon itu sendiri yang dapat merebut hati rakyat dalam Pemilu 2024.
Berbicara calon Capres atau Cawares dari Purnawirawan Militer atau tepatnya disebut sebagai Tokoh Militer, diantaranya terdapat Prabowo Subianto, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Â Tito Karnavian, Listyo Sigit Prabowo, Gatot Nurmantyo, Muldoko dan Andika Perkasa. Selain itu mungkin calon yang dapat dianggap sebagai "Kuda Hitam" .
Istilah "Kuda Hitam" ini, bagi saya nantinya terbukti di penghujung batas waktu penetapan bakal calon presiden dan wakil presiden. Dan jelang waktu tersebut, akan diperbincangkan melalui semua saluran komunikasi dan informasi, tentu tak ketinggalan suara dari warga net.
Karena sebuah analisa, menurut saya dari sekian nama beken selain Prabowo, yang pada dasarnya sudah lengkap persyaratannya. Memiliki Partai Politik, dan pengaruhnya di DPR RI 2019, pengalaman militer dan pemerintahan, serta tentu saja dukungan kader partai serta simpatisan. Dialah Tito Karnavian.
Nama Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, B.A., M.A., Ph.D, (lahir 26 Oktober 1964). Pada saat ini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri sejak tanggal 23 Oktober 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, hingga saat ini. Serta masih kerja kers, aktif dan kreatif serta inovatif dengan gagasan-gagasan dan eksekusinya dalam kepemimpinannya.
Saya berusaha netral untuk melihat para tokoh  milter "kuda hitam"  dari kalangan tokoh militer, tanpa under estimate  bukan sifat saya. Karena semua memiliki prestasi, sekaligus sebagai manusia memiliki kekurangan dan kelebihan dalam posisi apa saja, termasuk sebagai kepala rumah tangga atau ayah.
Jika boleh jujur, di tahun 2020 oleh PSI ketika nama Tito mulai di gandang-gandang bersama tokoh militer lainnya, kemudian disusul oleh partai yang meliriknya, diantaranya Partai Kebangkitan Bangsa (KPKB) yang cenderung memilihnya sebagai calon calon wakil presiden menampingi Muhaimin Iskandar  (Cak Imin), nah yang ini tahun lalu. Sebelum deklarasi bersama dengan Prapowo dan membentuk sekber pemenangan, dan adanya pergeseran dinamika politik yang juga masih bisa berlangsung hingga hari ini.
Lahir bukan juga dari keluarga priyai atau bangsawan dan orang kaya raya. Kesederhanaan dan penghormatan bagi orang tua, hal ini tercermin pada alasan Tito memilih masuk AKABRI.,yaitu bahwa ia Ingin meringankan beban orangtua.Â
Padahal pada saat yang sama, Tito juga diterima di univertas seperti UGM, STAN, dan Fakultas Kedokteran Unsri. Namun, Tito memilih Akabri. Dapat dibayangkan pemuda Palembang pada saat itu dan tentu memiliki kualitas hingga saat ini, sebagai sesorang yang "cerdas".
Sekalipun bukan berasal dari suu Jawa, yang biasanya mendominasi pencalonan Capres atau Cawapres. Saya rasa zaman sudah maju saat ini, khususnya wawasan dan pola pikir pemilih yang tergolong generasi muda Indonesia. Tito memiliki peluang itu.
Jika dijelaskan terus pentokohan Tito, rasanya terlalu bila ditulis di sini, baik itu bagian-bagian dari operasi militer yang dipimpinannya, sebagai prajurit, kepimpinannya selama di polri, kepimpinannya menjadi kapolda serta Kapolri serta cerita inspiratif lainnya. Jadi bisa saja, suatu saat nanti saya akan tulis dalam buku tersendiri.Â
Namun saat ini bila ingin mngenal sedikit tentang Karir tito bisa anda baca dari berbagai media, sedangkan profil yang berisi prestasi, jenjang karir serta pendidikan, keluarga dan lain sebagainya, anda bisa baca melalui wikipedia. Selebihnya anda boleh membaca berbagai media online yang memberitakan dirinya.
Sebagai Manusia apalagi Tokoh dan Pemimpin di Istitusi Polri, Tito sempat diterpa berbagai isu yang kurang sedap dibaca, khususnya beberapa kasus terkait persoalan penghormatan dan  penegakan HAM di tubuh Polri, baik itu limpahan kasus lama yang harus diselesaikannya maupun yang terjadi ketika ia memimimpin sebagai pucuk Pimpinian Institusi Polri.
Termasuk, terseret dalam kasus 'Buku Merah', namanya ada dalam buku yang berisi bukti perkara suap yang dilakukan oleh pengusaha impor daging, Basuki Hariman.
Yang pasti laporan menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, M. Tito Karnavian  sebagai pribadi maupun dalam jabatan sebagai  Menteri Dalam Negeri, 31 Desember 2019 sebesar Rp. 18,090.466.263, dengan rincian umum, kas dan setara kas berjumlah Rp. 9.532.725.263, jumlah hutang Rp. 0. Jika dibandingkan dengan  Laporan 31 Desember 2021, Total kekayaannya sebesar Rp. 20.698.597.731, mengalami kenaikan 14,42%, Diantaranya dengan rincian umum, kas dan setara kas berjumlah  Rp. 12.140.856,731, mengalami  kenaikan 27,36%.
Silahkan jumlah kekayaan ini anda analisa lebih lanjut dengan para petinggi militer lainnya, prestasi dan masa tugas dan golongan serta unsur lainnya.
Bagi saya, seorang Tito Karnavian, Â memiliki karir dan prestasi yang fantastis. Apalagi ditambah dengan latar belakang pendidikan yang luar biasa, Â pembawaannya yang rendah hati namun tegas ini. Saya menilau beliau lebih dair cukup memahami keaneka ragaman masyaraklat Indonesia, oleh karena itu dapat bertindak dan mengambil keputusan secara cepat dalam penanganan persoalan keamanan, sosial, budaya, khususnya memastikan jalannya pemerintah daerah yang menjadi Tupoksinya dengan sangat baik.
Dalam catatan saya, paling tidak dalam 2 tahun terakhir ini pemikiran dan eksekusinya dalam penanganan pandemi covid-19 serta permasalahan krisis pangan, ia mampu mengarhkan dan mengawasi para kepala daerah untuk dapat ditangani dengan baik. Tentu saja, tindakan nyata dilapangan, merupakan sinergi kerja dengan kementrian dan badan lain yang terkait.
Ada benarnya, bila ada anggapan bahwa seseorang dengan prestasi yang gemilang belum tentu menjadi pilihan tepat bagi rakyat sebagai pemimpin Negaranya. Â Namun bila ditelisik dengan baik, dan ketika parpol atau gabungan parpol mencalonkannya dan ia menyanggupinya, saya yakin ia akan berusaha semaksimal mungkin.
Namun sayangnya, saat ini Tito tidak banyak berbicara atau menanggapi adanya wacana dari berbagai partai untuk mencalonkannya sebagai capres maupun cawapres.
Jawabannya jelas dan tegas, seperti pimpinannya kepala negara. Joko Widodo. Bahwa saat ini yang dipikirkan dan dibuthkan adalah kerja keras untuk merampungkan tugasnya sebagai pembantu presiden hingga akhir masa jabatan dengan kosentrasi penuh pada dampak krisis bagi daerah-daerah yang pempimpinya dalam pengawasannya.
Jadi, bila anda sedikit mendapat pemberitaan, si "Kuda Hitam" ini terkait Pemilu. Mungkin anda sedikit kecewa, kecuali media dengan inisiatifnya sendiri, meliput dan memberitakan tentang sosok Tito. Namun yang pasti  dimulai dari Parpol atau Gabungan Parpol dulu yang lolos ambang batas presidensial, merekalah yang harus memutuskan apakah Tito adalah pilihan yang tepat, sekalipun rakyat mengjagokannya. Namun sekali lagi, sosok Tito sebagai salah satu pilihannya, entah sebagai Capres maupun Cawapres merupakan sebuah keniscayaan.
Jadi mari kita tunggu, apakah prediksi saya ini benar, si Kuda Hitam ini bakal berlaga dan menjadi pemenang nanti di dalam Pilpres 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H